Selasa, 30 November 2010

Pliiisss dech, Jangan EGOIS!!!!

“Mb, ana tuh cuma nganggep dia temen. Ga lebih kok, beneran mb! Ga mungkinlah ana ada perasaan sama dia, ana tau mb apa yang ana lakukan.” Ungkap seorang akhwat tat kala sang Murabbi mentabayuni-nya perihal kedekatannya dengan seorang ikhwan, salah seorang partner da’wah si akhwat.

Dengan bijak sang Murabbi mencoba menanggapi perkataan binaannya. Ia menghela nafas sejenak sebelum memulai untuk berkata…

“Jangan EGOIS dek!”, tuturnya singkat…

“EGOIS???? Egois gimana mb maksudnya, ana ga paham.”

“Kita sebagai manusia memiliki sisi ke-EGOIS-an yang kadang tanpa kita sadari muncul dengan sendirinya. Tidak usah jauh-jauh, ketika kita sedang melihat selembar foto yang di dalamnya terdapat deretan wajah orang-orang yang kita kenal, dan kita pun ada di dalamnya. Fenomena yang ada ialah kita hanya sibuk mencari mana wajah kita, jarang sekali kita mencari gambar orang lain terlebih dahulu sebelum kita meilhat wajah kita ada di sana. Itu salah satu wujud ke-EGOIS-an kita! Ya, seperti itulah kita.

Terkadang tanpa kita menyadarinya, kita sering berlaku EGOIS. Hanya memikirkan diri kita, perasaan kita, hati kita, dan semua tentang kita. Tanpa mempedulikan terlebih dahulu bahwa kita tidak sendirian, ada orang lain yang turut andil dalam hidup kita. Mungkin adek memang tak memiliki perasaan apa-apa pada ikhwan itu, karena adek hanya menganggapnya teman atau saudara seiman, sehingga adek dengan leluasa bersikap seolah si ikhwan juga memiliki dan merasakan hal yang sama dengan apa yang adek rasakan dan pikirkan. Padahal kita takkan pernah tau apa yang ada di dalam hati seseorang, namun kita seolah paling tau, tanpa mengingat bahwasanya hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui, apa yang nyata dan yang tak nyata.

Mungkin saja tanpa kita ketahui, ikhwan itu menaruh hati pada sikap kita yang apa adanya, pada tutur kata kita, pada gerak-gerik kita, pada pola pikir kita, dll. Kedekatan kita selama ini dengan dia telah menimbulkan perasaan nyaman saat dia bersama kita, membuat dia sulit untuk jauh dari kita, dan beragam alasan lainnya yang menyebabkan si dia hingga kini selalu mencari alasan tuk dekat dengan kita. Kita memang tak boleh bersu’udzhon pada orang lain, namun kita juga tidak boleh lengah atas perangkap-perangkap syaithan yang senantiasa mengintai kita, ia punya beribu macam cara tuk menjadikan kita jauh dari-Nya. Ia ingin mencari teman sebanyak mungkin tuk menemaninya di Neraka kelak, mudah sekali baginya membuat apa yang kita pandang menjadi sesuatu yang benar, meskipun hal itu ialah kesalahan yang nyata.

Mb yakin adek bisa mengerti apa yang mb maksudkan dengan JANGAN EGOIS!! Pikirkanlah orang lain, tidak semua orang seperti adek, yang bisa menjaga hati, membatasi interaksi, menahan gejolak-gejolak hati, pun mampu memanajemen hati dengan baik. Banyak orang di luar sana yang gampang sekali terpaut hatinya pada seseorang, meskipun orang itu baru dikenalnya, dan juga tidak sedikit orang yang sulit sekali menaruh hati pada seseorang, walaupun ia telah lama mengenal dan bersama orang itu.

Jadi, mb sarankan batasi interaksi dengan seorang IKHWAN! Kenapa mb menekankan IKHWAN, karena akhwat lebih cenderung dengan ikhwan, begitupun sebaliknya. Kalo dengan orang awam mungkin kita akan biasa aja, tapi tidak menutup kemungkinan orang awam juga menginginkan orang seperti kita. Wallahu’alam Bishowab…”

NB: Ana pikir kita semua telah cukup DEWASA tuk mengetahui mana yang baik dan kurang baik untuk kita… Maka dari itu, JAGA HIJAB donk!!! Tapi bukan berarti EKSKLUSIF, karena hal itu juga tidak baik untuk dakwah maupun untuk kita…
Apalagi dengan sesama ikhwah, harusnya sudah sama-sama tau lah apa yang dimaksud dengan hijab, bagaimana berinteraksi dengan partner dakwah tanpa membuat hijab kita menjadi terlalu longgar, hingga kita tak ada bedanya dengan mereka yang belum mengerti apa itu hijab…

Sumber: Cerita Teman-ku

Senin, 29 November 2010

Ukhuwah berkaki (Episode: Pencarian si Magnum)..

