Menurut ragam tipe belajar seseorang, saya ini masuk dalam tipe visual. Yang mana lebih dominan pada penglihatan. Yah, itulah saya. Saya lebih cepat mengingat sesuatu yang saya lihat ketimbang dari apa yang saya dengar. Saya bisa hafal detail tulisan dengan melihatnya, tapi bisa lupa kalimat pendek jika didengar dari orang lain.
Nah, masalah yang hadir kemudian adalah saya sangat sensitif dengan tata bahasa. Saya mau slalu tampak rapih, dari susunan kata, tanda baca, emoticon, letak gambar dan lain-lain. Kalo ada yang nulis, ngirim sMs atau chat yang agak berantakan, kadang suka males bacanya. Ribet menurut saya. Juga kalo ada yang ngirim sMs pake tanda seru, trus dengan kalimat perintah, saya berasa dia sedang memerintah saya. Apalagi pake tanda serunya banyak, berasa tuh orang sedang ngebentak saya. Huuu, >,<
Terus, kalo lagi denger materi di sebuah acara, kalo gak duduk di depan atau duduk di suatu tempat yang bisa melihat dengan jelas pembicaranya, saya gak akan bisa dapet materi itu dengan baik. Kalo akhirnya harus duduk di tempat yang tidak strategis, saya biasanya kurang bisa konsentrasi penuh, diajakin ngobrol tetangga sebelah, mulai deh fokus saya teralihkan. Ckckckck, -___-"
Tapi, kenapa yah mata kuliah Reading saya nilainya gak lebih baik dari mata kuliah Listening?? #ehh
Sabtu, 29 Desember 2012
Libur Tlah Tibaaa, Yuhuuuuu
Ini penghujung tahun, di mana semua orang tengah disibukkan dengan beragam rencana liburan. Aku? Juga sama, tapi bedanya kebanyakan rencana hanya tinggal rencana saja. Huahaha. *ups*
Rencananya sih liburan kali ini mau ke Bengkulu bareng keluarga, juga sama Dwi. Tapi, karena jadwal liburku gak sama dengan ibu jadinya gak bisa liburan bareng deh. Mau pergi bareng kakak dan keluarga kecilnya, gak dikasih izin sama ayah. Karena Danish lagi kurang sehat, dia lagi batuk-batuk sekarang. Kakeknya sayang betul sama dia, kagak mau sakitnya makin jadi.
Akhirnya mutusin buat pergi sendiri, bareng Dwi dan ayukku. Ternyata eh ternyata, kontrak kerja ayukku diperpanjang, artinya kagak ada libur panjang, habis tahun baru langsung masuk seperti biasa.
How about Dwi? Ini temanku yang paling manis, punya jadwal libur yang diatur bareng keluarga. Harus match antara satu dengan yang lain. Keluarganya emang keren deh, ayahnya ke Bali, mamaknya ke Bogor, ayuknya ke Batam. Nah dia mau ikut ke Bengkulu, tapi cuma bisa pergi 4 hari doank. Kenapa? Karena harus gantian jaga kucingnya yang baru di caesar. Daripada pergi cuma 4 hari, belum potong di perjalanan. Bisa-bisa kita pada kecapekan, tepar deh. Huaaaa, sungguh tragis nasib liburanku kali ini.
Pergi sendiri? Mana boleh!!! Anak gadis pergi sendiri ke luar kota, mau dicincang hidup-hidup aku sama orang rumah. Ya udahlah, libur kali ini aku mau mengkhatamkan semua buku yang berbaris rapih di meja kamar, pada belum dibaca ituh. Lumayan, nambahin ilmu baru. Juga mau belajar masak, kalo ada kursus masak satu minggu, ikutan aku. Di mana tapi yah?
Yah, sekian tentang liburan. Bahagia itu gak harus dengan berlibur, karena terkadang merefresh pikiran dengan hal-hal yang nampaknya sederhana akan jauh lebih menyenangkan. *menghibur diri* *kemudian nangis dipojokkan kamar*
Rencananya sih liburan kali ini mau ke Bengkulu bareng keluarga, juga sama Dwi. Tapi, karena jadwal liburku gak sama dengan ibu jadinya gak bisa liburan bareng deh. Mau pergi bareng kakak dan keluarga kecilnya, gak dikasih izin sama ayah. Karena Danish lagi kurang sehat, dia lagi batuk-batuk sekarang. Kakeknya sayang betul sama dia, kagak mau sakitnya makin jadi.
Akhirnya mutusin buat pergi sendiri, bareng Dwi dan ayukku. Ternyata eh ternyata, kontrak kerja ayukku diperpanjang, artinya kagak ada libur panjang, habis tahun baru langsung masuk seperti biasa.
How about Dwi? Ini temanku yang paling manis, punya jadwal libur yang diatur bareng keluarga. Harus match antara satu dengan yang lain. Keluarganya emang keren deh, ayahnya ke Bali, mamaknya ke Bogor, ayuknya ke Batam. Nah dia mau ikut ke Bengkulu, tapi cuma bisa pergi 4 hari doank. Kenapa? Karena harus gantian jaga kucingnya yang baru di caesar. Daripada pergi cuma 4 hari, belum potong di perjalanan. Bisa-bisa kita pada kecapekan, tepar deh. Huaaaa, sungguh tragis nasib liburanku kali ini.
Pergi sendiri? Mana boleh!!! Anak gadis pergi sendiri ke luar kota, mau dicincang hidup-hidup aku sama orang rumah. Ya udahlah, libur kali ini aku mau mengkhatamkan semua buku yang berbaris rapih di meja kamar, pada belum dibaca ituh. Lumayan, nambahin ilmu baru. Juga mau belajar masak, kalo ada kursus masak satu minggu, ikutan aku. Di mana tapi yah?
Bukunya gak sebanyak ini juga, ini hasil googling. Kalo sebanyak ini mah, sebulan juga gak akan kelar! |
Yah, sekian tentang liburan. Bahagia itu gak harus dengan berlibur, karena terkadang merefresh pikiran dengan hal-hal yang nampaknya sederhana akan jauh lebih menyenangkan. *menghibur diri* *kemudian nangis dipojokkan kamar*
Senin, 26 November 2012
Berbenah
"Tiap kita mempunyai cara sendiri untuk membaikkan suasana hati. Masalahnya adalah mau atau tidak? Kalo mau, ada 1.001 cara. Kalo tidak mau, ada 1.001 alasan."
-DesiDahlianti-
Yang tau bagaimana cara membaikkan kembali hati kita itu, ya kita sendiri. Masalahnya kita mau atau tidak untuk mengembalikan hati kita menjadi baik lagi? Karena, mau orang ngomong seperti apa, mau pake cara yang bagaimanapun juga tetep gak akan bisa, kalo kitanya sendiri gak mau.
Coba deh lakukan hal-hal yang kamu sukai, misalnya; makan es krim, jalan-jalan, baca buku, denger musik, nonton DVD, cerita ke temen, atau mungkin kamu suka olahraga? Biasanya sih, biasanya, kalo kita udah melakukan hal-hal yang kita sukai, paling tidaklah hati kita akan sedikit membaik.
Bisa juga dengan berbenah, membenahi kamar kamu mungkin. Mengatur ulang perabotan di kamar, ditata secantik mungkin dan buatlah senyaman mungkin. Karena kamar adalah tempat sgala aktifitas kamu dilakukan, dari istirahat, ibadah, belajar, main internet, merenung, sampe-sampe tempat terbaik untuk menangis.
Gimana suasana hati kamu mau baik coba, kalo kamar kamu ajah udah bikin mumet. Berantakan. Gak tertata dengan rapih. Meletakan barang-barang sesuka hati. Yang suasana hatinya baik ajah bakal jadi gak baik, apalagi hati kamu yang lagi kacau balau. Bakal tambah ruwet deh, dijamin ituh.
Kalo semua udah dilakuin dan ternyata suasana hati kamu masih gak baik juga, ada yang salah sama kamu loh, mari berbenah yuukk. Coba deh mendekatkan diri kepada Yang Maha Membolak-balikan Hati, minta kepada Allah agar hati kita ditenangkan, jiwa kita didamaikan, dan pikiran kita diluruskan. Minta pada-Nya dengan segala kerendahan hati, dengan begitu kamu akan siap untuk kembali dibaikkan hatinya. Dan, kembalilah berinteraksi dengan Al Qur'an. Bukankah Al Qur'an itu adalah obat bagi hati [QS. Yunus: 57]
Masih mau hatinya gak dibaikkan? Dibiarkan slalu resah, gelisah atau bahasa kerennya galau? Oke. Selamat menikmati kegalauan ajah lah kalo gitu. Yang kuat yah. :)
Sabtu, 24 November 2012
Tiba-Tiba
Tiba-tiba ingin jadi pemuda Kahfi, yang tertidur panjang. Dan, saat terbangun waktu telah berganti ratusan tahun, segala keadaan telah berubah, bahkan zaman pun turut berubah.
Tiba-tiba ingin jadi peterpan, yang slalu menjadi anak-anak. Tak dewasa, artinya takkan dipenatkan oleh hal-hal yang memusingkan, bahkan kadang menyakitkan.
Tiba-tiba ingin jadi serabut akar, yang dengan ikhlas memberikan asupan makanan kepada sebatang pohon, tanpa pernah berharap diketahui oleh orang-orang.
Tiba-tiba ingin jadi komputer atau handphone, yang jika diformat ulang semuanya kembali ke awal. Zero. Beberapa file yang tak penting bisa dihapus dan dihilangkan selamanya, menjadi kembali bersih.
Tapi, menjadi diri sendiri, itu jauh lebih seru. Penuh dengan kejutan-kejutan, juga penuh warna. Tidak harus slalu tersenyum, jika ingin menangis, menangislah. Jika tak mampu melanjutkan perjalanan, istirahatlah sejenak. Jika dirasa tak kuat, berpeganglah pada sesuatu yang menguatkan. Jika harapan-harapan tak kunjung menemukan jawaban, mungkin Tuhan punya jawaban yang jauh lebih manis dari yang pernah kita tulis.
Nikmatilah tiap waktu yang berjalan, tiap peristiwa yang terjadi kadang mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang mungkin saat ini belum nampak sebagai media pengajaran, nanti, nanti kita akan bisa merasakan itu. So, stay strong girl! You're amazing, just the way you are. :)
Tiba-tiba ingin jadi peterpan, yang slalu menjadi anak-anak. Tak dewasa, artinya takkan dipenatkan oleh hal-hal yang memusingkan, bahkan kadang menyakitkan.
Tiba-tiba ingin jadi serabut akar, yang dengan ikhlas memberikan asupan makanan kepada sebatang pohon, tanpa pernah berharap diketahui oleh orang-orang.
Tiba-tiba ingin jadi komputer atau handphone, yang jika diformat ulang semuanya kembali ke awal. Zero. Beberapa file yang tak penting bisa dihapus dan dihilangkan selamanya, menjadi kembali bersih.
Tapi, menjadi diri sendiri, itu jauh lebih seru. Penuh dengan kejutan-kejutan, juga penuh warna. Tidak harus slalu tersenyum, jika ingin menangis, menangislah. Jika tak mampu melanjutkan perjalanan, istirahatlah sejenak. Jika dirasa tak kuat, berpeganglah pada sesuatu yang menguatkan. Jika harapan-harapan tak kunjung menemukan jawaban, mungkin Tuhan punya jawaban yang jauh lebih manis dari yang pernah kita tulis.
Nikmatilah tiap waktu yang berjalan, tiap peristiwa yang terjadi kadang mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang mungkin saat ini belum nampak sebagai media pengajaran, nanti, nanti kita akan bisa merasakan itu. So, stay strong girl! You're amazing, just the way you are. :)
Kamis, 22 November 2012
Gelembung Udara
Gelembung udara,
Saat meniupkannya, ada buncah kebahagiaan tak terkira,
Melihatnya mengembang, melayang dengan bebas tanpa beban,
Hati ini turut terbawa ke suatu kondisi yang begitu menggembirakan.
Satu detik, dua detik, hingga detik ke lima, ia tetap menyilaukan,
Seketika, di detik ke enam ia menghilang, tersapu angin yang bertiup,
Yaaah, ia benar-benar lenyap, tak bersisa dan tak tentu arah ke mana perginya.
Kau tau, gelembung udara itu ibarat gelembung harapan yang tertiupkan dari hati,
Mengembang, melayang bebas tak bersyarat,
Lalu, ia menguap tersapu waktu,
Menyisakan sekeping hati patah, terpaku menatapnya yang menghilang seketika.
Rabu, 21 November 2012
Gelap, Aku Tak Suka!
Aku tak suka gelap,
tapi aku tak bisa tidur dengan lampu yang menyala.
Aku tak suka gelap,
tapi gelap slalu mampu menyembunyikan air mata yang menetes tanpa suara.
Aku tak suka gelap,
tapi membisikkan do'a-do'a dan menitipkan asa padaNya terasa lebih syahdu.
Aku tak suka gelap,
tapi gelap bisa membuat hatiku menjadi lebih tenang, juga mendamaikan jiwa yang nelangsa.
Gelap, aku tak suka!
Tak bisa melihat dengan lebih jelas,
Tak bisa berjalan dengan lebih terarah,
Dan, tak bisa menakar ke mana aku harus melangkah.
Gelap, aku tak suka!
Karena semua menjadi teramat samar,
Semua jadi tak nampak dengan benar,
Dan, semua membuat pandanganku menjadi nanar.
Gelap, aku tak suka!
Meski kunang-kunang nampak cantik, ia tak mampu menerangi dengan baik,
Meski lilin tampak romantis, ia tak bisa menghentikan hati yang turut menangis,
Gelap, aku tak suka!
Maka dari itu buat semuanya terang benderang,
Seterang cahaya matahari di waktu Dhuha,
Secerah sinar rembulan di malam purnama,
Memancar bak lampu-lampu jalan di Ibu Kota, buat semuanya terang. Bisa?
Mimpi Si Putri Tidur
Tak tau harus berpikir seperti apa,
Tak tau juga harus mengambil keputusan yang bagaimana,
Apalagi harus berbicara menyampaikan sesuatu,
Tiba-tiba, aku jadi gagu.
Apakah ini benar adanya?
Aku tidak sedang bermimpi kan?
Seakan menari-nari riang bertemankan kupu-kupu di sebuah taman,
Lalu berlarian di pinggir pantai, mengejar mentari yang akan terbenam,
*plakkk
Sakit! Ternyata aku gak mimpi, ini nyata, kawan,
Tapi, kenapa hatiku seperti berada di alam bawah sadar?
Seakan tanpa beban, seakan terbang bebas mengangkasa,
Melayang, melesat bersama burung-burung kecil menuju awan yang tinggi,
Aku tak bisa memejamkan mata, mungkin tak ingin mata ini terpejam,
Khawatir, jika ada yang bilang, "Selamat pagi, mimpi yang indah?"
Aku takut terbangun, dan ternyata semua itu hanya sebuah mimpi, mimpi yang indah,
Jumat, 16 November 2012
Hello?
Hidup ini ibarat perpindahan dari satu masa ke masa yang lain, dari sebuah moment ke moment yang lain, dari seseorang ke seseorang yang lain. Semua berjalan mengiringi langkah-langkah dalam kehidupan, melengkapi kekurangan di sana sini, memperindahnya dengan hal-hal sederhana.
Yup, betul sekali. Saat kita mengatakan "Selamat Tinggal" pada sesuatu, kita akan mendapatkan "Hai" dari sesuatu yang baru. Mungkin ada yang beda, yah pastinya akan berbeda. Namun, justru di sana letak menariknya sebuah kehidupan, kehidupan yang baru. Dengan hal-hal baru, aktifitas yang juga baru, atau bahkan dengan orang-orang yang baru. Inilah kehidupan, kawan. Tiap sisinya membuat kita seakan tertarik untuk senantiasa mencoba dan terus mencoba, sesuatu yang baru.
Selamat Tahun Baru Islam 1434 H, semoga banyak hal-hal baru yang akan menyertai kita, menjadikan kita seseorang yang jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, menyadarkan kita akan hakikat penerimaan atas sebuah takdir yang telah ditetapkan, mengajarkan kita bagaimana menempah diri menjadi seorang hamba yang dengan ikhlas menyerahkan semua akhir dari sebuah keputusan, hanya kepadaNya; Tuhan semesta alam, Sang Penggenggam Kehidupan, Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Allah Aza Wa Jala!
Kamis, 15 November 2012
Ada Yang Beda
Pagi ini matahari masih bersinar dengan ramahnya, tapi ada yang beda. Melihat ke sekitar, bunga-bunga masih bermekaran, tapi ada yang beda. Merasakan kepadatan jalan raya, berdesak-desakkan dengan para pengendara lainnya, tapi ada yang beda.
Lalu, senja ini kutatap langit yang mulai mendung, akan hujankah seperti kemarin? Tapi, ada yang beda. Malam pun datang, bersama rembulan dan kerlip bintang-bintang, mengajak aku bicara seperti waktu-waktu yang lalu. Tentang Mars dan Venus yang katanya slalu bersisian paham, tapi ada yang beda.
Yah, ada yang beda. Tak tau apa itu, yang jelas ada yang beda. Mungkin itu aku, atau mungkin itu kamu?
Lalu, senja ini kutatap langit yang mulai mendung, akan hujankah seperti kemarin? Tapi, ada yang beda. Malam pun datang, bersama rembulan dan kerlip bintang-bintang, mengajak aku bicara seperti waktu-waktu yang lalu. Tentang Mars dan Venus yang katanya slalu bersisian paham, tapi ada yang beda.
Yah, ada yang beda. Tak tau apa itu, yang jelas ada yang beda. Mungkin itu aku, atau mungkin itu kamu?
Selasa, 13 November 2012
Gak Boleh Sakit
Hampir satu minggu ini, pulang malem terus. Ada aja alasannya, ke sini lah, ke situ lah. Sok paling sibuk deh pokoknya. Dan, hampir tiap pulang slalu kehujanan. Namanya juga lagi musim hujan, yah wajarlah kalo kehujanan. Meski udah pake jas hujan, tetep aja kena imbasnya.
Dua hari ini tiap pulang langsung tidur, istirahat maksimal di waktu malam. Karena besoknya lagi akan mulai berpetualang ke mana-mana, lagi dan lagi, aku sok sibuk deh.
Hari ini ngerasa gak fit banget, tapi harus tetep kuat, karena banyak hal yang belum diselesaikan. Banyak hak saudaraku yang harus ditunaikan, dan banyak kewajiban yang harus dilakukan. Aku gak boleh sakit, gak boleh pokoknya.
Ayo Aciiii, kamu sehat kok, kuat kok, kan Aci Tankguh (Tangguh), masa segini ajah udah tepar sih. Apa kata dunia??! Masih ada hari esok yang menantimu, besoknya juga. Dwi yang sering sakit ajah bisa baik-baik tuh dia, kenapa kamu jadi lemah giniii?
Cukup sekian curhat hari ini, saya mau istirahat total. Makan. Minum obat. Tidur. Sampai jumpa, kawan. ^^
Dua hari ini tiap pulang langsung tidur, istirahat maksimal di waktu malam. Karena besoknya lagi akan mulai berpetualang ke mana-mana, lagi dan lagi, aku sok sibuk deh.
Hari ini ngerasa gak fit banget, tapi harus tetep kuat, karena banyak hal yang belum diselesaikan. Banyak hak saudaraku yang harus ditunaikan, dan banyak kewajiban yang harus dilakukan. Aku gak boleh sakit, gak boleh pokoknya.
Ayo Aciiii, kamu sehat kok, kuat kok, kan Aci Tankguh (Tangguh), masa segini ajah udah tepar sih. Apa kata dunia??! Masih ada hari esok yang menantimu, besoknya juga. Dwi yang sering sakit ajah bisa baik-baik tuh dia, kenapa kamu jadi lemah giniii?
Cukup sekian curhat hari ini, saya mau istirahat total. Makan. Minum obat. Tidur. Sampai jumpa, kawan. ^^
Minggu, 11 November 2012
Pertanyaan Yang Tepat
Habis blog walking, banyak membaca tulisan-tulisan keren dari orang-orang yang juga keren. Jujur, kadang tiap baca blog seseorang, aku ngerasa minder, mereka kok bisa yah buat tulisan keren gitu? Kata temenku sih, ini tentang Jam Terbang, kawan. Semakin banyak membaca, banyak melihat, banyak mendengar, akan semakin banyak hal juga untuk ditulis, maka semuanya akan terbiasa nantinya. :)
Aku mau repost tulisan dari Ukhti Lanina Lathifa, Pertanyaan Yang Tepat
Kenapa aku repost tulisan ini? Karena aku juga sedang dalam situasi ini, temen deketku 4 hari lagi akan menikah. Orang-orang di sekitar seakan kompakkan menanyakan hal ini, "Kapan nyusul?"
Dan, aku pun bertanya, pada diriku, "Sudahkah kamu siap Ci?"
