Buka FB, liat-liat status temen di Home. Rame. Ada yang bicara tentang hujan, kemacetan, tugas kuliah, skripsi, pekerjaan, cinta, persahabatan, bahkan ada yang ngomongin politik.
Mataku terhenti kepada salah satu photo yang dishare oleh seorang teman, tertarik, sangat tertarik untuk membacanya. Kubaca hati-hati pesan yang tertulis di sana Dosen Tak Bernyawa, lalu kubuka link sebuah blog yang tercantum diphoto itu Blog Ukhti Novilia.
Ada semacam perasaan takut, khawatir, sedih juga beragam perasaan aneh yang serta merta muncul di hati ini. Kematian. Suatu kepastian yang tak terbantahkan. Kita semua PASTI mati. Yah, itu yang kuyakini. Tapi, apa yang kita siapkan untuk menjadi bekal kita setelahnya. Amalan yang baikkah atau malah tumpukkan dosa yang menjulang tinggi?
"Nanti pasti nikah kok, pasti itu!" Jawab sepupuku saat ditanya oleh tante tadi sore ketika kami lagi duduk di depan tipi. Aku langsung meralat ucapannya, "Nikah itu gak pasti, yang pasti itu kematian."
Ketika bicara tentang pernikahan, kita sangat semangat. Menyiapkan banyak hal; pakaian yang cantik, gedung yang mewah, pernak-pernik yang menarik, semuanya harus sempurna. Jangan sampai ada yang terlupa, ada yang tertinggal. Kesibukkan kita menjadi berlipat-lipat, kadang kita lupa akan diri sendiri, tidak sempat makan, tidak cukup istirahat, atau bahkan lupa ibadah.
Tapi, saat bicara kematian. Kita sering tak memikirkan tentang hal itu. Mungkin karena masih muda, masih banyak waktu untuk menikmati hidup, dan beragam alasan dunia lainnya. Padahal, kematian itu tak mengenal siapa orangnya, berapa usianya, apa pekerjaannya. Ia akan datang, kepada dia yang telah ditakdirkan untuk dijemput oleh Malaikat Izrail. Tak mengenal waktu; pagi, siang, malam atau bahkan dini hari.
Lalu, apakah kita masih bisa melalaikan hal tersebut? Sementara kematian senantiasa mengintai kita, malaikat yang tak pernah lalai mencatat amalan kita, dan Allah tak pernah tidur apalagi mengantuk selalu melihat apa yang kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar