Senin, 24 Mei 2010

Tentang Ukhuwah Sajalah…

>> "Siapa saja yang tulus rasa persaudaraannya dengan saudaranya, maka dia akan menerima kekurangan saudaranya itu, menutupi keburukannya, dan memaafkan kesalahannya." (Imam Syafi'i) ..Karena engkau saudaraku, maka maafkanlah kekhilafan yang pernah ku lakukan kepadamu.. –MAAF–
--}Monday at 8:15pm

..Ketahuilah, bahwasanya ukhuwah itu adalah nikmat dari Allah, anugerah yang diberikan kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya.. Karena itu, bersyukurlah kepada Allah atas nikmat tersebut dan jauhilah perbuatan maksiat, agar engkau tidak dijauhkan dari nikmat tersebut.. Bersaudaralah engkau karena-Nya, maka Ia akan menaungimu dengan kebaikan..
--} Tuesday at 7:08am

..Mengenalmu (iya, kamu yang baca status ini) adl suatu anugerah bagiku.. Dapat menjadi sahabatmu adl suatu nikmat yang haruslah kusyukuri.. Terima kasih Ya Rabb, telah menganugerahkan mereka dalam hidupku.. Kan ku lafazhkan alhamdulillah ketika ada yang tak menyukaiku dan kan ku lafazhkan subhanallah bila ada yang menyukai kehadiranku.. Karena aku hanya ingin bahagia di dunia ini, BAHAGIA.. ^__^
--} April 12 at 7:22pm

..Kini sayapku telah kembali, dan aku pun bisa terbang bebas melintasi penjuru bumi.. Bersama dirimu duhai teman sejati, yang tak pernah letih inginkanku agar slalu berbenah diri tuk menggapai ridho Ilahi.. Terima kasih tlah hadirkan nuansa biru di langit hatiku, juga untuk kasih putih di indahnya hariku.. ^__^ *ukhtiacilagiiseng.com*
--} March 26 at 9:36pm

..Ketika UKHUWAH menuntut pengorbanan.. Maka cobalah tuk memberikan apa yang bisa engkau berikan.. Meski hanya waktu seadanya yang bisa engkau berikan untuknya, lakukanlah hanya karena-Nya.. Yakinlah Allah akan senantiasa menaungimu dengan cinta-Nya yang Maha Luas..
--} January 26 at 12:53pm

..Ada apa dengan kampusku?? Tiap kali kuinjakkan kaki ke kampus putih itu slalu ada rona kebahagiaan yang terpendar, ada gurat kegembiraan yang tersemai, juga ada bias cinta yang tertahan di sini, di hatiku ini.. Ya Rabb, semoga semua rasa ini takkan berakhir meski nanti kuliahku harus berakhir dari kampus putihku.. Duhai sahabat perjuangan, sungguh aku mencintai kalian semua karenaNya.. SEMANGAD!! ^__^
--} April 8 at 8:57pm

..Ukhuwah adalah cinta yang mengalir melalui keimanan, bersemi dengan pupuk nasehat, terawat dalam do'a & berbuah pertemuan di syurga.. Ukhuwah itu menguatkan, menjaga, memperbaiki, memberi & saling mengingatkan antara satu dengan yang lain.. Semoga Allah kokohkan jalinan ini, amiiin.. Salam Ukhuwah untukmu saudaraku, karenaNya..
--} February 25 at 5:29am

"..Tidak termasuk seorang mukmin, jika ia tidak mencintai saudara (seiman)nya layaknya ia mencintai dirinya sendiri.. Cintailah yang ada di Bumi, maka yang di 'Langit' akan mencintaimu.. Dan Ia pun berjanji >> Mudahkanlah urusan saudaramu, maka Allah akan memudahkan urusanmu.." ..Ya Allah, sungguh aku makin Jatuh Cinta padaMu.. *hatiku SEBIRU hari ini*
--} January 22 at 7:46pm

..Rasulullah SAW bersabda “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Kalian tidak beriman secara sempurna sehingga kalian saling mencinta. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara bila kalian lakukan akan saling mencinta? Biasakanlah mengucapkan salam di antara kalian (apabila berjumpa).” (HR Muslim) --} Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.. ^__^
--} March 16 at 7:42am

..Diri ini tak dapat memungkiri lagi bahwa ku sedang merasakan anugerah cinta yang besar dariMu Ya Rabb.. Bias-bias cinta ukhuwah amat lekat membingkai di tiap sudut hati ini.. Terima kasih Ya Rabb tlah hadirkan mereka dalam hidupku.. Sahabat, betapa bahagiannya aku dapat mengenalmu.. Semoga jalinan ini takkan terkikis oleh waktu, amien.. ^__^
--} January 8 at 6:28pm

..Sesuatu yang penting menurutku belum tentu menjadi penting juga dipandanganmu, apa yang aku prioritaskan hari ini belum tentu menjadi prioritasmu juga.. Karena tiap kita berbeda, maka cobalah tuk memposisikan dirimu sebagai saudaramu, engkau mungkin akan bisa mengerti dirinya.. Keep POSITIVE THINKING..!! ^__^
--} January 22 at 11:37am

..Jika kau berteman denganku karena apa yang kupunya, sungguh aku tak memiliki apa-apa. Jika kau berteman denganku karena mengira aku memiliki kelebihan, sungguh aku serba kekurangan. Jika kau berteman denganku karena kita sepaham, sungguh tak slamanya kita sejalan. Namun jika kau berteman denganku karena Allah, Allah akan senantiasa menaungi kita dengan kebaikan.. Semoga demikian, amiin.. ^__^ *sMs dari temenku*
--} January 20 at 7:06am

..Perlakukanlah saudaramu sebagaimana ia ingin diperlakukan, jangan engkau memperlakukannya sebagaimana engkau ingin diperlakukan.. Karena antara kau dan dia jelaslah berbeda..
--} February 16 at 11:26am

..Untuk sebuah hati yang tak pernah letih dari do'a, untuk jiwa yang tak lepas dari sujudNya.. Ya Rabb, jagalah ia dikala penjagaanku tak sampai padanya, bimbinglah ia, dan kuatkanlah pundaknya saat menghadapi ujian dariMu.. Untuk sahabat yang ku sayangi karena Allah, tep SEMANGAD!! Tersenyumlah untukku dan untuk semua.. ^__^
--} January 12 at 1:20pm

..Hujan kau ingatkan aku tentang satu rindu, rindu pada mereka yang dekat namun terasa begitu jauh.. Kesibukan, iya jurang pemisah itu mengatas namakan dirinya 'kesibukan'.. Begitu rindu, tapi hati ini tak jua mampu bertemu.. Hanya do'a rabithah yang satukan kita dalam bait-bait indahnya.. {Merindukan An Nahl-ku}
--} March 2 at 12:51pm

"..Mencoba mengertimu duhai sahabat dengan keterbatasan yang kumiliki, keterbatasan tuk pahami sikapmu yang tak pasti, dengan emosi yang kadang tak terkendali.. Ketahuilah ketika kita menggoreskan sesuatu, pastinya akan meninggalkan bekas disana.. Begitupun dengan goresan sikapmu dihatiku.." Duhai diri.. Sabar itu indah, cobalah tuk menikmatinya.. Semoga esok kan jauh lebih baik, SEMANGAD!!
--} April 4 at 8:03pm

..Sepasang bola mata kita menggambarkan sebuah UKHUWAH yang indah. Mereka menangis bersama, terpejam & terjaga pun bersama. Meski mereka tak saling menatap! Begitu juga dengan kita, meski aku tak dapat menatap senyum indahmu & menyeka air mata dukamu, tapi akan slalu ada namamu dilantunan do'aku.. Berharap Ia menjagamu dgn ketat, tak hanya menjadikanmu baik, tapi slalu memberikan yang terbaik untukmu.. ^__^
--} April 21 at 7:57pm

Desi Dahlianti

Rabu, 12 Mei 2010

Akhwat dan Helm Yang Hilang...

Ana punya cerita pendek ni, bahkan sangat pendek mungkiiin…

Ini kisah nyata yang dialami oleh seorang teman dekat yang menurut ana merupakan akhwat unik, kami biasa menyebutnya dengan istilah akhwat bertampang Shoutul Harokah dan berhati Seismic (hehe, bingung kan???)

Cerita ini berawal dari siang yang cukup terik, akhwat ini dan beberapa temannya menjenguk seseorang di RS. Selepas menjenguk, si akhwat berjalan dengan santainya menuju parkiran, sesampainya di sana ia tak lagi mendapati helm yang dia gunakan ketika berangkat dari rumah. Si akhwat bertanya ke tukang parkir, ternyata tidak ada yang melihat ke mana perginya si helm (malangnya si helm itu, harus dibawa kabur oleh penjahat, ckckck).

Akhirnya si akhwat dengan hati yang agak sedikit sedih memutuskan untuk pulang (kasian sangad, T_T)



Di perjalanan pulang, tidak jauh dari RS tersebut. Si akhwat melihat helm yang sangat mirip dengan helm-nya yang hilang, dengan kecepatan penuh si akhwat mengejar pengendara motor itu sembari membunyikan klakson. Dan meminta pengendara motor tersebut untuk berhenti, akhirnya pengendara motor itu menghentikan laju kendaraannya…

Pengendara motor : Ada apa ya? *dia bertanya dengan tampang bingung sambil membuka helm-nya*

Akhwat: Maaf, boleh liat helm-nya? Helm aku hilang di RS… *dengan tampang memelas*

Pengendara motor: Saya memang dari sekitaran RS untuk sholat, tapi ndak masuk ke RS-nya… *dengan wajah yang meyakinkan*

Akhwat: Tapi, boleh kan aku liat dulu helm-nya… *tidak percaya dengan kata-kata pengendara motor tersebut, dasar akhwat!!*

Pengendara motor: Afwan ukhti, ini beneran helm ana. Tafadhol jika mau diperiksa… *sambil tersenyum*

-Akhwat itu pun langsung mengecek helm tersebut, dan…

>>> TARRAAAA…!!!


Akhwat: Ya, ternyata bukan helm ana. Cuma mirip saja, afwan jiddan ya??! *maluuuu sangad, ternyata orang yang sedari tadi dianggap ‘penjahat helm’ adalah seorang IKHWAN, mau taruh di mana ni muka, (>_<)*


Si akhwat pun pergi meninggalkan ikhwan yang cuma tersenyum saja melihat tingkahnya, akhwat.. akhwat.. ada-ada saja tingkahmu wat...

Pelajaran yang dipetik oleh si akhwat tersebut:
1. Lebih menjaga keamanan barang-barang miliknya. *sejak kejadian itu, si akhwat jarang sekali meninggalkan helm-nya, sampe ke Base Camp pun helmnya ndak dilepas. Kalopun harus ditinggal pastilah diamankan terlebih dahulu, saluuuuutt*
2. Lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan orang yang belum dikenal. *sapa tau ikhwan lagi, malu kan.. hehe*
3. Selesai…


*ada kata-kata yang diedit terlebih dahulu sebelum diterbitkan, maklum percakapan yang sebenarnya menggunakan Bahasa yang sangad indah, yaitu Bahasa Palembang, dikhawatirkan banyak yang tak mengerti karena terlalu indah*

Catatan kecil: Akhwat ini sempat bertemu kembali dengan ikhwan tersebut ketika mengikuti Aksi Solidaritas Palestine, si akhwat cuma tersenyum *terpaksa* pas si ikhwan melihat ke arahnya dengan wajah sedang mengingat-ingat… Hehe…

>> Untuk si Akhwat, afwan deh ana posting cerita anti tanpa permisi… Tenang saja, kerahasiaan nama tetap terjamin…

Peace...

Dan... Ketika Akhwat Jatuh Cinta...

Akhwat Jatuh Cinta??


Tak ada yang aneh, mereka juga adalah manusia...

Bukankah cinta adalah fitrah manusia???

Tak pantaskah akhwat jatuh cinta???

Mereka juga punya hati dan rasa...



Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya???
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada...


Namun sebaliknya...

Ketika Awat Jatuh Cinta...

Yang mereka rasakan adalah penyesalan yang amat sangat, atas sebuah hijab yang tersingkap...
Ketika lelaki yang tak halal baginya, bergelayut dalam alam fikirannya, yang mereka rasakan adalah ketakutan yang begitu besar akan cinta yang tak suci lagi...

Ketika rasa rindu mulai merekah di hatinya, yang mereka rasakan adalah kesedihan yang tak terperih akan sbuah asa yang tak semestinya…

Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu…
Yang ada adalah malam-malam yang dipenuhi air mata penyesalan atas cinta-Nya yang ternodai…
Yang ada adalah kegelisahan, karena rasa yang salah arah…
Yang ada adalah penderitaan akan hati yang mulai sakit…


Ketika Akhwat Jatuh Cinta…

Bukan harapan untuk bertemu yang mereka nantikan, tapi yang ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dari orang tersebut…

Tak ada kata-kata cinta dan rayuan…

Yang ada adalah kekhawatiran yang amat sangat, akan hati yang mulai merindukan lelaki yang belum halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya…

Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah, kegelisahan di hatinya yang tak mampu lagi memberikan ketenangan di wajahnya yang dulu teduh…

Mereka akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya…
Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mereka lakukan...



Alangka kasihannya jika akhwat jatuh cinta…
Karena yang ada adalah penderitaan…

Tapi ukhti…
Bersabarlah…
Jadikan ini ujian dari Rabbmu…


Matikan rasa itu secepatnya…
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia…
Pasang duri dalam hatimu, agar rasa itu tak tumbuh bersemai…
Cuci dengan air mata penyesalan akan hijab yang sempat tersingkap...

Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah hanya padaNya…
Pupuskan rasa rindu padanya dan kembalikan dalam hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu…


Ukhti… Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya…

Karena bila memang kalian ditakdirkan bersama, maka tak akan ada yang dapat mencegah kalian bersatu…

Tapi ketahuilah, bagaimana pun usaha kalian untuk bersatu, jika Allah tak menghendakinya, maka tak akan pernah kalian bersatu…


Ukhti… Bersabarlah… Biarkan Allah yang mengaturnya...
Maka yakinlah... Semuanya akan baik-baik saja…


Semua Akan Indah Pada Waktunya…


By: Ummu Sa'ad 'Aztriana'

sumber: http://www.facebook.com/notes/tris-viory-al-isyq/dan-ketika-akhwat-jatuh-cinta/10150191489445029

Hasil copas lagi deh, kereeeeennn…

Semoga Bermanfaat…

Rabu, 05 Mei 2010

Mau Nikah??? Emang Uda SIAP???

Pernikahan adalah sesuatu yang suci, sakral dan bernilai ibadah, karena pernikahan adalah salah satu dari sekian pintu yang digunakan untuk meraih keridhaanNya. Pernikahan juga merupakan ikatan suci antara dua insan, di mana mereka saling mendukung dan mendampingi antara satu dan lainnya demi menggapai keridhaan Rabb-nya. “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kalian mengingat (kebesaran ALLAH).” (QS. 51: 49)

Menikah itu tidak semudah ataupun sesulit yang kita bayangkan, nah loh gimana ceritanya tuh. Banyak orang yang tidak mau menikah karena ia takut untuk menikah, takut tidak bisa bertahan dengan pasangannya, takut pasangannya tidaklah sama seperti yang dibayangkan sebelum menikah, takut tidak bisa menghidupi keluarga dengan baik, takut tidak terpenuhinya semua keinginan yang telah ia rancang, takut ini takut itu dan takut segalanya. Ada juga yang menganggap menikah itu mudah, dengan hanya bermodalkan niat tanpa ada persiapan-persiapan yang harusnya ia miliki sebelum memutuskan untuk menikah. Lalu apa aja sih persiapan sebelum menikah itu???

1. Ruhiyah
Kenapa ruhiyah menjadi hal pertama yang harus dipersiapkan sebelum menikah?? Karena ketika kita belum menikah kita hanya disibukkan dengan diri sendiri dan keluarga kita, masalah kita pun tak sekompeks seperti halnya orang yang telah menikah. Maka dari itu kita harus memperhatikan hal satu ini, sebelum menikah kita harus meluruskan niat kita, untuk apa sih kita menikah??
Menikah itu haruslah dengan motivasi untuk beribadah kepada-Nya. Tidak salah, tidak salah sama sekali jika kita menikah disebabkan alasan psikis karena saling mencintai kemudian sepakat untuk menikah atau karena alasan biologis berupa dorongan syahwat pun tidak salah, namun jangan jadikan hal-hal tersebut sebagai satu-satunya alasan untuk menikah, terlepas dari kehendak untuk beribadah kepada-Nya.
Berapakah lamanya perasaan cinta yang mampu bersemai dihati sepasang kekasih tanpa nilai ketaqwaan didalamnya dan seberapa mampukah gejolak syahwat diredam hanya karena tuntunan pemenuhan biologis semata. Sudah menjadi tabiat dasar manusia yang tidak pernah puas akan kesenangan dan kenikmatan, sampai-sampai Rasulullah bersabda adalah bani adam yang apabila diberi kepadanya sebuah lembah yang penuh emas, maka pasti dia akan meminta lembah lainnya berisi emas juga.
Agar tendensi ketidak puasan tersebut mampu untuk dikendalikan, tak lain hanya dengan menggunakan rambu-rambu syariat dimana salah satunya ialah dengan menjadikan niat menikah dimotivasi akan keinginan untuk beribadah kepada-Nya sehingga mampu melahirkan sifat qana’ah atau kecukupan hati.
Bukankah tujuan menikah ialah menciptakan ketenangan dan perasaan cinta serta kasih (sakinah, mawadah, warahmah) antara suami istri. Tidaklah ketenangan hati mampu dicapai kecuali dengan mengingat Allah dan tidaklah seseorang bisa mengingat Allah secara sempurna kecuali dia tengah beribadah kepada-Nya, sedangkan pemilik sesungguhnya dari perasaan cinta dan kasih ialah Allah SWT, sehingga menjadi hak-Nya untuk memberikan perasaan tersebut kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dan tentu saja menjadi hak-Nya juga untuk mencabut perasaan tersebut kapan saja Dia mau.
Lalu apa yang bisa kita lakukan agar Allah SWT sudi untuk senantiasa menjadikan perasaan cinta dan kasih bersemayam dihati kita? Tentu saja dengan membuat Dia ridho melalui ibadah kepada-Nya. (ngutip kata-kata di note-nya temen)

2. Ilmiah atau Ilmu Pengetahuan
Nah hal satu ini juga ga kalah penting dari yang pertama, seperti halnya kita akan memasuki dunia baru, kita harus tau apa saja sih yang ada di dunia itu, kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan tejadi selama kita di dunia baru itu, dan banyak lagi yang perlu kita ketahui sebelum kita memasuki dunia baru tersebut. Dalam sebuah pernikahan, kita harus tau banyak hal terkait tentang pernikahan. Carilah ilmu-ilmu berkenaan dengan pernikahan, bagaimana menjadi suami/istri yang baik, fiqh-fiqh pernikahan, cara berkomunikasi efektif dengan pasangan, cara mendidik anak, de el el…

Berkaitan dengan cara berkomunikasi ini, saya punya catatan yang cukup menarik yang bisa kita pelajari bersama tentang perbedaan unik antara pria dan wanita dalam berkomunikasi…
- Single Tasking
Otak wanita memiliki Corpus Callosum, yaitu sekelompok saraf yang menghubungkan otak kanan dan kiri. Saraf inilah yang menghubungkan komunikasi di antara kedua belahan otak. Koneksi yang lebih kuat antara bagian-bagian otak yang berlainan meningkatkan kemampuan WANITA untuk melakukan MULTI TASKING atau beberapa tugas sekaligus.
Pada pria, saraf ini mempunyai ukuran 25% lebih kecil daripada wanita. Inilah sebab mengapa LAKI-LAKI UMUMNYA SINGLE TASKING : hanya bisa mengerjakan satu urusan pada satu saat.

- Berorientasi Solusi
Setiap tindakan kita atas suatu masalah ditentukan oleh level aman, yakni persepsi tentang seberapa parah dampak yang akan timbul. Level aman terhadap masalah bagi seorang WANITA lebih rendah, tetapi baginya yang terpenting adalah merasa DIDENGARKAN DAN DIPAHAMI. Orientasinya proses itu.
Level aman terhadap masalah bagi seorang laki-laki memang lebih tinggi. Tetapi baginya, masalah itu harus dipecahkan oleh dirinya sendiri, jadi laki-laki memang tidak mudah panik. Mungkin bagi wanita hal tersebut terkesan menggampangkan masalah. Dibalik ketidakpanikan, dalam diri LAKI-LAKI tertancap kuat sebuah persepsi bahwa setiap masalah harus berujung dengan SOLUSI.

Kita ambil satu cerita yang cukup menarik, suatu hari seorang istri bercerita tentang apa yang ia kerjakan seharian kepada sang suami, “Bang, aku capek banget nie, dari tadi aku ngurus anak-anak, nyuci baju, masak, semuanya deh… Huffh, bener-bener capek!”. Suaminya lantas berpikir, apa ya solusi untuk masalah dari istrinya ini. Dan dengan santainya ia mengatakan “Insyah Allah bulan depan kalo abang punya uang lebih kita akan pake jasa pembantu.” Terang saja si istri berpikir dalam hati, “hmm… Jadi selama ini aku dianggap pembantu ya?” Padahal maksud sih istri ia hanya ingin mencari telinga yang mau mendengarkannya, bukan berarti ia meminta dicarikan solusi dari permasalahannya.
Kata Ust. Salim A Fillah, “Jika kita mau memahami tingkah laku sang istri dan menjadi pendengar terbaiknya, insyah Allah kita bisa menghemat banyak anggaran untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dan rahasia keluarga kita tak sampai ke telinga orang lain (karena sang istri merasa tak didengar di rumahnya sendiri).”

- Memilih DIAM Jika dihadapkan Masalah atau Pilihan Sulit
Ingat apa yang dialami Ibrahim as ketika diminta Allah meninggalkan anak dan istrinya di lembah tak bertuan, tak bertanaman, tak bermanusia, di dekat rumah Allah yang mulia? Perasaan sebagai bapak dan suami yang harus memimpin, melindungi dan menafkahi bergumul dengan perasaan sebagai hamba dan Nabi yang harus mentaati Allah. Maka dia tak sanggup bicara, hanya DIAM. Bahkan ketika Hajar bertanya tiga kali kepadanya, dia tetap tak bicara.

- Memerlukan Ruang Menyendiri dalam Kondisi Tertekan
Ketika Muhammad, lelaki yang banyak menyendiri memikirkan ummat itu mendapat wahyu pertama, dia shock. Seolah beban separuh bumi untuk mengubah nasib ummat manusia diletakkan di pundaknya seorang diri. Ketika pulang Beliau jatuh berulang kali, sesampainya di rumah ia berkeringat dingin, pucat pasi, menggigil dan pias. Dia berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.. Selimuti aku!”
Kehebatan Khadijah sebagai istri adalah bahwa melihat kepanikan itu dia tak ikut panik dan tak bertanya, “Ada apa?” Dia langsung menyelimuti dan memberi ruang menyendiri kepada Muhammad untuk menenangkan diri.
Terkadang istri bermaksud baik untuk mendukung suaminya, dengan menanyakan apa yang menjadi permasalahan pada suaminya. Tapi sang suami berteriak dalam hati, “Bisa tolong biarkan aku sendiri gak sih? Percaya sajalah! Kalaupun ada yang ketinggalan, percayalah bahwa nanti aku akan menemukan solusinya! Kalaupun ada suatu masalah akibat keteledoran di sini, nanti akan kita cari solusinya di sana!”
Seorang lelaki lebih memilih menyendiri untuk menyelesaikan permasalahannya ketimbang menceritakan masalahnya kepada orang lain, sangat berbeda dengan perempuan yang dengan senang hati menceritakan apa yang terjadi padanya ke orang lain. Dia hanya ingin sedikit meringankan bebannya dengan berbagi ke orang lain, terkadang perempuan beranggapan lelaki itu seperti halnya dia. Sehingga ia senantiasa mengharap sang suami mau menceritakan permasalahan yang ia hadapi kepada dirinya, sama seperti yang ia lakukan.

- Menghitung dan Menimbang dalam Hubungan
Seorang wanita tidak menghitung. Ia akan memberi dan terus memberi sebagaimana pada saatnya. Ia menuntut untuk menerima dan terus menerima. Seorang laki-laki menghitung, “Saya sudah sekian kali memberi, boleh dong saya ambil kesempatan kali ini untuk diri saya.”
Seorang wanita tidak menimbang. Baginya satu kebaikan adalah satu kebaikan. Besar atau kecil tidak dipertimbangkan. Sementara laki-laki menimbang, “Jika saya sudah memberi kebaikan sebesar ini, saya berhak melakukan tiga kesalahan kecil tanpa disalahkan.”

- Memerlukan Jeda-jeda “Mandiri” untuk Menjaga Hubungan
Seorang wanita seperti gelombang. Kemampuannya mencintai seseorang naik dan turun sesuai apa yang dirasakannya dalam hubungan. Sebaliknya, seorang laki-laki seperti karet gelang. Ia secara otomatis berubah-ubah antara membutuhkan kedekatan dan kemandirian. Dan ketika dia mengambil jeda untuk melakukan kegiatannya sendiri yang tak berhubungan dengan orang lain, sebenarnya di situ akan dia temukan kebutuhan untuk mendekat kembali.
Maksudnya, ketika seorang lelaki merasa hubungannya dengan orang lain mengalami hal yang cukup menjenuhkan. Biasanya mereka akan mencari ruang untuk diri sendiri, misalnya ia berkumpul dengan teman-temannya, mencari sedikit hiburan dan ketika ia merasa lebih baik, ia akan kembali mendekat.

- Berkomunikasi dengan Kalimat Langsung
Kecerdasan menangkap makna, perempuan biasanya lebih tinggi sehingga kalimat tak langsung yang sering mereka gunakan sulit dipahami laki-laki. Untuk berkomunikasi dengan laki-laki: kalimat “Mau nggak bawain belanjaan?” lebih baik daripada “Belanjaannya masih di motor loh” atau “Minggu besok kita pergi yuk!” lebih baik daripada “Sudah lama loh kita nggak jalan-jalan.” Atau “Maukah kau menjemput anak-anak?” lebih baik daripada “Anak-anak harus dijemput dan aku masih banyak kerjaan.”

KEBUTUHAN EMOSI YANG UNIK
Laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan emosi yang berbeda. Wanita membutuhkan perhatian, pengertian, hormat, kesetiaan, penegasan dan jaminan. Sementara pria membutuhkan kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman, persetujuan dan dorongan.


Kesalahan Wanita Sehingga Pria Merasa Tidak Dicintai
- Mencoba memperbaiki tingkah lakunya atau menolongnya dengan menawarkan nasehat yang baik yang tidak diminta. --} Pria merasa tidak dipercaya
- Mencoba mengubah atau menguasai tingkah laku dengan menyampaikan kesalahan atau perasaan negatif –nadanya memanipulasi dan menghukum-. --} Pria merasa tidak diterima
- Tidak menghargai yang dilakukan pria padanya, tetapi mengeluh mengenai apa yang tidak dilakukan oleh pria kepadanya. --} Pria merasa tidak dihargai
- Membetulkan tingkah lakunya dan memberitahu apa yang seharusnya, seolah-olah ia anak kecil. --} Pria merasa tidak dikagumi
- Perasaan kecewa diungkapkan tak langsung dengan pertanyaan retoris, “Mengapa kau melakukan itu?” --} Pria merasa tidak disetujui
- Ketika pria membuat keputusan atau mengambil inisiatif, wanita sering mengecamnya.
--} Pria merasa tidak didorong dan justru dikecilkan hatinya.

Kesalahan Pria Sehingga Wanita Merasa Tidak Dicintai
- Tidak mendengarkan, mudah terbagi perhatiannya, tidak mengajukan pertanyaan yang penuh minat atau perhatian. --} Wanita merasa tidak diperhatikan/dipedulikan
- Mengartikan perasaan secara harfiah, ia menganggap wanita perlu penyelesaian, karena itu ia memberinya solusi. --} Wanita merasa tidak dimengerti
- Mendengarkan, tapi kemudian marah dan menyalahkan (karena memang sebenarnya salah) atau karena membuatnya kecewa dan patah semangat.
--} Wanita merasa tidak dihormati
- Menganggap banyak hal penting lain (pekerjaan, anak-anak) harus diselesaikan daripada berlama-lama mendengarkan istri tanpa menemukan solusi.
--} Wanita merasa sang suami tidak setia
- Bila wanita marah, pria menjelaskan mengapa pria benar dan mengapa seharusnya wanita tidak boleh kecewa. --} Wanita merasa tidak dihargai atau pria tidak tegas menghargainya
- Setelah mendengarkan, tidak mengatakan apa-apa atau pergi begitu saja atau malah tertidur. --} Wanita tidak merasa mendapatkan jaminan

Hal-hal tersebut di atas terkadang terabaikan oleh kita sehingga mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam kehidupan berumah tangga. Untuk itu sedini mungkin kita belajar memahami karakteristik lawan jenis kita, apa yang mereka inginkan ketika merasa sedih, apa yang dapat membuatnya menjadi seseorang yang dihargai, de el el…

Dalam kehidupan berumah tangga akan banyak hal tejadi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, kita harus siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Kita tidak boleh hanya mengharapkan sesuatu dari pasangan kita tanpa berharap dapat memberikan sesuatu kepadanya. Jangan pula hanya disibukkan untuk mengurusi kemauan, tanpa menyibukkan diri untuk mencapai kemampuan kita dalam berumah tangga. Dan cintailah suami ataupun istrimu sebagaimana ia ingin dicintai, perilakukanlah ia sebagaimana ia ingin diperlakukan. (Salim A Fillah)

3. Jasadiyah
Ini juga perlu dipersiapkan sebelum kita menikah, terkadang kita mengabaikan faktor satu ini. Biasanya ketika masih bujangan atau gadis, kita akan makan apapun yang kita ingin makan, makan kapan pun kita ingin makan, tanpa mempedulikan apakah makanan itu baik untuk tubuh kita atau malah merusak sebagian fungsi organ tubuh kita. Kita juga jarang menyempatkan diri untuk olahraga, apalagi wanita (pengakuan diri, hehe) jarang sekali membagi waktunya yang padat itu untuk sekedar mengolahragakan diri. -__-
Maka dari itu, mulai dari sekarang sempatkanlah waktu untuk olahraga, walaupun cuma setengah jam (lumayan lama ya, 15 menit juga bolehlah… ^^), atur pola makan (jangan makan siang pada saat mau makan malam, atau sarapan di penghujung Dhuha, makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang), perhatikan makanan yang dimakan (makanlah makanan yang bergizi, sehat dan baik untuk tubuh kita. Jangan hanya makan ‘makanan kampus’, ‘makanan anak kost’, ataupun ‘makanan musafir’. Karena kita akan dimintai pertanggungjwaban atas apa yang kita makan, yang kelak akan berimbas pada keturunan kita. Waspadalah! Waspadalah!)

4. Finansial
Hal satu ini juga gak kalah penting untuk dipersiapkan, walaupun bukan hal yang utama namun juga merupakan hal yang penting. Khususnya untuk pria nih, bukan berarti wanita lantas cuek dengan hal ini ya. Saya punya sedikit cuplikan dari cerpen seorang teman, http://www.facebook.com/notes/ale-anwar-gmg/cerpen-pengaman-pernikahan-i-pra-nikah/293862875748
“Disamping mental untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka miliki, para ikhwan juga wajib menyiapkan mental lain terkait kesiapan mereka untuk menikah, yaitu mental survive dan pantang menyerah untuk mencari maisyah. Itulah yang dimaksud dengan KESIAPAN BERMATERI. “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf (QS Al-Baqarah : 233)”
Materi tentu saja penting, walaupun materi bukan segala-galanya, tapi segala-galanya akan sulit bergerak jika tidak ada materi, namun seandainya kita menjadikan materi sebagai patokan kesiapan seorang ikhwan untuk menikah, maka hal tersebut menjadi sangat relative. Sekarang coba tanyakan pada dirimu, kira-kira materi apa ya yang minimal harus dimiliki sebelum seorang ikhwan memutuskan bahwa dirinya telah siap untuk menikah?” Apakah sudah ada rumah meskipun masih ngontrak? Mobil? Motor?

Hmmm. Coba kita melihat satu contoh kehidupan rumah tangga pada masa Rasulullah, yaitu kehidupan rumah tangga Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Pada saat Ali bin Abi Thalib menikahi Fatimah, harta apa yang dimiliki oleh Ali? Hanya baju perang saja. Hanya itulah yang dimiliki oleh Ali. Apakah Fatimah protes lalu menuntut lebih dari Ali? Adakah Rasulullah keberatan untuk melepaskan putri kesayangannya menikah dengan Ali? Fatimah sadar sebagai seorang suami Ali sudah berusaha keras untuk melaksanakan kewajibannya dalam memberikan nafkah dan Ali sudah berikhtiar semampunya untuk itu, namun bukankah untuk masalah hasil merupakan urusan Allah? Masalah hasil sudah diluar kewenangan Ali. Allah lebih melihat pada proses sebab masalah hasil adalah hak-Nya.

Cukuplah mental survive dan pantang menyerah serta giat bekerja dari seorang ikhwan menjadi pertanda bahwa dia telah memiliki KESIAPAN BERMATERI. Lalu menjadi pertanyaan yang krusial adalah, bagaimana cara kita menilai bahwa seorang ikhwan telah memiliki mental survive dan pantang menyerah serta giat bekerja? Cara menilainya ialah dengan melihat kegigihannya dalam bekerja.
Mengetahui usaha-usaha apa saja yang telah dilakukannya dalam mencari nafkah, meskipun hasil dari kegigihan dan usahanya tersebut belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Itulah cara menilainya.
Perlu digaris bawahi, bahwa kita katakan “belum” membuahkan hasil yang diharapkan. Kita tidak menggunakan frase kata “tidak” membuahkan hasil seperti yang diharapkan, tapi frase kata “belum”. Maksudnya apa? Mengapa kita menggunakan frase kata “belum”? Tiada lain ingin menyampaikan pesan positif bahwa untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan itu hanya masalah waktu. Bukan masalah ketidak mampuan sang ikhwan apalagi kemustahilan, karena dia telah memiliki modal dasar yang paling fundamental dan berharga dalam mencari maisyah yakni MENTAL SURVIVE DAN PANTANG MENYERAH.
Akan sangat berbeda ceritanya jika ia seorang yang telah memiliki kemapanan materi dan rupanya kemapanan tersebut diperolehnya karena bantuan orang tua mungkin atau warisan, sehingga belum bisa disebut sebagai ikhwan yang memiliki mental survive dan pantang menyerah sebab belum teruji.
Bukankah Allah telah berjanji bahwa dia akan memampukan hamba-Nya yang miskin apabila hamba-Nya tersebut ingin menikah? (QS An-Nur : 32) Dan tidaklah janji tersebut akan ditunaikan oleh Allah kecuali bagi hamba-hamba-Nya yang mau berikhtiar untuk mewujudkannya. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS Ar-Ra’d : 11).
Lalu siapakah hamba-Nya yang pantas untuk mendapatkan janji mampu dari-Nya? Tentu saja hanya bagi hamba-hamba-Nya yang mempunyai mental survive dan pantang menyerah, sebab hal tersebut merupakan representasi ikhtiar yang sesungguhnya.

5. Sosial
Sosial?? Apaan nie maksudnya?? Maksudnya, kita harus mempersiapkan diri dengan segala perubahan yang akan terjadi ketika kita menikah, bertambahnya peran kita setelah menikah (yang dulunya hanya sebagai seorang anak, cucu, adik, kakak, murid ataupun teman, kini kita akan bertambah peran menjadi seorang istri/suami, menjadi menantu, adik/kakak ipar, menjadi ayah/ibu, menjadi paman/bibi). Apalagi ketika kita telah tinggal terpisah dengan orang tua, kita harus mampu bermasyarakat dengan baik, menjadi tetangga yang baik untuk tetangga kita (paling tidak 40 rumah ke kanan, kiri, depan dan belakang), kita harus memiliki keinginan dan usaha untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, bukankah seorang Muslim yang paling baik adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain, jangan sampai kita hanya disibukkan dengan urusan kita sendiri sehingga tidak mempedulikan orang-orang di sekitar kita.

Itulah beberapa hal yang harus kita persiapkan sebelum memutuskan untuk menikah, insyah Allah jika kita telah menyiapkan hal tersebut di atas kita akan lebih matang dalam menjalani kehidupan berumah tangga (aamiin). Ingatlah orang yang nantinya akan mendampingi kita dalam mengarungi samudera kehidupan ini bukanlah malaikat yang tanpa cacat, bukan pula bidadari yang senantiasa nampak ‘cantik’. Ia hanya insan biasa yang pastinya memiliki banyak kekurangan, di samping ia memiliki berjuta kelebihan yang seakan tertutup karena kekurangan yang ia miliki. Bersabarlah jika si dia tidaklah sebaik seperti yang kita harapkan sebelumnya, karena itu akan jauh lebih baik bagimu. Bersyukurlah, jika ternyata dia pun jauh lebih baik dari yang pernah kita pikirkan, itu akan membuatmu ditambahkan kenikmatan yang lebih dari-Nya. Bersiaplah dengan segala perubahan yang nantinya akan kau temukan dari si dia, baik itu perubahan ke arah lebih baik ataupun kebaikannya memudar karena sesuatu.

Hari-Hari Bersama CINTA-ku

2 Hari yang Penuh Cinta…


Alangkah indahnya bila tiap waktu yang berjalan dilalui dengan jejak kebahagiaan yang tak pernah memudar, betapa bahagianya jika kehadiran kita di tengah orang-orang terdekat membawa arti sendiri bagi mereka yang begitu istimewa…
Dua hari yang penuh cinta, kenapa aku mengatakan hal itu? Karena aku begitu merasakan sebuah cinta persaudaraan yang begitu kental dalam dua hari itu. Ingin sedikit berbagi kepadamu tentang hari-hariku…

Sabtu, 10 April 2010
Waktu telah menunjukkan pukul 07.30, aku masih sibuk dengan aktifitas pagiku di rumah. Telat!!! Benar-benar telat, acara mulai jam 08.00. Jarak rumahku ke tempat kegiatan cukup jauh, paling tidak 40 menit untuk sampai ke sana, belum ditambah mobil yang suka berlama-lama ria menunggu penumpang lainnya. Kalau ada si Mici sih nyantai aja, 20 menit juga dah nyampe. Masalahnya Mici dipinjem oleh kakakku untuk waktu yang tak ditentukan. Akhirnya setelah aku selesai dengan aktifitas pagiku itu, aku berangkat dengan cukup terburu-buru, hingga buku catatanku tertinggal di rumah. Untung aja bukan acara taujih yang mengharuskan aku tuk mencatat materinya, hari itu aku akan menghadiri Living Quotient Training dari Mata Air Syurga Training Center (MASTER) di Masjid Raya Taqwa Palembang. Ini LQ yang ke-4 kali aku ikuti, meski dah berkali-kali tetep aja slalu menyisakan rasa yang berbeda tat kala aku mengikutinya. Aku mengatakan, men-charge ruhiyah.

Tentang Putri Kecilku…
Ketika aku sibuk melihat jam di handphone-ku, masuklah sebuah pesan dari nomor asing. Ternyata dari sahabat kecilku yang baru kukenal beberapa bulan ini, bertemu dengannya hanya satu kali. Di teras musholla kampusku, ketika itu ia menghadiri pertemuan anak-anak SMA tuk mengikuti kegiatan Sukses UN dengan Keyakinan, yang juga diselenggarakan oleh MASTER. Awalnya hanya perkenalan biasa, dia menyebutkan namanya, aku pun begitu. Kupikir dia telah kuliah, wajahnya dewasa banget sih, anak SMA sekarang kan jauh lebih cepat tumbuh ketimbang masa-masaku dulu (^__^). Saat itu aku sedang menunggu tuk syuro’ terkait kegiatan itu juga, karena acaranya belum dimulai aku pun memulai obrolan dengannya. Kudengar sayup-sayup suara Saujana dengan Suci Sekeping Hati-nya melantun dari handphone si putri itu, aku sangat suka lagu itu. Lalu kukatakan kepadanya, mb suka banget sama lagu itu dek. Adek juga suka ya? Iya mb, aku suka lagu ini, bagus sih. Kemudian berlanjutlah perbincangan itu, sampai pada ia menceritakan tentang sahabat dekatnya yang mendapatkan hidayah tat kala mengikuti LQT beberapa waktu sebelum itu, si putri ini ingin sekali mengetahui seperti apa LQT itu, hingga sahabatnya itu begitu antusias menceritakan kepadanya.

Kau tau sahabat, tidak ada yang kebetulan di dunia ini, tanpa disadari aku mengenal sahabatnya itu, aku mengenal sosoknya ketika ia mengatakan, ia menghadiri LQT ini karena ia diminta oleh sahabatnya untuk datang ke acara itu, ia menangis terseduh ketika menyampaikan pesan dan kesan tentang kegiatan hari itu, ia begitu berterima kasih kepada sahabatnya yang telah menjadi jalan tuk dirinya, hingga ia memutuskan tuk menutup aurat sejak saat itu. Sungguh kisah yang mengharukan, saat aku mendengar sahabat putri kecilku itu bercerita, tanpa terasa berurailah air mataku, teringat akan salah seorang teman yang juga menjadi salah satu jalan aku bisa berada di jalan ini, meski sekarang ia tak lagi sejalan denganku.

Ya putri yang kukenal begitu singkat itu mengirim pesan kepadaku, ia menanyakan tempat kegiatan Sabtu itu. Lalu kami pun berjanji tuk bertemu di suatu tempat, agar bisa pergi bersama ke acara tersebut. Dia sampai lebih dulu ke tempat itu, ia duduk lengkap dengan seragam Pramuka-nya sambil mendengarkan MP3 dan membaca buku. Kuhampiri dan kupanggil namanya, ia pun sesegera mungkin melihatku dan kemudian berdiri. Ia merasa sungkan saat pertama kali bertemu denganku, mungkin dia agak lupa-lupa ingat dengan wajahku kali ya. Tapi aku slalu ingat wajahnya, wajah si putri yang begitu bersemangat ketika ia berbincang denganku di 14 Februari lalu…
Selama perjalanan kami berbicara seadanya, tidak banyak yang kami bicarakan. Karena kami merasa datang begitu terlambat, saat itu jam telah menunjukkan pukul 9 kurang, dan kami masih dalam perjalanan. Telat! Apa kata dunia?? Ckckck…

Perjuangan putri kecilku itu untuk sampai ke acara tersebut begitu besar, dia menyelesaikan ujian praktek mulok (muatan lokal)nya dengan secepat ia bisa, hanya untuk mengikuti LQT. Aku banyak belajar darinya, banyak sekali. Tentangnya yang tetap tegar meski tak lagi ada ibu yang menemani, ia mengangkat tangan ketika trainer menanyakan siapa yang telah kehilangan sosok ibu dalam hidupnya, dia mengangkat tangan dan aku langsung memandangnya. Tak lama dari sana, ia memelukku dengan erat. Aku tak kuasa tuk menahan tangis, subhanallah, apa aku bisa sekuat putri kecilku ini. Dia tetap tersenyum dan terus bersemangat, bersamanya kutemukan warna baru dalam hidupku. Ada lagi sesosok pribadi tangguh yang coba kupelajari, semoga putri kecilku dapat meraih cita-citanya. Ia ingin sekali bisa terus memperbaiki diri, menjadi muslimah sejati, dan menjadi pribadi yang berprestasi. Amiiin…
Aku masih teringat untaian katanya ketika berjalan di sampingku, “Aku ingin pakai jilbab kaya mb, tapi kapan ya? Pas kuliah aja kali ya mb, kan aku uda ga pake seragam lagi. Aku ingin punya mb-mb yang kaya mb pas di kuliah nanti.”

Seharian itu kuhabiskan dengannya, aku merasa seperti punya adik. Sampai-sampai aku mengenalkannya sebagai adikku kepada sahabat-sahabatku, dan mereka hanya tersenyum karena tau aku adalah anak bungsu.. ^___^

Petualangan dengan putri kecilku berakhir sampai jam 17.10, selesai kegiatan itu sebenarnya aku ingin pulang bersamanya. Tapi, karena ada hal yang masih harus kukerjakan, hingga aku harus melepas kepergiannya seorang diri. Mengenalmu, suatu anugerah. Dan teruslah berjuang duhai Putri kecilku… Mb mencintaimu karena-Nya…

Kasih Sayang Dewi Hijau-ku…
“Dek, kalo dah nyampe di tempat kegiatan susul mb ke kolam ya!”
Itu sMs dari dewi hijauku, semua berawal dari facebook. Aku mengenalnya kurang lebih 3 bulanan ini, sering kali ia men-tag ku di catatan-catatan indahnya di facebook, dia pun sering mampir ke status-statusku, adalah indah dapat mengenal dirinya. Pertama kali bertemu dengannya sama dengan hari di mana aku bertemu dengan putri kecilku, 14 Februari 2010 lalu. Aku menjabat tangan itu, dan kudapatkan senyum manis dari wajah teduh itu. Ya, semuanya biasa saja. Sampai ketika kami bertukar nomor handphone, ia kerap kali mengirimkan pesan-pesan indah untukku, walau terkadang aku jarang meresponnya.

sMs itu telah sampai padaku kurang lebih 1 jam ketika aku sampai ke tempat kegiatan, dan aku baru menyusulnya ke kolam dekat masjid, karena kebetulan acaranya belum dimulai, beberapa hal yang menjadi kendala hingga acara itu sedikit mengalami halangan, dari tempat yang berpindah-pindah, waktu kegiatan yang agak sedikit molor, namun takkan mengurangi hakikat dari kegiatan itu. Aku menyusulnya, kau tau sahabat baru kali ini aku merasa diistimewakan, tat kala kaki ini melangkah mendekatinya, bukannya ia menunggu di tempat duduknya yang nyaman itu, tapi ia berjalan menujuku, seharusnya ia tak perlu melakukan hal itu, karena toh aku juga akan menghampirinya, mungkin itulah yang membuat ia istimewa di mataku. Karena ia pun memperlakukanku dengan begitu istimewa, aku sampai tersipu malu ketika kami bertemu di tengah pinggiran kolam itu. Dan satu hal yang tak pernah kulupa darinya, pelukan erat yang begitu hangat. Tinggi badannya agak lebih lecil dariku, namun ia tak memintaku tuk menunduk, tapi ia lah yang meninggikan badannya. Sungguh, aku merasa begitu tersentuh dengan hal-hal yang mungkin tak penting bagi orang lain. Namun hal sederhana inilah yang kadang sulit kudapatkan dari orang yang lain…

Hal lainnya yang mampu membuatku makin menyayanginya ialah ketika kukatakan, “Ada yang punya jarum pentul nganggur ndak??” Dengan sesegera mungkin ia mengotak-atik jilbabnya, menukar jarum-jarum yang tersemat di lembaran kain itu, ia mengambil satu jarum yang ada di sana dan memberikannya kepadaku. Luar biasa!!! Ukhuwah, inikah ukhuwah itu??? Tat kala kita mampu mencintai saudara kita sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Aku begitu terkejut melihat reaksinya yang super cepat itu, tanpa berpikir panjang ia melakukan itu, tanpa menanyakan padaku untuk apa jarum itu kupinta. Ketika jarum itu telah berada di jemariku, ku katakan dengan wajah yang agak sedikit malu, “Mb, jarum ini cuma tuk bagian belakang kok. Ndak begitu penting, jadi kalo mb masih butuh, ya diambil lagi saja jarum ini” Dia hanya tersenyum melihat raut wajahku, senyum yang begitu khas…

Duhai sang dewi hijauku, betapa beruntungnya aku ketika kau katakan ingin menjadikanku adikmu, harusnya aku lah yang meminta tuk dijadikan adikmu, bukan sebaliknya…
Aku merasa terenyuh ketika melihat wajahmu yang merona merah, ketika kusuapkan potongan kue-ku ke dalam mulutmu. Aku hanya ingin sedikit meninggalkan goresan kenangan yang dapat kau ingat ketika namaku terdengar, ketika wajahku terlihat, dan ketika aku hadir dalam benakmu. Kau bilang aku romantis, sungguh aku hanya ingin sedikit bersikap manis untuk seseorang yang manis seperti dirimu…

Ahad, 11 April 2010
Dengan gamis hijau dan jilbab putihku, aku tampak seperti akhwat bangeeeet. *lah, emang selama ini jadi ikhwan ya bu?* Hahaha… Biasanya kan jarang pake gamis, walopun pake gamis, ranselku tak pernah ketinggalan. Kali ini beda, aku hanya memakai tas putih kecilku, masalahnya ndak ada yang perlu dibawa, jadi yang kecil lebih praktis. Lagian datengnya kan ke acara Pre Wedding Training, jadi harus berlaku layaknya orang yang telah pantas tuk menghadirinya… *jiyaaaaah, apa hubungannya????*

Aku ndak mau bahas tentang acaranya, karena akan membuatku jadi gimanaaaa gitu… (T_T)
Seharusnya aku mengikuti acara ini setelah aku lulus kuliah, atau setelah kakak tertuaku menikah. Jadi hatiku ndak akan menjadi sesak seperti ini, seperti ada beban yang mengganjal di pundakku. Hanya Allah-lah Yang Maha Tahu, bukan inginku tuk menunda sesuatu yang harusnya tak perlu ditunda, tapi mungkin karena belum saatnya tuk menyegerakannya. Bukan berarti aku tak yakin akan kematian yang terus mengintaiku, aku yakin akan hal itu, tapi tak mungkin aku berlaku dzhalim pada orang lain karena keegoisanku tuk segera menyempurnakan agama ini. Lagipula, emang dah ada calonnya apa mo nikah dalam waktu dekat ini? Calonnya kan masih disimpen sama Allah, nanti Ia hadiahkan padaku di waktu yang tepat. Sabar aja ya Ci, semua akan indah pada waktunya kok... (^__^)