Aku mau repost tulisan dari Ukhti Lanina Lathifa, Pertanyaan Yang Tepat
Mendapat kabar teman dekat akan menikah itu sesuatu ya. Sungguh sesuatu. Seolah-olah saya disodorkan pertanyaan besar, “Kamu kapan?” Padahal dia sendiri tak pernah melontarkan pertanyaan demikian.“Ukht, insyaAlloh saya akan dikhitbah…”Selalu speechless campur haru campur bahagia campur-campur lah pokoknya, tiap kali curhatan seperti ini mendarat di telinga.Kenapa speechless? Karena dia sepantaran dengan saya. Berarti jelas kesiapannya di atas saya. Kematangannya (segala sesuatunya) selangkah atau bahkan beberapa langkah mendahului saya.Kenapa haru? Sebab ketika seorang wanita dikhitbah (dipinang) oleh seorang laki-laki pilihan-Nya, itu artinya ia akan bergantian “mengabdikan” diri kepada seorang lelaki yang dulu teramat asing baginya. Dulu, gadis itu hanyalah seorang anak perempuan ayah. Sebelumnya, gadis itu hanyalah seorang anak perempuan yang sangat merajuk kepada ayah. Dulu, gadis itu adalah perempuan yang sangat dicemburui ayah jika berdekatan dengan lelaki asing. Dulu, gadis itu adalah perempuan yang sangat dikhawatirkan ayah. Dulu, sebelum lelaki asing pilihan-Nya itu datang meminta ijin sang ayah untuk menggenggam separuh hati gadisnya. Dulu, sebelum lelaki asing yang ditunjuk-Nya itu datang untuk meminta ijin bergantian menjaga gadisnya.Kemudian kenapa bahagia? Jelas. Karena perempuan yang lusa akan dipinang itu adalah sahabat, saudara, sekaligus separuh hati tempat saya berbagi cerita.Sekali lagi, ini bukan masalah, “Saya kapan?” Sebab sungguh, pernikahan benar-benar bukan sebuah perkara yang bisa digesakan. Pernikahan bukan perkara balapan, saingan, bahkan saling adu percepatan.Jika dia mendahului saya, ini sama sekali tidak berarti “Saya kalah cepat.” Sebab, menikah hanya menuntut kita siap. Jadi pertanyaan yang tepat adalah, “Sudahkah saya siap jika suatu ketika lelaki pilihan-Nya itu datang meminang?”Pertanyaan yang tepat adalah, “Sampai dimana persiapan dan kesiapan saya?”Pertanyaan yang tepat adalah, “Sudahkah saya siap menanggalkan status gadis menjadi seorang istri dengan segala konsekuensinya?”“Sudahkah saya siap berganti amanah, dari yang dulu seorang perempuan ayah, kemudian kini menjadi seorang perempuan suami penjaga keharmonisan rumah?”“Sudahkah saya siap menghabiskan sisa waktu sebagai perempuan yang bersanding dengan lelaki yang menjadi tulang punggung masa depannya?”Pertanyaan yang tepat, “Sudahkah saya siap?”Kepada-Nya yang menetapkan segala sesuatu berpasangan, Kepada-Nya yang menakdirkan Hawa bersanding dengan Adam, aku minta dimampukan untuk merasa siap pada saat yang telah Engkau tetapkan. :’)
Kenapa aku repost tulisan ini? Karena aku juga sedang dalam situasi ini, temen deketku 4 hari lagi akan menikah. Orang-orang di sekitar seakan kompakkan menanyakan hal ini, "Kapan nyusul?"
Dan, aku pun bertanya, pada diriku, "Sudahkah kamu siap Ci?"
Sabtu, 10 November 2012
Memaknai Kenangan
"Bagaimana cara melupakan kenangan?"
"Kalau kau tidak ingin amnesia, sebaiknya lupakan lah keinginan untuk melupakan kenangan. Kau tahu, kenangan serupa bunga-bunga yang terus bermekaran dalam ingatan. Terkadang waktu adalah pupuk yang baik, terkadang waktu juga adalah hama yang mengikisnya. Namun, sejalan dengan itu. Tidak lah bijak untuk mengilangkan kenangan. Karena kenangan yang berarti untukmu, tidak akan pernah pergi. Beberapa kenangan bahkan tetap tinggal, karena ia tahu, sangat tahu, bahwa ada seseorang yang mengajarkan kehidupan untukmu di dalamnya. Selamat memaknai kenangan. Tersenyum lah, karena ingatanmu selalu mampu mengajarkan sesuatu." [Tia Setiawati Priatna]
Kenangan atau ingatan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, setiap kejadian yang pernah terlewati akan menjadi kepingan-kepingan kenangan yang membersamai perjalanan kita. Ada banyak ingatan ataupun kenangan yang tercipta, ada yang manis, getir, pun ada yang biasa-biasa saja. Ada yang slalu ingin diingat, dibiarkan saja atau bahkan dilupakan.
Agaknya cukup bijak jika kita menjadikan masa lalu layaknya kaca spion, masa lalu bukanlah sesuatu yang harus selalu kita tatap, namun sesekali saja kita lihat, tidak juga harus dilupakan pun slalu dikenang, namun ditengok saja sesekali, agar kita dapat belajar dari kesalahan dan tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.
Kita harusnya belajar dari masa lalu yang kini menjadi kepingan kenangan itu, karena ia mengajarkan banyak hal kepada kita. Ia adalah guru terbaik, yang untuk mendapatkan ilmu darinya terkadang kita harus membayar mahal untuk itu. Selamat memaknai kenangan, :)
Jumat, 09 November 2012
Huaaaa, Saya Kesalllll
Saya lagi kesel, kesel, kesel banget. Pengen tereak, beneran! Sumpah, gak nyangka banget aku ada orang kek begitu. Kalau ada pantai, aku udah ke pantai nih, ngumpulin pasir banyak-banyak, terus, dijual deh ke tukang bangunan. Eh, gak ding, aku mau nimpuk seseorang pake pasir itu. #loh?
Kesel, dongkol, marah, malu, campur aduk dah rasanya. Kenapa aku bisa berurusan dengan orang itu? Kenapa aku masuk dalam kekonyolan ini? Kenapa dan kenapaaaa?? Huaaaa, hati ini rasanya dah mau meledak. Huaaaaaaa, (>,<)
Huuuffhh. Tarik napas. Hembuskan. Diam. Duduk. Wudhu. Masih marah? Beristighfarlah! Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah,...
Oke, aku udah memaafkan kok. Walau gak dimintai permintaan maaf. Sampe di sini saja keselnya. Tutup buku. Buka lembaran baru. Sekian.
*makan es krim enak nih kayanya,
Kesel, dongkol, marah, malu, campur aduk dah rasanya. Kenapa aku bisa berurusan dengan orang itu? Kenapa aku masuk dalam kekonyolan ini? Kenapa dan kenapaaaa?? Huaaaa, hati ini rasanya dah mau meledak. Huaaaaaaa, (>,<)
Huuuffhh. Tarik napas. Hembuskan. Diam. Duduk. Wudhu. Masih marah? Beristighfarlah! Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah,...
Oke, aku udah memaafkan kok. Walau gak dimintai permintaan maaf. Sampe di sini saja keselnya. Tutup buku. Buka lembaran baru. Sekian.
*makan es krim enak nih kayanya,
Kamis, 08 November 2012
Rabu, 07 November 2012
Selasa, 06 November 2012
Karena, Kamu Itu Baik
A: "Kenapa sih kalian itu baik banget?"
B: "Karena kamu juga orang yang baik, pake banget deh."
A: *blushing*
Hey kawan, mungkin kadang kamu berpikir kenapa orang-orang di sekelilingmu bersikap begitu baik kepadamu. Ketahuilah, bahwasanya kamu lah yang memantulkan kebaikan-kebaikan itu.
Karena, jika kamu bersikap baik, maka orang pun akan memperlakukan hal yang serupa kepadamu. Kalaupun ada orang yang bersikap kurang baik, mungkin saja dia adalah ujian kesabaran untukmu. Yang akan menaikkan tingkatan ketaqwaanmu di hadapan Allah.
Impian Kecil
Buku adalah jendela dunia. Begitulah kalimat yang sering terdengar. Karena dari sebuah buku kita bisa melihat dunia, dunia yang ada di luar sana. Semakin banyak buku yang dibaca, maka semakin banyak hal yang akan kita ketahui. Dan itu artinya, betapa sedikitnya hal-hal yang baru kita ketahui, ibarat setetes air di samudera yang luas.
Aku suka membaca dan aku menyukai buku. Tapi, aku bukan pecinta buku seperti kebanyakkan orang. Mereka yang sangat menggilai buku, sampe-sampe mereka tidak lagi dikatakan kutu buku, melainkan predator buku. Karena mereka melahap ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan buku sepanjang hidupnya.
Sedangkan aku baru menamatkan beberapa buku saja, itu pun kebanyakan buku bacaan ringan, novel, kumpulan cerpen, dan beberapa buku wajib halaqah. Aku kagum pada orang yang bisa menamatkan beberapa buku hanya dalam satu hari. Gimana caranya ya? Padahal mungkin dia adalah orang yang super sibuk, yang tidak memiliki waktu luang.
Meskipun aku bukanlah seseorang yang begitu mencintai buku, tapi aku memiliki sebuah impian kecil. Aku ingin suatu hari nanti memiliki perpustakaan pribadi di rumah, walau letaknya hanya berada di dalam kamarku.
Merasakan kebahagiaan saat melihat buku-buku yang berderet rapi di sana. Mencium baunya yang khas. Menelusuri tiap buku itu dengan jemari-jemariku, lalu tersenyum saat mengingat apa yang ada di buku yang sedang ku sentuh. Sebuah ilmu, meski melalui sebuah cerita pendek, kalimat-kalimat manis, atau bahkan hanya melalui sebuah gambar.
Aku pun bermimpi, memiliki keluarga kecil yang mencintai buku. Di mana aku dan mereka membahas tentang buku-buku yang telah ditamatkan. Berbagi kisah manis dari lembar per lembar buku yang syarat akan hal-hal baru itu. Indahnyaaaa,...
Buku, sesederhana apapun isinya. Ia tetaplah sesuatu yang berharga, yang dibagikan oleh penulis-penulis yang dermawan ilmu itu. Karena buku adalah obat bagi jiwa yang haus akan ilmu, penerang bagi pikiran yang sedang dalam kebimbangan, penghibur untuk hati yang sedang rindu akan ketenangan.
Aku suka membaca dan aku menyukai buku. Tapi, aku bukan pecinta buku seperti kebanyakkan orang. Mereka yang sangat menggilai buku, sampe-sampe mereka tidak lagi dikatakan kutu buku, melainkan predator buku. Karena mereka melahap ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan buku sepanjang hidupnya.
Sedangkan aku baru menamatkan beberapa buku saja, itu pun kebanyakan buku bacaan ringan, novel, kumpulan cerpen, dan beberapa buku wajib halaqah. Aku kagum pada orang yang bisa menamatkan beberapa buku hanya dalam satu hari. Gimana caranya ya? Padahal mungkin dia adalah orang yang super sibuk, yang tidak memiliki waktu luang.