…Ukhuwah Berkaki (Episode: Pencarian si Magnum)…



Magnum, apaan sih??? Itu loh, ice cream yang lagi naek daun. Di mana-mana pada ngebahas si dia, *loh*.. Sampe-sampe, temenku juga kena syndrome Magnum. ckckckck…


Gimana gak, hampir tiap kali dia bĂȘte, pasti dah nyebut minta dibeliin Magnum itu. Padahal kan, harganya muahaaaal, untuk tataran ice cream. Hufffh…



Sedikit bercerita tentang uniknya dunia kami (Aci, Dwi & Kiky)…

Belakangan ini kami lagi akrab-akrabnya, entahlah, tiap abiz ‘berantem’ biasanya kami jadi lebih akrab. Ya seperti saat ini, padahal sebelumnya kami sempat ‘perang dingin’ cukup lama loh. Tapi, karna ada pihak yang mau mengalah (untuk menang), akhirnya perang tersebut berhasil dihentikan. *halah*


Secara, jiwa remaja dan kekanak-kanakan masih cukup melekat di diri kami. Jadinya, kebiasaan yang pada umumnya dimiliki anak remaja itu masih ada di diri kami, *mereka* maksudnya, bukan aku Bayangin aja, uda pada mau lulus kuliah, masih aja doyan ngambek-ngambek-an, kalo mo ke mana-mana slalu berkelompok (biasanya sih ber-6, tapi karna yang 3-nya dah pada lulus , tinggal lah kami bertiga yang masih betah ‘bermain-main’ dengan menyandang status MAHASISWA SEMESTER AKHIR, )dan juga kami masih suka menghayal & melakukan hal-hal konyol yang gak masuk akal (untuk kalangan akhwat seumuran kami pada umumnya)…



Sebuah Kisah…

Jum’at malam, selesai dari syuro’ di kampus. Aku dan kedua sobat ge je-ku itu siap-siap untuk pulang, kali ini gak ‘boti’ loh, aku dan Dwi bawa motor masing-masing. Seperti biasa, aku & Dwi nganter Kiky dulu ke rumahnya…

Di tengah perjalanan, tiba-tiba motor si Dwi berhenti di depan sebuah mini market gak jauh dari rumah Kiky.
Aku pun menghentikan si Mici tepat di belakang Dwi, sembari membuka helm & bertanya “Ngapo Wik??”
Dengan wajah yang sumringah, dia menjawab “Magnum, beli Magnum nyoook?!!”
Hah?? Aku dan Kiky cuma bengong, gimana gak bengong, orang dah malem gini (19.30). Masa’ iya makan ice cream, di jalan pula’. Halloooo, apa kata dunia???

Akhirnya kami ke mini market itu, dengan wajah yang cukup terpaksa, tapi tetep senyum. Karena dah mupeng ngeliat box ice cream dengan cover Magnum itu…
Di liat-liat ke dalam box itu, terus nanya ke abang yang jaga, “Magnumnyo ado??”
“Habis mba!!”, si abang membuat pembeli kecewa, huuuuhuhuuu..

Perjuangan belum berakhir, kami mencari ke beberapa mini market terdekat.


Hasilnya???? Taraaaaaaaa >> MAGNUM HABIS!!!


Dan parahnya si Dwi minta balik ke mini market yang pertama kali kami datangi, untuk beli ice cream yang lain, muter balik daaaaahhh. Ckckck…

Dan, jatuhlah pilihan pada sebuah ice cream kotak dengan 3 rasa buah, belinya hasil patungan bertiga. 6ribu satu orang, oalaaah…


Mengingat waktu yang semakin malam, kami memutuskan untuk makan ice cream di teras mini market itu. Dan tentunya, mengabadikan moment tersebut dalam sebuah album jeprat-jepret ge je…


Sumpah dah, kalo diinget-inget, malu jidaaaaannn. Gimana kalo ketemu adik binaanku, atau gak ketemu temen-temenku di sana, mau taruh di mana mukaku??? Kaya gembel aja, makan dipinggir jalan, sekotak bagi tiga lagiiii. Hadoooh, akhwat macam apa kami ini????

---selesai---

Ini hanya sebuah cerita, yang mungkin gak penting bagi kalian. Tapiii, ini adalah sebuah kenangan indah bagi kami, yang gak akan bisa terulang kembali. Meski bisa, pasti ada rasa yang berbeda di sana. Bukan bermaksud untuk slalu berperan sebagai remaja, hanya ingin memanfaatkan masa-masa ini sebaik mungkin. Karena, mungkin saja kami tidak bisa sebebas ini lagi nantinya. Akan ada batas-batasan yang tak bisa diacuhkan begitu saja…