“PERKARA NIKAH bukan pada cepat atau lambat, muda atau tua, kuliah atau lulus kuliah, namun pada niat kita dan izin-Nya. Nabi dan rasul Allah, sahabat, tabi'in dan orang-orang sholeh ada yang menikah usia muda, tua, cepat, lambat satu, lebih dari satu, kaya, miskin, bahkan ada yang tak sempat menikah ketika hidup di dunia ini. yang paling penting adalah semua dalam kehidupan ini lakukan yang terbaik dan berusaha untuk menjadi yang terbaik dan berserah diri hanya kepada Allah dan Dia yang akan meridhoinya. Setiap pribadi kita punya masalah, latar belakang kehidupan yang berbeda-beda dan tentunya Proses menuju pernikahanpun di antara kita berbeda-beda, sungguh tak ada satupun yang sama. Maka akan lahirlah sikap bijaksana dalam diri kita, bukan menuntut orang untuk berproses seperti kita apalagi memaksa. Sungguh pernikahan adalah rahasia Allah. MENIKAH kita tetap SUKSES, MULIA dan BAHAGIA. BELUM MENIKAH kita juga tetap SUKSES, MULIA, dan BAHAGIA. INGAT! BUKAN TIDAK MENIKAH tapi BELUM MENIKAH. Selamat menikmati proses dengan cara Allah.”
Hendi Kurniah

Yang jelas, banyak ilmu baru yang kudapatkan dari acara itu. Salah satunya ialah aku ingin berubah, menjadi lebih baik lagi, ndak mau lagi marah-marah, ndak boleh lagi kesel, bete, sakit hati, kecewa, berprasangka buruk, dan sifat-sifat negative yang kan merusask hati dan membuat aku jadi ndak bahagia. Buat apa hidup kalo ndak bahagia, jadi tinggalkanlah segala hal yang tak membahagiakanmu. Tinggalkan!! Tinggalkan!! Dan TINGGALKAN!! Berjanji pada diri sendiri tuk terus berbenah diri, agar ndak malu pada pemilik diri ini, Allahu Rabbi… Ingatkanku ketika aku lupa, nasehati aku ketika aku terkhilaf, dan tegurlah aku jika aku tak ingin berubah. Karena engkau adalah sahabatku, saudaraku, haruslah kau menginginkan agar kiranya aku menjadi lebih baik dari waktu ke waktu…

Masih tentang beberapa orang yang membuatku merasakan cinta, sosok-sosok istimewa yang kan kuingat dalam perjalanan ini…

Tentang Dewi Hijau-ku, Lagiii…
Sesampainya di tempat kegiatan, aku langsung melihat sang Dewi hijau dengan jilbab hijau dan kacamatanya, anggun sangat euy. Seperti biasa, ia menjabat tanganku, erat. Lalu memeluk tubuhku, begitu hangat. Ada setruman cinta yang mengalir darinya yang dapat kurasakan, damaiii. Hilanglah semua rasa gelisah yang sempat ada, walopun sebenernya saat itu aku sedang complain dengan Pak Direktur MASTER Cab. Palembang, habis dia bilang ke temenku, “Lihat tuh, si ummi-ummi dateng!” Huffh, emang aku dah jadi ummi-ummi apa?? (>_<) Sabaaar, kan ndak boleh marah-marah Ci. Biarlah dia mo bilang apa, anggap aja itu do’a yang ia lantunkan tuk aku. (^__^) Selama kegiatan aku duduk terpisah darinya, dia duduk di bagian agak depan, dan aku hanya berani duduk di bagian belakang. Kata Pak Direktur, yang duduk di depan dan samping harus siap-siap setelah acara itu akan langsung dikhitbah, makanya aku pilih yang paling belakang (ga penting sangat sebenernya dengerin kata-kata beliau, toh jodoh kan adanya di tangan Allah) tapi tep aja aku ikutin, hehe… Ketika mengambil wudhu tuk shalat Dzhuhur aku bertemu dengannya di kamar mandi, dia masih sibuk di depan cermin, merapikan jilbabnya yang mulai agak tak rapi, aku hanya sepintas milirik cermin itu dan langsung bergegas ke aula kembali, karena akan shalat berjama’ah di sana. Di tengah jalan, ia memanggilku, aku pun menghentikan langkahku, menoleh ke arahnya. “Aci suka warna apa dek?” ia menyodorkan pertanyaan itu padaku. “Pink!”, jawabku singkat. Dan kami pun berjalan bersama menaiki tangga ke aula atas. Selesai shalat, ia bertanya kembali. “Selaen warna pink??” tanyanya singkat. “Ungu mb!” sesingkat itu pula kujawab, sambil tersenyum kupandangi wajahnya, lalu ia meninggalkanku sesaat. Dan tak lama kemudian ia menghampiriku, memberikan sebuah bros cantik berwarna ungu. Subhanallah, lagi-lagi kudapatkan kejutan manis darinya. Mau bilang apa? Selaen terima kasih dengan wajahku yang kian merona menatapnya yang berdiri di hadapanku, tak tau bagaimana cara membalas semua bentuk perhatian dan kasih sayangmu duhai dewi hijau-ku…

Satu hal lagi yang membuat aku makin menyukai sosok Sang Dewi Hijau-ku itu, tat kala aku dan beberapa teman duduk melingkar tuk menyantap makan siang. Dia hadir di antara bidadari-bidadari jelita yang duduk melingkar itu, kami pun membuka makan siang kami masing-masing, Alhamdulillah menunya hari itu AYAM GORENG, semua mendapatkan menu yang sama, kecuali satu orang yang ternyata mendapatkan TELUR (mungkin telurnya belum menetas jadi ayam kali ya, hehe) akhwat ini agak sedikit protes, “Kok cuma ana ya yang dapet telur, mungkin ndak panitianya salah ya??!” Dengan santainya sang dewi hijauku menukar nasi bungkusnya dengan akhwat itu, “Tukar punya ana aja ukh, ana ga begitu suka ayam.” Dia tersenyum, akhwat itu hanya bengong. Aku hanya berkata, “Beneran mb, ga suka ayam?” dia pun menjawab, “Iya, mb ga begitu suka ayam!” Akhirnya akhwat itu menukar makan siangnya dengan Dewi Hijauku, mungkin bagi orang lain hal itu biasa saja. Tapi bagiku, itu adalah caranya mencintai saudaranya, seharusnya ia tak perlu menukar makan siangnya dengan akhwat itu. Karena akhwat itu bisa menukar ke panitia, toh makanannya kan belum dimakan juga. Tapi justru itu yang menjadikannya makin berbeda dari yang pernah ada.

Di sini, di hatiku ini ada keinginan tuk bisa lebih baik darimu wahai Dewi Hijau-ku. Wajarlah jika aku memanggilmu dengan Dewi Hijau-ku, sikapmu layaknya Sang Dewi, anggun dan hijau itu melambangkan kedamaian, aku selalu merasa damai saat berada di dekatmu. Sungguh, aku ingin terus bisa merasakan dan memberikan cintamu karena-Nya…

Sebenernya masih banyak yang ingin aku ceritakan dalam dua hari indah ini, namun mungkin akan kita lanjutkan di lain waktu… Saya lagi banyak tugas nie, mo diberesin satu per satu…

Palembang Darussalam, 14 April 2010

Desi Dahlianti

Teruntuk LELAKI yang Kukasihi

Duhai lelaki sederhana, yang tak pandai merangkai kata tuk katakan cinta…
Duhai pemuda pelupa, jangan buatku terus mengulang pesan tuk ingatkan kau tentang suatu janji…
Duhai penjaga hatiku, jangan pernah letih menjadi pelipur lara ini…
Duhai engkau yang kukasihi, kuharap engkau akan tetap begini, sesederhana yang kuingin…

Rona wajahmu memang tak seteduh yang kurindu, namun raut itu seakan selalu menghantuiku…
Suaramu juga tak seindah yang kuingin, tapi suara itu mampu hangatkan hatiku yang dingin…
Cerita-ceritamu yang garing kadang membuatku bosan mendengarnya, namun justru hal itu yang jadikanmu berbeda dari yang ada…
Tawamu kadang hentikan senyum bahagiaku, akan tetapi tawamu pula yang hentikan isak tangisku…

Bila orang lain menyebutmu biasa, ketahuilah kau adalah lelaki luar biasa bagiku…
Jika banyak orang seakan tak memandangmu, sadarilah ada aku yang setia menunggu kepulanganmu…
Seandainya semua orang berpaling menjauh darimu, kuberitahukan kepadamu bahwasanya aku akan selalu menemanimu…
Andaikata bidadari dunia enggan tuk kau jemput, akan ada bidadari syurga yang setia menantimu…
Percayalah akan hal itu…  

Terima kasih tlah menjadi jalan tuk sampainya hidayah ini padaku…

Jika ada yang bertanya bagaimana aku bisa seperti saat ini, dengan tegas kukatakan, karena engkau yang tak letih ingatkanku, menyuruhku shalat, menutup aurat, membaca Al Qur’an dan dekat dengan orang-orang yang ‘baik’.

Ya, kau tak pernah letih ajarkan ku tuk terus memperbaiki diri, walau kadang aku tak mengindahkan perkataanmu, bahkan aku slalu menghindar tuk bertemu denganmu.

Namun tak kulihat binar harapan itu menyurut dari wajahmu yang teduh, sungguh kau membuatku pusing tujuh keliling dengan peraturan anehmu itu, kau tak membolehkanku pulang di atas jam 7 malam, tak juga membiarkanku berteman dekat dengan teman-teman lelaki di sekolahku, kau slalu menungguiku ketika kuterima telepon dari teman-temanku. Aku bosan dengan sikapmu itu, tapi kau tak pernah bosan tuk membimbingku.

Kau hadiahkan aku Mushaf Pink itu dikala usiaku menginjak 18 tahun, walau ku tahu kau sangat tak suka warna itu. Dan ketika kutanyakan padamu, kau pun menjawab, “Biar Aci suka bacanya kalo Al Qur’an-nya berwarna pink.” Kau tau duhai lelaki yang kusayangi, air mataku mengalir di dalam kamar kecilku itu. Aku suka, sukaaaa sekali dengan pemberianmu itu. Itu kado terindah yang pernah kudapat, “terima kasih” mungkin aku belum mengutarakan kalimat ini padamu.