Meskipun aku bukanlah seseorang yang begitu mencintai buku, tapi aku memiliki sebuah impian kecil. Aku ingin suatu hari nanti memiliki perpustakaan pribadi di rumah, walau letaknya hanya berada di dalam kamarku.
Merasakan kebahagiaan saat melihat buku-buku yang berderet rapi di sana. Mencium baunya yang khas. Menelusuri tiap buku itu dengan jemari-jemariku, lalu tersenyum saat mengingat apa yang ada di buku yang sedang ku sentuh. Sebuah ilmu, meski melalui sebuah cerita pendek, kalimat-kalimat manis, atau bahkan hanya melalui sebuah gambar.
Aku pun bermimpi, memiliki keluarga kecil yang mencintai buku. Di mana aku dan mereka membahas tentang buku-buku yang telah ditamatkan. Berbagi kisah manis dari lembar per lembar buku yang syarat akan hal-hal baru itu. Indahnyaaaa,...
Buku, sesederhana apapun isinya. Ia tetaplah sesuatu yang berharga, yang dibagikan oleh penulis-penulis yang dermawan ilmu itu. Karena buku adalah obat bagi jiwa yang haus akan ilmu, penerang bagi pikiran yang sedang dalam kebimbangan, penghibur untuk hati yang sedang rindu akan ketenangan.
Sesimpul Senyuman
"Senyuman anak-anak, hanyalah sepersekian kecil bagian dari Surga."
- Tia Setiawati Priatna -
Anak-anak adalah makhluk paling tulus, dengan senyuman termanis. Tanpa rekayasa ataupun berharap imbalan. Hingga kita yang melihatnya seakan terhanyut dalam tawanya yang menggembirakan. Menyadari bahwa hidup ini tak seharusnya dirisaukan akan beban-beban, yang akhirnya mengambil senyuman dan tawa paling tulus itu.
Tersenyumlah untuk menjemput kebahagiaan, jangan hanya menunggu kebahagiaan baru kita akan tersenyum. Karena bahagia itu sederhana. Sesederhana seorang anak yang akan tertawa riang karena diajak bermain sebuah permainan yang paling simple, CI LUK BA.
Jadi, wajarlah kalo Peterpan tidak ingin dewasa, karena terkadang bahagia itu selalu diidentikkan dengan anak-anak. #ehh
Senin, 05 November 2012
Diingatkan Kembali
Buka FB, liat-liat status temen di Home. Rame. Ada yang bicara tentang hujan, kemacetan, tugas kuliah, skripsi, pekerjaan, cinta, persahabatan, bahkan ada yang ngomongin politik.
Mataku terhenti kepada salah satu photo yang dishare oleh seorang teman, tertarik, sangat tertarik untuk membacanya. Kubaca hati-hati pesan yang tertulis di sana Dosen Tak Bernyawa, lalu kubuka link sebuah blog yang tercantum diphoto itu Blog Ukhti Novilia.
Ada semacam perasaan takut, khawatir, sedih juga beragam perasaan aneh yang serta merta muncul di hati ini. Kematian. Suatu kepastian yang tak terbantahkan. Kita semua PASTI mati. Yah, itu yang kuyakini. Tapi, apa yang kita siapkan untuk menjadi bekal kita setelahnya. Amalan yang baikkah atau malah tumpukkan dosa yang menjulang tinggi?
"Nanti pasti nikah kok, pasti itu!" Jawab sepupuku saat ditanya oleh tante tadi sore ketika kami lagi duduk di depan tipi. Aku langsung meralat ucapannya, "Nikah itu gak pasti, yang pasti itu kematian."
Ketika bicara tentang pernikahan, kita sangat semangat. Menyiapkan banyak hal; pakaian yang cantik, gedung yang mewah, pernak-pernik yang menarik, semuanya harus sempurna. Jangan sampai ada yang terlupa, ada yang tertinggal. Kesibukkan kita menjadi berlipat-lipat, kadang kita lupa akan diri sendiri, tidak sempat makan, tidak cukup istirahat, atau bahkan lupa ibadah.
Tapi, saat bicara kematian. Kita sering tak memikirkan tentang hal itu. Mungkin karena masih muda, masih banyak waktu untuk menikmati hidup, dan beragam alasan dunia lainnya. Padahal, kematian itu tak mengenal siapa orangnya, berapa usianya, apa pekerjaannya. Ia akan datang, kepada dia yang telah ditakdirkan untuk dijemput oleh Malaikat Izrail. Tak mengenal waktu; pagi, siang, malam atau bahkan dini hari.
Lalu, apakah kita masih bisa melalaikan hal tersebut? Sementara kematian senantiasa mengintai kita, malaikat yang tak pernah lalai mencatat amalan kita, dan Allah tak pernah tidur apalagi mengantuk selalu melihat apa yang kita lakukan.
Mataku terhenti kepada salah satu photo yang dishare oleh seorang teman, tertarik, sangat tertarik untuk membacanya. Kubaca hati-hati pesan yang tertulis di sana Dosen Tak Bernyawa, lalu kubuka link sebuah blog yang tercantum diphoto itu Blog Ukhti Novilia.
Ada semacam perasaan takut, khawatir, sedih juga beragam perasaan aneh yang serta merta muncul di hati ini. Kematian. Suatu kepastian yang tak terbantahkan. Kita semua PASTI mati. Yah, itu yang kuyakini. Tapi, apa yang kita siapkan untuk menjadi bekal kita setelahnya. Amalan yang baikkah atau malah tumpukkan dosa yang menjulang tinggi?
"Nanti pasti nikah kok, pasti itu!" Jawab sepupuku saat ditanya oleh tante tadi sore ketika kami lagi duduk di depan tipi. Aku langsung meralat ucapannya, "Nikah itu gak pasti, yang pasti itu kematian."
Ketika bicara tentang pernikahan, kita sangat semangat. Menyiapkan banyak hal; pakaian yang cantik, gedung yang mewah, pernak-pernik yang menarik, semuanya harus sempurna. Jangan sampai ada yang terlupa, ada yang tertinggal. Kesibukkan kita menjadi berlipat-lipat, kadang kita lupa akan diri sendiri, tidak sempat makan, tidak cukup istirahat, atau bahkan lupa ibadah.
Tapi, saat bicara kematian. Kita sering tak memikirkan tentang hal itu. Mungkin karena masih muda, masih banyak waktu untuk menikmati hidup, dan beragam alasan dunia lainnya. Padahal, kematian itu tak mengenal siapa orangnya, berapa usianya, apa pekerjaannya. Ia akan datang, kepada dia yang telah ditakdirkan untuk dijemput oleh Malaikat Izrail. Tak mengenal waktu; pagi, siang, malam atau bahkan dini hari.
Lalu, apakah kita masih bisa melalaikan hal tersebut? Sementara kematian senantiasa mengintai kita, malaikat yang tak pernah lalai mencatat amalan kita, dan Allah tak pernah tidur apalagi mengantuk selalu melihat apa yang kita lakukan.
Tenang
Sabtu, 03 November 2012
Selalu Ada
Hujan! Di sini sedang hujan, di sana?
Kau tau, ada banyak do'a-do'a yang melesat ke langit,
Dari milyaran penduduk bumi, adakah salah satu do'a itu untukku?
Kau harus tau, salah satu dari do'a-do'a yang terlantun itu ada untukmu, kawan.
Kamis, 01 November 2012
Ulang Tahun
Apa yang spesial dari ulang tahun, hanya sebuah perputaran hari ke hari hingga sampai ke satu tanggal yang sama di bulan yang sama, namun di tahun yang berbeda. Nothing special!
Tapi, bagi seseorang, yah seseorang di tiap kamar, di dalam rumah, di sebuah daerah, di dalam kota, di salah satu negara, di dunia ini, akan merasakan bahwa itu adalah istimewa. Sebuah hal yang berharga. Percaya ataupun tidak.
Bagi seorang ibu misalnya, hari kelahiran anaknya, apalagi anak pertama adalah moment tak terlupakan. Ia menanti dengan penuh pengharapan, berharap anaknya lahir dengan sehat, menjadi anak yang baik, cerdas, juga berbakti.
Begitu juga dengan sang ayah, yang menunggu dengan penuh kewas-wasan di ruang bersalin. Berharap agar istri yang dicintai bisa melahirkan dengan selamat, juga anaknya. Walaupun ekpresi khawatir tidak tampak di wajahnya.
Jadi, ulang tahun itu tetap istimewa kawan. Karena, hari itu hari pertama kau menghirup udara di dunia ini. Dan, hari di mana kau menjadi seseorang yang akan bertanggung jawab untuk dirimu, nanti. Ada banyak orang yang menantimu, melihatmu dengan senyuman manis, bertemankan buah tangan walau sekedar sekotak perlengkapan mandi di tangannya.
Lalu bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan hal itu tidak penting?
Tidak boleh mengucapkannya, walau hanya sebuah kalimat "Selamat Hari Lahir"?
Karena kau tau, ada banyak orang di dunia ini yang merasakan bahwa dia bukan siapa-siapa, tidak berarti dan tak dikehendaki. Sehingga, ada atau tidaknya dia tidak akan mempengaruhi apa-apa. Dia, setidaknya dia adalah orang yang akan sangat berbahagia saat ada yang mengucapkan kalimat, "Selamat hari lahir kawan, aku berterima kasih kepada Tuhan, karenaNya kau bisa ada di dunia ini. Ada di sini, di dekatku."
Dia mungkin hanya akan tertawa dan seakan acuh menanggapi kalimat itu, tapi andai kau tau, andai kau bisa melihat, di bola matanya telah menggenang air yang tertahan. Haru. Bahagia. Ternyata, ada yang menghargai kehadirannya, walau itu hanya satu orang. Ya, itu kamu. Temannya.
Selasa, 30 Oktober 2012
Syarat
Suatu malam di bulan Juni
Seminggu kemudian
3 hari berikutnya
Esok harinya
*cerita dari seorang teman
Dian: "Eh Ta, ada temen kerjanya suamiku, ngeliat poto lo di rumah. Dia mau kenal tuh, kenal dulu ajah, kalo cocok yah lanjut, kalo gak ya udah belom jodoh berarti. Gimana? Mau yah, udah mapan lo. Tunggu apa lagi?"
Gita: "Gue pikir-pikir dulu yah, nanti gue kabarin deh."
Seminggu kemudian
Dian: "Gimana Ta, mau gak? Udah seminggu lo, dia nanya lagi tuh."
Gita: "Okelah, tapi ada satu syarat Yan."
Dian: "Syarat apaan sih?"
Gita: "Gue mau dia ikutan ngaji, yah paling gak dia mau belajar agama lebih intens lah. Jadi, gue bisa belajar bersama dia nanti."
Dian: "Nanti gue sampaikan deh, tapi, syarat lo itu apa gak terlalu berat yah Ta?!"
3 hari berikutnya
Dian: "Ta, maaf yah. Gue udah nyampein ke dia, dia cuma ketawa, terus bilang 'ada-ada aja, kenal aja belom sudah minta macem-macem'. Ya mungkin belom jodoh kali Ta, maaf yah."
Gita: "Gak papa kok, ini salah satu bentuk ikhtiar gue, gue udah berusaha menerima. Kalo ternyata dia mundur, gue tetep bisa dikatakan sudah berikhtiar kan."
Esok harinya
Mama Gita: "Gak papa Ta, bagus malah kamu gak jadi sama dia. Diajakin ke arah kebaikan ajah dia nolak, padahal kamu gak minta dia harus punya rumah atau mobil mewah. Kamu kan cuma minta dia mau belajar lebih intens dalam agama saja, dia malah mundur duluan. Apalagi nanti, kalo kamu udah menikah. Bisa-bisa kamu dilarang ikut pengajian, atau malah disuruh pendekin jilbab. Kita itu mencari suami untuk jadi imam buat kita, bukan malah sebaliknya. Walaupun kita mungkin bukan orang yang baik, tapi paling tidak kita mau belajar untuk bisa lebih baik lagi ke depannya. Ya tadi, belajar bersama dengan pasangan kita. Saling mendukung dalam kebaikan, karena hidup ini gak cuma di dunia ini saja. Meskipun dia sudah mapan secara finansial, gak bisa jadi jaminan dia bisa buat kamu bahagia dunia akherat."
Rani: "Iya ma, Gita paham betul itu. Makanya Gita gak kenapa-napa, biasa ajah. Berarti Allah udah nyiapin orang yang lebih baik untuk Gita."
*cerita dari seorang teman
Senin, 29 Oktober 2012
Tentang Perasaan
"Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan
membiarkan hati diracuni harapan baik,
padahal boleh jadi kenyataannya
tidak seperti itu, menyakitkan."
"Kau tahu, Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua.
Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira,
tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan."
"Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah
lapangan putih luas,
dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit. Kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama
perasaan itu. Dia bisa membuat hatimu berubah cerah dalam sekejab
padahal dunia sedang mendung. Dan dikejap berikutnya mengubah harimu
jadi muram padahal dunia sedang terang benderang."
"Biarkan semua mengalir bagai Sungai Kapuas. Maka
kita lihat, apakah aliran perasaan itu akan semakin membesar hingga tiba
di muara atau habis menguap di tengah perjalanan."
—
Tere Liye (Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah)
Kamis, 25 Oktober 2012
Sebuah Kepastian
Aku: "Itu calon suamimu yah? Kapan ngundang?"
Nara: "Iya, insyah Allah Januari ini Des. Jangan gak dateng yaaa."
Aku: "Insyah Allah, kalo di Palembang nanti diagendakan untuk dateng. Udah lama Nar?"
Nara: "Belom lama Des, sekitar 6 bulan itupun kita gak pacaran. Cuma kenal, tapi ternyata dianya serius dan aku terima. Habis si Iman biasa ajah."
Aku: "Biasa gimana Nar? Jadi beneran udah putus yah?"
Nara: "Iya Des, aku pacaran 7 setengah tahun, tapi gak jadi itu rasanya capek. Gak jelas mau dibawa ke mana hubungan kami. Makanya, saat abang ini dateng. Aku terima, karena lebih jelas Des."
Aku: "Barakallah ya Nar," :)
Benar kata orang, hal terpenting setelah jatuh cinta adalah kepastian. Suatu kejelasan untuk diarahkan ke mana rasa-rasa ini, pengenalan selama ini, pun apakah kita mempunyai visi dan misi yang sama tentang masa depan.
Jika kita hanya berjalan pada langkah yang sama, namun tidak dengan tujuan yang sama. Maka sudah dipastikan cepat atau lambat kita akan berpisah, masing-masing kita akan melangkah, berlari bahkan melesat menuju apa yang menjadi tujuannya. Tak ingin menunggu terlalu lama, karena mungkin saja selamanya tujuan kita tidak akan pernah sama.
Hidup ini memang dipenuhi dengan ketidakpastian, tapi setiap orang menginginkan akan kepastian itu sendiri. Meski kepastian itu datang dari orang yang tak terpikirkan sebelumnya, namun itu akan lebih baik ketimbang harus menunggu seseorang yang ada di samping namun tak pernah memberi kepastian.
Pelajaran berharga yang didapat gara-gara iseng ngebaca recent updates di BBM-ku, melihat seorang teman yang mengganti display picture-nya dengan orang asing yang tak kukenal. Dan berlanjut dengan obrolan singkat, yang syarat akan makna. Bahwa lamanya suatu hubungan tidak menjamin akan terlabuhnya dua hati di tempat yang sama.
Kenapa Menulis?
Menulis itu melantangkan diam.
Menulis itu berpesta dalam diam.
Menulis itu merayakan kehidupan.
Menulis itu menyembuhkan jiwa.
Menulis itu memunguti kenangan dan merapikannya, lalu merajutnya dengan makna.
- @nulisbuku
@phantomthief94: Menulis adalah salah satu cara saya untuk berekspresi.
@rezy_newproject: Karena yang terucap akan terlupa, yang tertulis akan teringat.
@lisdapalupi:Karena menulis itu membebaskan apa yang disimpan dalam hati.
@auuulya: Menulis itu pengungkapan yang paling mudah dan sederhana.
@adiezrindra: Banyak hal dalam hidup saya yang tidak ingin saya lupakan.
@VionaBarus: Terkadang, bercerita kepada secarik kertas terasa lebih aman dan nyaman.
@Nayadini:Karena menangis saja hanyalah sia-sia.
@haneulDO: Saya ingin merasakan kejadian dalam hidup saya berkali-kali.
@ridawa_s: Saya suka menuangkan rasa dalam makna, mengembara, melalang buana dalam ruang imajinasi.
@adekkecenk: Ingatan saya terbatas dan takut kehilangan kenangan.
@arfikapertiwi: Karena menulis itu membuat bahagia.
@7rizkaa:Karena saya ingin bercerita.
@dianisme:Karena terkadang selembar kertas lebih memahami saya daripada telinga mereka.
@Aappaayy:Karena, saya ingin tersenyum dihari tua saya ketika membacanya kembali.
@saidumar164: Karena saya ingin mengabadikan waktu yang tak mungkin bergerak mundur.
@ainimataku:Karena tak ingin kenangan itu hilang tak berbekas.
@wincaaay: Karena kata menerima saya apa adanya.
@Ldiahsari: Karena melawan lupa.
Karena dengan menulis, aku bisa menyampaikan apa yang tak bisa dikatakan hati dengan lisan.
Bisa menuangkan rasa yang membuncah di hati, tanpa harus memiliki pendengar.
Karena dengan menulis, aku merasa didengarkan.
Walau hanya oleh selembar kertas putih atau sebuah layar yang tak mampu berbicara.
Karena dengan menulis, aku tak akan jadi gila.
Karena luapan hatiku teralihkan, tidak hanya terpendap dalam hati saja.
Karena dengan menulis, aku memiliki teman di saat kesepian.
Di saat ingin ada yang mendengar, namun tak jua ada yang hadir dengan raga yang siap mendengar.
Karena dengan menulis, aku jadi bisa mengatur emosi.
Tidak ingin meluapkannya dengan amarah, karena itu bisa membuatku lelah dan tak lagi bisa bersikap ramah.
Aku menulis bukan untuk menyampaikan semua yang aku rasa, aku menulis untuk menyampaikan apa yang aku dengar juga apa yang kulihat. Karena tulisanku tak hanya bercerita tentang aku, tapi lebih bercerita tentang apa yang ada di hatiku, di ruang imajinasiku juga tentang orang-orang di sekelilingku.
Aku menulis karena aku tak pandai merahasiakan rasa, aku terlalu ekpresif jika hanya harus berdiam dengan luka yang kurasa, juga bahagia yang kudapat.
Aku menulis, karena itu membuatku bahagia. Jadi, jangan larang aku untuk mengekpresikan apa yang dikatakan hati, juga apa yang disenandungkan oleh imajinasi. Biarkan aku menulis apa yang ingin aku tulis.
Rabu, 24 Oktober 2012
Manis #Repost
Cinta adalah separuh aku separuh kamu. Dan diantaranya terdapat serabut
doa, yang kita panjatkan untuk masing-masing kita; setiap harinya.
-Tia Setiawati Priatna-
Bandel Sih, Tapiiiii
"Aku sudah ditilang polisi 3 kali, jahat nian Pak Polisi itu."Itu pernyataan dari si Dedew, temenku yang gak kalah gejenya itu. Padahal yah, dia itu baru beberapa bulan ini bawa motor. Sampe bingung, dia ngelakuin kesalahan apa sampe bisa ditilang gitu?!
Hampir 3 tahun aku bawa motor, dan aku juga bukan pengendara yang baik-baik amat. Seperti yang pernah aku ceritain, aku seringggg bonceng tiga di jalan raya. Pernah sembunyi dibalik TransMusi karena lewat pos polisi. Pernah nurunin si Kiki di lampu merah, karena di belakang kami ada polisi yang lagi patroli dan dia lagi gak pake helm. Juga pernah gak sengaja menerobos lampu merah.
Tapi yah, keberuntungan masih berpihak pada kita. Belom pernah tuh dan jangan sampe deh ditilang. Bandel bandel gini mah, kita masih 'takut' kalo harus berhadapan langsung sama para pria berompi hijau itu, sereeemm!
Makanya, dari beberapa waktu yang lalu kita udah gak bandel lagi. Kalo mo pergi, slalu bawa helm dua. Juga berusaha untuk gak bonceng tiga, karena malu kalo gak sengaja ketemu temen atopun ikhwan. Yah kaya beberapa waktu yang lalu, ketemu sama adek tingkat, ikhwan, pas kita lagi bonceng tiga lewat Jembatan Ampera. Dan, sempet diteriakin, "Masya Allah mbaaa!" Rasanya itu maluuuuu bener, mau taruh di mana ini muka. Hikzz -___-"
Jadi, taat jangan pas ada yang liat ajah. Taat itu yah harus kudu totalitas, *gaya
Selasa, 23 Oktober 2012
You're My Everything
My first, my last, my everything
And the answer, to all my dreams
You're my sun, my moon, my guiding star
My kind of wonderful, that's what you are
My everything
Ini lagu favoritnya Danish, tiap liat iklan ini di tipi dia slalu senyam senyum geje dan kalo dia lagi berdiri langsung pegang pipi, terus kecup sayang. Kita yang diperlakukan semanis itu langsung klepek-klepek, aduh nak, kamu kok suka tebar pesona siiiih. *kedipkedip
Dan, sekarang lagu ini jadi ringtone sMs-ku khusus An Nahl.