Masihkah kau ingat di miladku yang ke 19 tahun?? Kau menemaniku pergi ke pasar tuk membelikanku 2 potong jilbab yang telah lama ku suka, jilbab pink dan ungu muda dengan motif bunga-bunga. Aku slalu teringat padamu tat kala aku memakainya, sungguh aku bahagia karena engkau ada di sampingku.


Memenuhi inginku yang tak terkira, dengan keterbatasan yang kau punya…

Terima kasih juga tuk tumpukan buku-buku yang kupunya di kamar, karena sebagian darinya adalah pemberian darimu, kau ingin melihat senyum di bibirku, tat kala kudapat ilmu baru dari buku-buku yang kubaca…

Aku masih ingat sekali ketika kukatakan aku akan memakai jilbab, engkau sangat bahagia mendengar kabar itu, kau carikan beberapa potong pakaian muslimah untukku, dan kau tak pernah lupa memujiku tiap kali aku sudah rapi dengan pakaian muslimahku dan siap pergi ke luar. “Kan cantik kalo gini, kenapa ga dari dulu ya?”

Takkan habis kata tuk ceritakan semua tentangmu. Hanya Allah yang bisa membalas semua jasamu, aku hanya bisa berdo’a yang terbaik untukmu, seseorang yang kusayangi…

Terima kasih tlah luangkan waktu

Tuk dengarkan cerita-ceritaku yang tak penting, walau kadang kau tengah disibukkan dengan pekerjaanmu yang dikejar deadline…

Mungkin bagi sebagian orang, teman adalah tempat cerita yang paling nyaman, ataupun yang menjadikan ibu sebagai tempat mencurahkan isi hati. Aku memilih dirimu untuk tempatku berbagi, walau kadang kau tak pandai menanggapi tiap celoteh-ku itu. Sepulang dari kampus ataupun dari majelis-majelis ilmu, ketika di rumah yang kucari hanya dirimu, aku ingin membagi kisahku hari itu, ingin kau mengetahui aktifitasku, ingin kau menanggapi meski hanya dengan seulas senyum yang kau paksakan, aku tetap suka. Maka jangan pernah letih tuk menjadi pendengar setiaku!
 
Terima kasih tuk waktu-waktu indah itu…

Makan malam berdua denganmu, banyak yang melirik lirih ke arahku. Gadis berjilbab lebar pergi berdua dengan seorang lelaki malam-malam, mau jadi apa? Aku tak peduli, toh aku tak berbuat sesuatu yang salah. Yang jelas aku bahagia, bisa makan makanan yang kusuka bersamamu, ^___^

Pergi ke tempat hiburan, kau slalu menyempatkan waktumu yang sibuk tuk mengajakku sedikit merefresh pikiranku ke tempat-tempat yang tak pernah kudatangi sebelumnya. Aku merasa istimewa saat kau mau melakukan itu,…

Makan Ice Cream berdua, mungkin hal itu biasa bagi banyak orang. Tapi bagiku, makan ice cream bersamamu adalah suatu kenangan indah, aku memaksamu tuk membelikanku ice cream dan makan di sana. Meskipun kau sempat menolak, tapi dengan santainya kutarik tanganmu tuk masuk ke toko itu…
Dan banyak waktu indah yang telah kita lalui bersama…

Terima kasih telah jadi ayah kedua bagiku…
Sedari kecil aku tak begitu dekat dengan ayah, sikapnya yang tegas dan seakan terlihat keras membuatku agak takut dekat dengannya, takut berkata salah, takut sikapku menyinggungnya dan beragam ketakutan yang melekat sejak kecil itu masih kerap kali kurasakan hingga kini. Dan jarang sekali kulalui waktu bersamanya, kadang ia terlalu sibuk tuk sekedar berbincang dengan gadis kecilnya ini, jujur aku rindu sosok ayah yang slalu melindungiku, yang menjadi orang pertama yang kuhubungi ketika aku mengalami masalah, aku ingin sosok itu ada, dengan wajah teduhnya menyambutku dengan senyum ketika aku pulang, tapi jarang sekali kudapati ia pulang lebih awal dariku, bahkan mungkin aku telah lelap di tidurku barulah ia pulang.

Tapi, aku tak pernah merasa sosok itu hilang. Karena ada engkau yang slalu menjadi pengganti hadirnya sosok yang kurindu itu, engkau tak pernah letih menjadi orang yang melindungiku, betapa sering kudapati engkau lebih khawatir ketimbang ayah atas sikap remajaku yang tak seperti dirimu dan kakak perempuanku itu, engkau yang slalu sibuk mengingatkanku, kau juga kerap kali yang memberiku uang jajan ketika aku tak berani meminta pada ayahku…

Terima kasih telah menjadi ayah kedua bagiku, walau kau takkan pernah bisa menjadi seseorang yang seperti ayahku. Karena ayahku tetaplah pribadi yang istimewa, memang ia terkesan cuek denganku, tapi sering kali kudengar ia menanyakan pada ibuku tentang kita, bagaimana perkembanganku, apa yang sedang aku lakukan, dan dia pun tetap menjadi sosok yang takkan pernah tergantikan oleh siapapun di dunia ini. Begitulah caranya menyatakan cinta, dengan cara yang tak pernah kupikirkan. Ia punya cara sendiri tuk mencintaiku, dirimu, kakak perempuanku, juga ibuku yang istimewa itu. Dia tetaplah orang kedua di dunia ini yang harus kuhormati, setelah ibuku. Akan tetap begitu, hingga posisinya belum tergantikan oleh si ‘dia’ yang ditakdirkan untukku. Menghormati dan menyanyanginya adalah wujud baktiku padanya…

Dan maafkan aku…

Kadang kuminta sesuatu darimu dengan ketaksabaran yang kupunya, menginginkanmu tuk penuhi inginku, betapa sering aku berbuat dzhalim padamu, dan betapa sering kau hanya tersenyum melihat sikap kekanak-kanakan ku itu…

Kadang aku memaksamu tuk terjaga dari tidur lelapmu, hanya tuk membantuku hilangkan rasa sakit karena kakiku yang sering kram tat kala di siang harinya ku lalui hari dengan banyak langkah yang ku jejaki, dengan puluhan tangga yang harus kutapaki. Maafkan aku sering mengganggu malam-malammu, karena sampai saat ini hanya kau yang mengerti cara hilangkan kram di kaki itu…

Sering kali aku mengirim pesan agar kau menjemputku, tak jarang kuhadiahkan wajah manyun ketika kau terlambat menjemputku. Namun kau hanya tersenyum, berbuat hal aneh agar aku tersenyum dan akhirnya aku pun ikut tersenyum dengan tingkahmu yang tak lucu, tapi kau paksakan agar terlihat lucu… ^__`

Maaf juga karena sakitku yang rewel, minta ini minta itu. Dan kau slalu penuhi pintaku itu, membelikan jeruk yang kusuka, roti bakar yang kumau, dan beragam makanan yang kerap kali kau berikan tuk aku, karena lidahku yang banyak maunya ketika sakit, walau kadang makanan itu tak kusentuh…

Wahai lelaki yang kukasihi, sungguh takkan pernah habis kisah tentangmu yang terangkum dalam memori indah yang begitu mengesankan…
Terima kasih tuk semuanya, bahagia karena Allah menganugerahkan dirimu tuk temani hari-hari indahku,…
Kakakku, sungguh aku mencintaimu karena-Nya…

Banyak do’a yang kulantunkan untukmu, semoga engkau tetap menjadi kakak yang ku kenal di awal hijrah, berharap engkau tetap menjadi contoh bagi adik-adikmu, semoga engkau segera dipersatukan dengan bidadari itu, agar aku bisa segera mempunyai kakak ipar, punya keponakan dan ada yang memanggilku ‘amma’. Meski hanya do’a yang bisa kuberi, kuberharap hal itu takkan membuatmu kecewa karenanya. Mungkin hanya itu yang bisa kuberikan sebagai wujud kasihku padamu.
Ana uhibbukafillah ya akhi…

Dengan Cinta-Nya

Adindamu (Desi Dahlianti)

Baik-Baik Sayang



Baik-Baik Sayang

“Aku tak ingin kau menangis bersedih
Sudahi airmata darimu…
Yang aku ingin arti hadir diriku
Kan menghapus dukamu, sayang…

Karna bagiku kau kehormatanku
Dengarkan, dengarkan aku…

Hanya satu pintaku untukmu dan hidupmu
Baik-baik sayang, ada aku untukmu…
Hanya satu pintaku di siang dan malammu
Baik-baik sayang, karna aku untukmu…

Semua keinginan akan aku lakukan
Sekuat semampuku sayang…
Karna bagiku, kau kehormatanku
Dengarkan, dengarkan aku…”


Pernah tahu lirik ini??
Atau pernah denger mungkin??
Ini lagunya Wali Band…

Pertama kali denger judul lagu ini dari seorang Ustadzh di Jalasah Ruhiyah, ana lupa siapa namanya…

Ustadz : “Kalian pernah denger lagunya Wali ndak?”
Akhwat : “Wali??”
Ustadz : “Iya Wali, judul lagunya Baik-baik Sayang. Lagu itu sangat cocok untuk kalian para Kaum Hawa. Pertama kali ana mendengar lagu itu, ana langsung teringat istri ana di rumah. Lagu itu ana khususkan untuk dia yang sering jauh dari ana.”
Akhwat : “Hmm,..” *lagi mikir atau bingung ukh??*

Yang kedua, ana dapat sMs dari seorang mb di kampus. Lagu yang sama dengan sedikit gubahan…

Aku tak ingin kau menangis bersedih
Sudahi airmata darimu…
Yang aku ingin arti hadir saudaramu
Kan menghapus dukamu sayang…

Karna bagiku kau adindaku
Dengarkan, dengarkan aku…

Hanya satu pintaku untukmu dan hidupmu
Baik-baik sayang, ada Allah untukmu…
Hanya satu pintaku di siang dan malammu
Baik-baik sayang, karna Islam untukmu…

Semua amanah akan kita lakukan
Sekuat semampu kita sayang…
Karna bagiku, Islam kehormatanku
Dengarkan, dengarkan aku…

Ketika ana menghadiri acara Pre Wedding Training yang diadakan oleh MASTER Cab. Palembang. Di salah satu materi yang disampaikan ada lagu ini loh, intinya tentang sebuah do’a seseorang untuk si ‘dia’ yang masih menjadi rahasia Sang Pemilik Kehidupan…

Sekarang ana mau tanya, apakah kalian pernah berdo’a untuk seseorang yang nantinya akan mendampingi kalian dalam hidup ini, dia yang telah Allah takdirkan untuk kita?? Kalau jawabannya belum, dengan alasan “Saya kan belum tau siapa ukh, terus mau do’a untuk siapa jadinya?”