An Nahl --> You're My Everything, *bighug
Senin, 22 Oktober 2012
Tentang Luluran
Kiki: "Kalo lo Ci, berapa kali seminggu luluran?"
Aku: "Aku dak pernah luluran loh, harus ye?"
Kiki: "Masa sih Ci??"
Aku: "Huum! Eh pernah ding, itu, waktu aku dikasih Cindy, sepupuku yang masih SMP sabun lulurnya. Udah itu dak pernah beli lagi, hehe"
Kiki: *tepok jidat
Beberapa hari kemudian
Kiki: "Eh Wik, masa sih Aci dak pernah luluran katonyo. Kalo kau Wik, sering luluran?"
Dwi: "Aku jugo dak pernah luluran, pake lulur kaya dak mandi. Males!"
Kiki: *pingsan
Dari percakapan itu, aku berkesimpulan. Ternyata luluran itu gak penting, hahaha...
Gak ding, dari obrolan geje itu aku jadi mikir betapa cueknya aku dalam perawatan tubuh. Tubuh kita itu amanah loh, yang mesti dirawat dengan baik. Jadi, yah gak papa lah sekali-kali memanjakan diri, asal masih dalam batasannya. Tidak diniatkan untuk menarik perhatian atau tabaruj.
Berarti belanja bulanan seterusnya sabun lulur akan masuk list, *bukan gue bangetttt
Special #Repost
“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli; laksana mutiara yang tersimpan baik.” (Terjemah Al Qur-an surat Al-Waqi’ah ayat 22-23)
Perihal bidadari bermata jeli dan terjaga seperti mutiara yang tersimpan baik ini, dibahas beberapa kali di dalam Al-Qur’an, salah satunya juga di surat Ath-Thuur. Bagaimana dengan manusia? Apapun yang spesial tentunya yang tidak dilihat orang banyak, dijaga, dapat perlakuan istimewa, sehingga menjadi terasa beda dalam makna kebaikan, lebih baik ataupun terbaik. Saat dirimu bukanlah bidadari surga, kenapa tidak menjadi manusia spesial yang terjaga?
Repost dari http://blogiseng.tumblr.com/
Sabtu, 20 Oktober 2012
#Random
"Hati itu kayak rumah, Bro. Perlu dipagerin.
Supaya gak sembarang orang bisa masuk, ngacak-ngacak halaman lo, terus
pergi seenaknya."
[Pagar, Taste Buds, page 82]
"Wajahku ada di mana-mana, mengalahkan Tuhan yang kau cari di selembar sajadah.
Aku tersenyum kepadamu di tiap tikungan jalan."
[Gol A Gong]
"Hanya karena tak terkatakan, bukan berarti cinta ini tiada. Kamu cuma tak tahu saja."
[Aulia Rachma]
"Aku adalah insan yang terpekur di ujung kaki Tuhan. Memohon hidup, cinta dan bahagia.
Kau adalah do'aku malam tadi."
[Anthony Nugroho]
"Kita; dua sungai yang tak saling menyapa, akhirnya berkisah manis di sebuah muara."
[Nining Futri]
Kamis, 18 Oktober 2012
Kamu Lagi, Kamu Lagi
"Keinginan saya adalah sekiranya Anda tidak keberatan, apakah Anda bersedia bangun pagi melihat saya lagi? Makan pagi bersama saya lagi. Pulang kantor yang nongol muka saya lagi. Shalat berjamaah imamnya saya lagi. Menerima kado ulang tahun dari saya lagi. Mengurus anak bersama saya lagi. Memasak bersama chef andal, yaitu saya lagi. Sampai tua, duduk di kursi goyang, ditemani saya lagi. Saya lagi dan saya lagi."
Itu kalimat yang ada di sampul belakang buku Taste Buds, karyanya Yunus Kuntawi Aji dan Kinsia Eyusa Merry. Bukunya bagus loh, sweet. Ini bukunya Kiki, aku dipinjemin. Tapi, sekarang udah jadi hak milik. Karena tukeran sama bukuku yang dia pinjem, senengnyaaaa, ^^
Kita perlu ngebahas bukunya gak yah? Gak usah dulu yah, mending kamu langsung beli dan baca sendiri deh bukunya. Dijamin kamu gak akan berhenti ngebuka lembar per lembar buku itu, emang bikin candu loh.
Kamu Lagi Kamu Lagi
Kalo nanti ada yang bilang kalimat yang di atas itu, mungkin gak akan bisa ngomong apa-apa deh. Speechless! ^^
Tapi, kamu pernah ngebayangin gak kalo nanti dia lagi dia lagi yang ada di samping kita. Apa gak jenuh yah? Hmmm, mungkin gak akan jadi jenuh kali yah, selama kita slalu berusaha menghargai hal-hal kecil yang dia kasih ke kita, sesuatu yang sederhana mungkin, tapi berkesan, juga sweet.
Dan, mungkin bukan kamu lagi kamu lagi. Tapi, cuma kamu cuma kamu. Hahaha, maklum efek baca buku yang manis, jadi agak romantis dikit. Hihihi
Maybe, I'm not worth enough for anyone but you, who accepted me as me. Coz, I'm just an ordinary woman, even too ordinary. :)
Rabu, 17 Oktober 2012
Moody?
"Moody adalah suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang, yang mana orang tersebut sering berganti-ganti suasana hatinya, kadang tanpa suatu penyebab yang jelas dan dalam waktu yang relatif singkat."
Ada kalanya aku ini moody-an loh, sebentar bisa nangis bombay, sebentar lagi bisa ketawa-tawa hepi,. Tapi, perpindahan dari suatu kondisi ke kondisi yang lain itu waktunya relatif singkat, bahkan sangat singkat.
Mungkin karena aku sayang sama hati juga diri aku, jadinya aku gak mau terbawa suasana hingga hati aku terus merasa gimana gituuu. Aku berusaha untuk sebisa mungkin membaikkan suasana hatiku, bagaimana pun caranya.
Nah, cara paling ampuh yang sering aku lakukan biar mood aku kembali baik itu;
Itu sih beberapa cara ampuh buat aku, biar sifat moody-an ku ini gak ngeganggu hati dan diri aku, juga gak ngeganggu orang di sekitarku. Oyah, usahakan sebisa mungkin sifat moody kita ini gak dinampakkan ke orang lain, karena kesian sama mereka, mereka gak salah loh. Mereka berhak mendapati kita dalam mood yang baik, bukan malah sebaliknya.
Karena, "Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu." (HR. At-Tirmidzi)
So, kita harus bisa mengontrol suasana hati kita. Agar orang-orang di sekeliling kita merasa nyaman berada di dekat kita. Walau sekalut, sepenat atau sekacau apapun suasana hati kita, tetaplah tersenyum untuk kebahagiaan orang-orang yang kita sayangi.
Nah, cara paling ampuh yang sering aku lakukan biar mood aku kembali baik itu;
1. Makan
Aku emang bukan tipe orang yang doyan makan sih, tapi kalo lagi bete, biasanya aku cari makanan yang setidaknya bisa ngebuat aku sibuk dengan hal lain. Makan es krim misalnya, itu kan bisa buat hati jadi adem. ^^
2. Ngobrol
Kalo lagi bete tuh, bicara. Kan wanita itu emang suka ngomong, bukan karena kenapa-napa sih, cuma gak mau apa yang ngeganjel hatinya itu cuma dia sendiri yang ngerasain. Jadi dia perlu teman bicara, biar orang lain tau betapa tertekannya dia. Egois sih, tapi yah itulah wanita.
3. Jalan-jalan
Ini juga bagus buat hati kita jadi kembali membaik, dengan melihat ke sekeliling, kita akan jadi sadar bahwasanya gak cuma kita sendiri loh yang punya beban hidup. Ada orang lain yang mungkin masalahnya jauuuuh lebih berat dari yang sedang kita alami. Lihatlah lebih luas.
4. Tidur
Biasanya, kalo udah capek sama pikiran sendiri, karena permasalahan yang kita hadapi. Kita jadinya males ngapa-ngapain, yah kalo emang gitu sih mending dibawa tidur ajah. Saat tidur usahakan untuk melepas semua penat yang menghinggapi, setelahnya kamu akan terbangun dalam keadaan yang paling tidak lebih baik dari sebelumnya.
Itu sih beberapa cara ampuh buat aku, biar sifat moody-an ku ini gak ngeganggu hati dan diri aku, juga gak ngeganggu orang di sekitarku. Oyah, usahakan sebisa mungkin sifat moody kita ini gak dinampakkan ke orang lain, karena kesian sama mereka, mereka gak salah loh. Mereka berhak mendapati kita dalam mood yang baik, bukan malah sebaliknya.
Karena, "Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu." (HR. At-Tirmidzi)
So, kita harus bisa mengontrol suasana hati kita. Agar orang-orang di sekeliling kita merasa nyaman berada di dekat kita. Walau sekalut, sepenat atau sekacau apapun suasana hati kita, tetaplah tersenyum untuk kebahagiaan orang-orang yang kita sayangi.
Senin, 15 Oktober 2012
Dewasa Itu
"Kita sekarang makin dewasa yah Ci, beda dengan beberapa tahun yang lalu."
-Kiki-
Tapi yah, kadang orang-orang di sekeliling gak nyadar akan hal itu. Di rumah contohnya, aku masih dianggap anak bungsu yang manja, adek terkecil yang belom tau apa-apa. Pernah kakakku bilang, ah nanti deh ngomongin nikah, kamu tuh masih kecil. Kecil? Halooo, jadi kakak nikah sama anak kecil gitu, mb-ku maksudnya. Dia lupa kali aku nih seusia sama istrinya, :(
Dewasa itu bisa mengambil keputusan yang tepat, bisa memikirkan solusi untuk masalah yang sedang dihadapi, tau bagaimana memposisikan diri saat berada dalam suatu keadaan tertentu, juga bisa mulai menerima perbedaan-perbedaan yang ada, pun mencoba memahami bahwa tidak semua orang memiliki pola pikir dan cara pandang yang sama dengan kita terhadap sesuatu.
Aku bertipe darah A, yang kadang sulit untuk menerima orang-orang yang 'keluar' dari jalur seharusnya. Mungkin karena aku orang yang penurut dan cenderung kaku. Jadi, kalo ada yang agak melenceng, itu kadang ngebuat aku suka agak gimana gitu. Padahal kan gak semua orang yang pikirannya cetek kek aku.
Masih inget banget, beberapa tahun yang lalu. Kalo ada temen atau kakak tingkat yang menikah, pertanyaan rempong yang pertama kali ditanyakan adalah, suaminya ikhwan yah mb? Atau kalo ada yang menikah dengan orang dari luar kota, akan ditanyakan, kenal dari mana mb?
Ckckckck! Itu gak sopan loh, beneran. Walaupun mungkin orang yang ditanya gak kenapa-napa, tapi tetep ajah gak boleh nanya rempong kek gitu. Kan gak semua orang mempunyai jalan hidup yang slalu sama dengan yang lain, ada banyak orang yang skenario hidupnya jauuuuh lebih sulit diprediksi. Takdir dari-Nya untuk setiap orang itu berbeda-beda, tidak mungkin semuanya sama. Pahami itu yah?! :)
Tapi, makin ke sini, makin banyak melihat juga mendengar dari pengalaman orang-orang terdekat, aku makin banyak belajar. Bahwa hidup tak sesimple cerita yang selama ini aku ketahui. Ada banyak hal yang kadang berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan ataupun rencanakan. Jadi, penerimaan itu akan menjadi sesuatu yang harus kita miliki.
Penerimaan akan takdir-Nya yang unpredictable. Penerimaan akan banyaknya hal yang tak sesuai dengan beberapa sketsa yang pernah tergambarkan di benak kita. Pun penerimaan akan adanya perbedaan-perbedaan yang bermunculan dalam perjalanan kita.
Kita harus bersikap dewasa untuk mengatasi masalah-masalah yang hadir, berusaha memilih dan mengambil keputusan terbaik yang tidak akan menyakiti ataupun merugikan siapapun, tidak bergantung kepada seseorang karena sejatinya tiap kita bertanggung jawab untuk diri kita sendiri, juga memilih teman bicara terbaik yang bisa memberikan kita masukan terbaik pula, karena tidak semua kata-kata orang harus didengarkan loh.
Minggu, 14 Oktober 2012
Sabtu, 13 Oktober 2012
Tanpa Judul
Ada yang menari-nari riang di dalam sana,
Ada yang berlari-lari berusaha beranjak pergi,
Ada yang merajut asa di suatu sudut yang tenang,
Dan, ada yang terus-terusan bermain dengan pikirannya sendiri.
Kau, sedang apa kau di sana?
Kenapa kau hanya berdiam tanpa suara?
Adakah kau sedang berfikir tentang sesuatu,
Hingga dahimu mengerut, pandangan menerawang entah ke mana.
Jika ada yang ingin disampaikan, bicara!
Jika ada yang mengganggu, katakan!
Jika ingin pergi, menjauhlah!
Diam, menanti dan bersabar,
Mungkin baik, tapi tidak untuk dibiarkan berlarut-larut,
Kau hanya perlu satu, keberanian,
Untuk menyuarakan kegelisahan,
Ketidaknyamanan, kekhawatiran akan sesuatu yang semu,
Dan untuk sebuah keterjagaan, sekeping hati.
Kamis, 11 Oktober 2012
Rindu dan Hujan
"Untuk rindu yang mengudara tanpa nama, biar hujan saja yang menghapusnya."
Hujan slalu dikaitkan dengan kata rindu, jika ada hujan di sana pasti ada sebuah kerinduan. Entah rindu akan sesuatu, seseorang atau mungkin rindu akan hujan itu sendiri.
Saat tetes-tetes air dari langit itu berjatuhan, ada segumpal perasaan yang pecah bersamanya. Semacam perasaan yang selama ini ada tapi tak nampak adanya, complicated.
Aku suka hujan, suka nuansa senja yang diciptakannya di siang yang terik. Suka suasana romantis saat malam menjadi waktu yang dipilihnya. Juga suka aroma fajar yang mendamaikan kala ia merajai pagi, berkejar-kejaran untuk bisa menyentuh tanah yang mulai gersang.
Hujan mengingatkan aku akan banyak hal, tentang barisan kenangan yang sempat tercipta beriringan dengan jatuhnya ke bumi. Tentang kebersamaan tak bersyarat yang muncul secara tiba-tiba. Tentang kamu-kamu yang paling berharga di hati ini, mengingat tentang kita yang bertemu karena ikatan takdir-Nya yang tak terbaca sebelumnya.
Dan, ada lantunan-lantunan do'a yang indah untukku, untukmu, dan untuk kita semua. Karena saat hujan turun adalah salah satu waktu terbaik untuk diijabahnya do'a-do'a. Berharap Allah akan senantiasa menjaga kita dengan ketat, tak hanya membuat kita baik, tapi juga memberikan kita sgala yang terbaik.
Selasa, 09 Oktober 2012
Normal is Boring
Salah satu judul buku yang berderet rapi di sebuah toko buku ternama, dari judulnya ajah uda menarik. Pas diliat-liat, ternyata bukunya unik. Dari bentuk bukunya aja sudah gak normal. Yang biasanya kita membuka
sampul buku dari sebelah kiri ke kanan, sedangkan untuk buku ini kita
buka dari kanan ke kiri.
Tapi, aku gak cerita tentang buku itu loh. Karena belom baca, kemaren cuma liat-liat doank. Nanti deh, suatu hari buku itu akan ada di lemari bukuku dan akan aku bagi deh ilmu dari buku itu di sini.
Hidup normal itu menjalankan segala sesuatu sesuai dengan standar seharusnya, melakukan ini dan itu karena emang sudah sebegitu harusnya. Hidup lurus-lurus ajah, pokoknya gak neko neko deh. Menyenangkan? Tapi, suatu waktu kita akan berada di titik klimaks kebosanan. Bosan dan bosan.
Waktu ngebaca judul buku ini bareng si Kiki, kita langsung sepakat sama buku ini. Karena faktanya, kita itu 'gak normal'. Eits, jangan mikir yang aneh-aneh deh. Kita masih suka laki-laki kok, walaupun seandainya kagak ada laki-laki yang suka sama kita. Hahaha *plakkks
Banyak hal gak normal yang kita lakukan, aku, Kiki dan Dwi. Biasanya kan akhwat itu identik dengan kalem, lembut, sopan, bicaranya halus, gak aneh, lurussss ajah, pokoknya tipe ideal banget deh buat dijadiin calon istri. Nah, kita? Udah rempong, aneh, suaranya keras, suka ngerror, bonceng tiga di jalan raya siang hari, punya kucing belasan di rumah (Dwi), gak bawa kebaya pas acara wisuda (Kiki), sampe ada yang batal wisuda gara-gara gak ikut kursus Bahasa Arab (itu siapa yah??), itu kan konyol?!! -__-"
Tapi, kadang kita juga harus dikembalikan ke kehidupan yang normal. Biar hidup kita gak terlalu ANEH, hahaha! Kan gak mungkin tiap saat slalu melakukan hal-hal konyol, yang kadang bikin orang geleng-geleng kepala ngeliatnya.
Hal konyol terupdate yang diciptakan oleh si Kiki itu semalem, pas dia mau pulang dari rumahku, biasanya kan tiap dibonceng naek motor nih bocah slalu pake helm ungu punyaku. Nah, dia pakelah tuh helm pas aku mau nganter dia. Aku ngeliat sih dia pake helm, tapi aku diem ajah ngeliatnya. Padahal aku cuma nganter dia sampe terminal yang jaraknya cuma 3 menit dari rumahku kalo pake motor, aku yang bawa ajah gak pake helm malah.
Terus, sesampainya di terminal, dia dadah-dadah ajah dengan helm tetep di kepalanya. Untungnya aku nyadar tentang helm itu, dan dia kaget plus bingung. Nyerahin helm ke aku dengan muka cemberut trus bilang, "Biso dak sih sekali be hidup kito dak konyol. Ish -__-"
Hahaha, aku cuma nahan ketawa di motor, sambil ngeliat dia yang berjalan menjauh dengan muka cemberut plus nyengir-nyengir aneh. =))
Tapi, aku gak cerita tentang buku itu loh. Karena belom baca, kemaren cuma liat-liat doank. Nanti deh, suatu hari buku itu akan ada di lemari bukuku dan akan aku bagi deh ilmu dari buku itu di sini.
Hidup normal itu menjalankan segala sesuatu sesuai dengan standar seharusnya, melakukan ini dan itu karena emang sudah sebegitu harusnya. Hidup lurus-lurus ajah, pokoknya gak neko neko deh. Menyenangkan? Tapi, suatu waktu kita akan berada di titik klimaks kebosanan. Bosan dan bosan.
Waktu ngebaca judul buku ini bareng si Kiki, kita langsung sepakat sama buku ini. Karena faktanya, kita itu 'gak normal'. Eits, jangan mikir yang aneh-aneh deh. Kita masih suka laki-laki kok, walaupun seandainya kagak ada laki-laki yang suka sama kita. Hahaha *
Banyak hal gak normal yang kita lakukan, aku, Kiki dan Dwi. Biasanya kan akhwat itu identik dengan kalem, lembut, sopan, bicaranya halus, gak aneh, lurussss ajah, pokoknya tipe ideal banget deh buat dijadiin calon istri. Nah, kita? Udah rempong, aneh, suaranya keras, suka ngerror, bonceng tiga di jalan raya siang hari, punya kucing belasan di rumah (Dwi), gak bawa kebaya pas acara wisuda (Kiki), sampe ada yang batal wisuda gara-gara gak ikut kursus Bahasa Arab (itu siapa yah??), itu kan konyol?!! -__-"
Tapi, kadang kita juga harus dikembalikan ke kehidupan yang normal. Biar hidup kita gak terlalu ANEH, hahaha! Kan gak mungkin tiap saat slalu melakukan hal-hal konyol, yang kadang bikin orang geleng-geleng kepala ngeliatnya.
Hal konyol terupdate yang diciptakan oleh si Kiki itu semalem, pas dia mau pulang dari rumahku, biasanya kan tiap dibonceng naek motor nih bocah slalu pake helm ungu punyaku. Nah, dia pakelah tuh helm pas aku mau nganter dia. Aku ngeliat sih dia pake helm, tapi aku diem ajah ngeliatnya. Padahal aku cuma nganter dia sampe terminal yang jaraknya cuma 3 menit dari rumahku kalo pake motor, aku yang bawa ajah gak pake helm malah.
Terus, sesampainya di terminal, dia dadah-dadah ajah dengan helm tetep di kepalanya. Untungnya aku nyadar tentang helm itu, dan dia kaget plus bingung. Nyerahin helm ke aku dengan muka cemberut trus bilang, "Biso dak sih sekali be hidup kito dak konyol. Ish -__-"
Hahaha, aku cuma nahan ketawa di motor, sambil ngeliat dia yang berjalan menjauh dengan muka cemberut plus nyengir-nyengir aneh. =))
Sabtu, 06 Oktober 2012
Teman Bicara
Kamu punya, teman bicara?
Itu, orang yang akan pertama kali kamu hubungin saat kamu lagi sedih ataupun seneng.
Entah kenapa, kamu ingin dia tau tentang apa yang terjadi sama kamu.