Ingatlah wahai saudariku, Allah Maha Mengetahui, Ia tahu ditujukan untuk siapa lantunan do’a-do’a indahmu itu. Meski engkau belum tahu dan tak pernah menyebutkan siapa namanya, namun Allah Maha Tahu akan hal itu.

Tanpa ana sadari, ternyata ana dah lama memulai ‘ritual’ berdo’a untuk seseorang yang nantinya akan melangkah bersama menuju cinta-Nya, menggamit kasih-Nya, menggapai keridhoan-Nya dan menuju syurga-Nya. Ya, seseorang yang kelak akan menjadi satu dari beribu pintu tuk dapat mendekat pada-Nya. Seseorang yang nantinya akan menjadi pendamping hidup, teman perjalanan, dan penghibur hati kala duka sempat tersemai.

Salah satu do’a yang tak pernah lupa ana panjatkan ialah semoga Allah ‘menjaga’nya dengan ketat di manapun ia berada, semoga ia senantiasa mengingat Rabb-nya, semoga ia tak pernah lalai dalam ibadah kepada Tuhan-nya, dan semoga ia slalu merasa dalam pengawasan Allah. Hanya itu, satu do’a yang merangkum segalanya.

Jika engkau ingin dapatkan yang terbaik, tapi engkau enggan tuk memintanya. Betapa angkuhnya dirimu, merasa tak perlu meminta, karena engkau yakin bahwasanya Allah Maha Pemberi.

Sadarilah duhai saudariku, kehidupan ini takkan selamanya seperti yang kita harapkan, tapi paling tidak kita telah berusaha semaksimal mungkin tuk menggapai apa yang menjadi cita kita.

Mungkin saja ketika engkau asyik dalam munajatmu di sepertiga malam-Nya, seseorang yang telah dicatatkan Allah untukmu yang berada di belahan bumi lainnya, ia tengah asyik dengan ‘dunia malamnya’, hanyut akan kemaksiatan. Saat itu engkau mendo’akannya, agar ia senantiasa terhindar dari segala wujud kemaksiatan. Dan atas izin-Nya, orang tersebut perlahan-lahan kembali ke jalan yang lurus, terus berbenah diri, dan menjadi seseorang yang ‘layak’ untukmu. Ya, semua karena lantunan do’a-do’amu, hingga Allah menjaganya dari gelimang kemaksiatan, menjadi yang terbaik untukmu dari-Nya…

Engkau masih ingat bukan, bahwasanya "Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)..." (QS. 24:26)

Ingin mendapatkan dia yang baik, apakah kita telah baik???

Ingin mendapatkan dia yang sholeh, sudah sholehah kah kita??

Ingin bersanding dengan dia yang ‘wah’, sudah me-‘wah’ kan dirikah kita??

Tanyakanlah pada hatimu, saudariku??

Karena hati adalah kunci dari segala kunci, baik buruknya diri kita semua bermuara dari hati. Terkadang mata dapat menipu, lisan dapat berdusta, telinga kadang tersalah, namun hati akan selalu benar jika ia memang benar.

Baik-baik sayang, karena engkau adalah kehormatanku. Begitu dalam sebait kata ini, kita adalah kehormatan bagi si ‘dia’, di mana pun kita berada, haruslah kita menjaga diri kita, hingga ia merasa kehormatannya pun terjaga. Baik-baiklah dalam menjaga diri, menjaga hati dan menjaga prilaku kita hingga izzah kita akan tetap terjaga.

Ana jadi teringat akan sebuah peristiwa yang sulit ana lupakan, walopun sudah berlangsung cukup lama. Beberapa bulan yang lalu, LDK kami mengadakan sebuah kegiatan yang menghadirkan sebuah lembaga training, kala itu ada seorang trainer muda yang membuat para peserta, akhwat khususnya, berdecak kagum. Panitianya?? Kayanya ga deh, hehe… Muda, berprestasi, penuh karya, handsome, keren, dan sholeh. Itulah gambaran tentang si trainer itu yang ana dapat dari beberapa peserta yang mencoba minta nomor hape-nya, (padahal uda ada di slide, ketahuan pada ga focus tuh, ckckck). Loh, kok jadi bahas masalah ini ya. Kembali ke topic bahasan!

Seorang trainer yang lebih senior menanyakan kepada para akhwat, setelah ia melepas jabatan tangan dari sang trainer muda itu dan trainer muda pun kembali ke laptop (menjadi asisten trainer maksudnya), trainer senior bertanya, “Ada yang mau sama si Trainer Muda itu??”, dan para akhwat pun hanya senyam-senyum ga jelas, entahlah apa yang dipikirkan. Dengan santainya si trainer senior mengatakan, “NGACA DONK!!!”.

Wuiiih, pelan sih, tapi daleeeeeemmm. Dan dia pun meneruskan kata-katanya, “Ya, ngaca maksudnya, masa’ kalian mo kenalan sama si trainer dengan jilbab berantakan, jadi kudu ngaca dulu, hehe”. Serentak semua tertawa, tapi beberapa panitia yang di belakang hanya mengelus dada, sampe ada yang bilang, “Ga usah disuruh juga aku dah NGACA, siapa aku coba?”

Satu hal yang ana tangkap dari joke yang syarat akan makna tersebut, kita emang kudu NGACA. Siapa kita sih?? Mau dapet yang ‘sempurna’ dalam pandangan kita, tapi kita JAUH dari kata sempurna. Bahkan terlalu banyak kurangnya, hingga sulit tuk melihat kelebihan yang sedikit itu. Seperti sebuah artikel teman yang ana baca dan sempat ana post-kan di note >> Atas Nama Ta’aruf, ada sepenggal kata di dalamnya, “tak mungkin aku mengharap permata, sedang aku hanya sebutir pasir yang terhampar luas di sepanjang pesisir pantai”, ingin mengharap seseorang yang seperti Rasulullah SAW, tapi kita tak pernah mencoba tuk sekuat dan semulia Khadijah r.a, berharap mendapat seperti Ali bin Abu Thalib, tapi kita tak sekuat tenaga menjadikan diri layaknya seperti Fathimah binti Rasulullah SAW yang begitu tabah dalam menghadapi ujian dari-Nya.

Ana sering mendengar sebuah istilah dari orang-orang di sekitar ana, kata mereka, “Jodoh kita itu takkan jauh beda dari kita.” Ada benarnya juga, kita ambil contoh saja, orang yang bekerja sebagai buruh takkan sama gajinya dengan manajer atau bahkan dengan karyawan tetap. Karena ia digaji sesuai dengan pekerjaannya, begitu juga dengan JODOH, Allah hanya akan memberikan seseorang sesuai dengan dirinya sendiri. Maha Suci Allah dengan keadilanNya.

Akan tetapi jika saat ini kita belum menjadi seseorang yang ‘baik’ dan berharap dapat yang ‘baik’, apakah mustahil jadinya??

Ana punya ilustrasi tentang hal ini, jika kita hanya punya uang 20.000 tapi berharap bisa membeli barang yang harganya 100.000. Mustahil kah??

Mustahil, jika kita ingin mendapatkan barang tersebut saat itu juga, atau bisa saja kita dapatkan tapi dengan cara yang tidak baik. Namun, jika kita mau bersabar, berusaha tuk menabung lebih giat agar bisa membeli barang tersebut, hal itu sama sekali tidak mustahil, kita bisa mendapatkannya, bahkan mungkin lebih dari yang kita inginkan karena tabungan yang kita miliki telah lebih banyak dari sebelumnya.

Begitu juga jika kita ingin mendapatkan seseorang yang terbaik, kita harus senantiasa memperbaiki diri, sehingga kita layak mendapatkan yang terbaik. Tapi INGET!!! Tetep harus meluruskan niat, semua kita lakukan HANYA KARENA ALLAH, bukan karena makhluk-Nya. Oke, Oke??

"Dunia adalah perhiasan & sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalehah." (HR. Muslim)

Duhai ukhtifillah, engkaulah sebaik-baik perhiasan dunia, perhiasan itu tak mudah didapat, harganya 'mahal', & menjaganya-pun tidaklah mudah. Perhiasan dunia itu bagai sekuntum mawar yang mekar, harumnya tergambar dari pribadi yang santun, tunduk pandangannya, & tegas bicaranya. Ingatlah, bunga istimewa hanya untuk dia yang teristimewa.

Sudahkah kita menjadikan diri kita layaknya PERHIASAN??? Perhiasan itu begitu terjaga, tidak sembarang orang yang dapat menikmati pesona indahnya, tidak setiap orang berkesempatan mengetahui betapa berharga dirinya, dan tidak pula kebanyakan orang dapat memilikinya. Hanya orang-orang tertentu saja yang diberikan kesempatan tuk mendapatkan aura dari sebuah perhiasan itu, apalagi engkau adalah sebaik-baik perhiasan. Keterjagaanmu menjadi sesuatu yang mutlak yang harus kau miliki!

Maka dari itu, baik-baiklah ukhtiku sayang…

Ketahuilah bahwasanya di belahan bumi ini, ada seseorang yang telah diciptakan tuk menemani hari-hari lelahmu. Ia senantiasa mengharapkan bidadarinya menjadi seseorang yang terjaga dirinya, hatinya, ibadahnya, pandangannya, dan akhlaknya…

Jika engkau inginkan yang TERJAGA, sudahkah engkau menjadikan dirimu seseorang yang TERJAGA juga?? Atau mungkin kau tak pernah peduli akan hal ini…

Tapi, ana yakin sahabat-sahabat semuanya adalah orang-orang yang senantiasa berusaha menjadi pribadi-pribadi terjaga, yang layak menjadi sebaik-baik perhiasan, yang mampu membuat bidadari-bidadari syurga cemburu padanya. Allahumma amiin…


Wallahu’alam bishowab…