Mungkin, karena dia membuat kamu merasa nyaman dan bicara dengannya membuatmu menjadi jauh lebih tenang.
Rasa nyaman itu hadir bukan karena dia orang yang cerdas, bijak, atau mungkin teman yang paling paling deh. Rasa nyaman itu ada lebih karena dia paham siapa kamu, mencoba mendengar dan memberi tanggapan terbaik yang bisa ia berikan.
Aku cukup memiliki banyak teman, ada beberapa sahabat dekat. Tapi, untuk teman bicara, hanya ada segelintir orang saja. Bukan berarti aku introvert, hanya saja tidak semua orang bisa memahami siapa diri ini. Yang meski tanpa perlu aku ucapkan, dia bisa tau kalimat-kalimat yang tak terkatakan oleh lisan ini.
Dia, salah satu teman bicara terbaikku. Entah sejak kapan kebiasaan ini dimulai, jika ada risau di hati, dia adalah seseorang yang kan segera mengetahuinya. Mengirimkan pesan-pesan pendek yang tak pendek itu, melegakan hatiku, meski tak harus direspon dengan segera. Aku hanya ingin mencurahkan semua yang menyesakkan di hati, kepadanya, teman bicaraku.
Hey, kamu!
Nanti, walau kita jauh,
Masih mau kan jadi teman bicaraku?
Itu, orang yang akan pertama kali kamu hubungin saat kamu lagi sedih ataupun seneng.
Entah kenapa, kamu ingin dia tau tentang apa yang terjadi sama kamu.
Mungkin, karena dia membuat kamu merasa nyaman dan bicara dengannya membuatmu menjadi jauh lebih tenang.
Rasa nyaman itu hadir bukan karena dia orang yang cerdas, bijak, atau mungkin teman yang paling paling deh. Rasa nyaman itu ada lebih karena dia paham siapa kamu, mencoba mendengar dan memberi tanggapan terbaik yang bisa ia berikan.
Aku cukup memiliki banyak teman, ada beberapa sahabat dekat. Tapi, untuk teman bicara, hanya ada segelintir orang saja. Bukan berarti aku introvert, hanya saja tidak semua orang bisa memahami siapa diri ini. Yang meski tanpa perlu aku ucapkan, dia bisa tau kalimat-kalimat yang tak terkatakan oleh lisan ini.
Dia, salah satu teman bicara terbaikku. Entah sejak kapan kebiasaan ini dimulai, jika ada risau di hati, dia adalah seseorang yang kan segera mengetahuinya. Mengirimkan pesan-pesan pendek yang tak pendek itu, melegakan hatiku, meski tak harus direspon dengan segera. Aku hanya ingin mencurahkan semua yang menyesakkan di hati, kepadanya, teman bicaraku.
Hey, kamu!
Nanti, walau kita jauh,
Masih mau kan jadi teman bicaraku?
Jumat, 05 Oktober 2012
Rasa Kehilangan
Pernah merasa kehilangan sesuatu?
Barang, moment, seseorang atau mungkin ingatan?
Rasanya itu, seperti sesuatu yang selama ini ada lalu kemudian tiada.
Ada yang kurang,
Ada rasa gelisah yang datang,
Ada kesepian yang tiba-tiba menyerang.
Aaaah, rasa itu sungguh tidak nyaman,
Membelenggu hati dalam sebuah pencarian,
Mencari yang hilang agar bisa kembali datang,
Rasa kehilangan itu hadir ketika kita merasa memiliki sesuatu,
Sesuatu yang tanpa kita sadari menemani waktu-waktu berharga yang kita miliki,
Lalu, ia tiba-tiba harus pergi, menjauh kemudian benar-benar menghilang bersama waktu,
Sejatinya, kita tak memiliki apa-apa di dunia ini,
Yang ada di samping kita saat ini, hanya sebuah titipan bernamakan anugerah,
Yang bisa pergi dan menghilang kapan pun ia harus pergi,
Tanpa pernah bisa kita memintanya untuk kembali datang ke sisi,
Rabu, 03 Oktober 2012
Emang Dasar
Mau cerita sedikit tentang ke-aneh-an aku, Kiki sama Dwi. Entahlah, meski kadang berusaha untuk menolak kalo dibilang aneh, tapi kami lebih sering menerima kalo kami emang ANEH. Huahahaa, tuh kan, aneh kan?
Tanggal 22 September 2012
Aku sama Dwi ada agenda arisan akhwat DPC Kalidoni, waktu itu tempatnya di rumah Mb Fitri. Tepat jam 3 kita udah ada di sana, karena acaranya jam 4. Mau numpang shalat Ashar sekalian. Diketok-ketok gak ada respon, akhirnya kita memutuskan untuk numpang shalat di rumah Ummu Zafa yang gak jauh dari sana.
Dwi yang kusuruh untuk meng-sMs Ummu Zafa, bilang kalo kita mau ke rumahnya untuk numpang shalat. Pesan terkirim! Tapi, kok henpon ku bunyi, ringtone-nya itu ringtone khusus An Nahl, jadi aku tanya ke Dwi > Wik, ko yang sMs aku ye? | Nah, iyo Cik, terkirim ke nomermu. Hehe | Hadeeeh, punya temenku aneh sih, orang aku jelas-jelas di sampingnya, masih juga dikirimin sMs. Hahaha.
Sabtu 29 September 2012
Kejadian itu aku ceritain ke Kiki, dengan girangnya dia nginget-nginget kejadian dulu, waktu aku juga pernah salah kirim, padahal yah, Kiki ada di depanku, dan aku mau kirim sMs ke Dwi, eh malah ngirim ke dia. Ckckck. Kiki keknya gembira banget tuh ngatain aku siang itu, "Makanya Cik, kalian itu emang aneh. Masa bisa salah kirim sih, itu kan konyol. Huahaha"
Sore itu kita mau silaturahim ke rumah Kak Anton, untuk memastikan kita beneran mau dateng, Kiki nge-sMs Kak Anton, "Kak, kami ke rumah sekarang."
Pas nyampe rumah Kak Anton, dia agak kaget pas kita ternyata beneran dateng, padahal lagi hujan deres banget. Terus, dengan polosnya Kiki bilang, "Kan, udah di sMs tadi."
Setelah masuk ke rumah, aku langsung ngeliat henponku, ada 1 message, dari Kiki. Isinya > "Kak, kami ke rumah sekarang." Kontan ajah aku langsung ketawa, terus ngelirik tajem ke arahnya. Ckckck -__-"
Halah, emang dasar, trio aneh, sebelas sebelas deh. Kagak ada bedanya lah, sama ajah.
Tanggal 22 September 2012
Aku sama Dwi ada agenda arisan akhwat DPC Kalidoni, waktu itu tempatnya di rumah Mb Fitri. Tepat jam 3 kita udah ada di sana, karena acaranya jam 4. Mau numpang shalat Ashar sekalian. Diketok-ketok gak ada respon, akhirnya kita memutuskan untuk numpang shalat di rumah Ummu Zafa yang gak jauh dari sana.
Dwi yang kusuruh untuk meng-sMs Ummu Zafa, bilang kalo kita mau ke rumahnya untuk numpang shalat. Pesan terkirim! Tapi, kok henpon ku bunyi, ringtone-nya itu ringtone khusus An Nahl, jadi aku tanya ke Dwi > Wik, ko yang sMs aku ye? | Nah, iyo Cik, terkirim ke nomermu. Hehe | Hadeeeh, punya temenku aneh sih, orang aku jelas-jelas di sampingnya, masih juga dikirimin sMs. Hahaha.
Sabtu 29 September 2012
Kejadian itu aku ceritain ke Kiki, dengan girangnya dia nginget-nginget kejadian dulu, waktu aku juga pernah salah kirim, padahal yah, Kiki ada di depanku, dan aku mau kirim sMs ke Dwi, eh malah ngirim ke dia. Ckckck. Kiki keknya gembira banget tuh ngatain aku siang itu, "Makanya Cik, kalian itu emang aneh. Masa bisa salah kirim sih, itu kan konyol. Huahaha"
Sore itu kita mau silaturahim ke rumah Kak Anton, untuk memastikan kita beneran mau dateng, Kiki nge-sMs Kak Anton, "Kak, kami ke rumah sekarang."
Pas nyampe rumah Kak Anton, dia agak kaget pas kita ternyata beneran dateng, padahal lagi hujan deres banget. Terus, dengan polosnya Kiki bilang, "Kan, udah di sMs tadi."
Setelah masuk ke rumah, aku langsung ngeliat henponku, ada 1 message, dari Kiki. Isinya > "Kak, kami ke rumah sekarang." Kontan ajah aku langsung ketawa, terus ngelirik tajem ke arahnya. Ckckck -__-"
Halah, emang dasar, trio aneh, sebelas sebelas deh. Kagak ada bedanya lah, sama ajah.
Lelaki Hebat
"Saya kira suami mb tuh orang hebat loh, ustadz hebat gitu. Hehe"
"Memang kenapa sama suami saya, suami saya lelaki yang hebat. Dia berusaha untuk shalat berjamaah di masjid, dia seorang suami yang bertanggung jawab, ayah yang bijak, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Dia adalah lelaki hebat, setidaknya bagi saya. Tak peduli apa kata orang tentangnya, dia tetap lelaki hebat yang pernah saya kenal."
Lelaki hebat? Apakah harus terlihat secara dzahir? Nampak hebat di hadapan dunia? Yang dikenal di mana-mana? Atau?
Lelaki hebat mungkin bertaburan di muka bumi ini, mereka yang bisa memberikan motivasi di seminar-seminar, mereka yang sukses dengan karirnya, mereka yang ahli di bidangnya, mereka yang memberikan pencerahan terhadap ummat ataupun mereka yang dielu-elukan oleh banyak orang. Namun, masih banyak lagi lelaki hebat yang tak diketahui oleh orang lain. Yang mungkin dia tak cukup memiliki kriteria-kriteria untuk sekedar bergelar LELAKI HEBAT!
Dia, lelaki hebat saat berani meminta kepada seorang ayah untuk memperistri anaknya, mengikrarkan diri sebagai seorang suami di hadapan Allah, penghulu, juga keluarganya
Yang berlelah-lelah mencari nafkah yang halal untuk keluarganya dengan penuh cinta,
Yang tak membiarkan keluarganya kelaparan dan tak memiliki tempat berteduh,
Yang menegur dengan lembut atas kesalahan yang tak sengaja dilakukan oleh keluarganya,
Yang berusaha meluangkan waktu terbaik untuk bisa berkumpul bersama keluarganya,
Dan dia, lelaki hebat saat mau mendengarkan keluhan sang istri yang agak terkesan cerewet,
"Mungkin bagi dunia kamu hanya seseorang, tapi bagi seseorang kamu adalah dunianya."
Langganan:
Postingan (Atom)