Selasa, 30 Oktober 2012

Syarat

Suatu malam di bulan Juni

Dian: "Eh Ta, ada temen kerjanya suamiku, ngeliat poto lo di rumah. Dia mau kenal tuh, kenal dulu ajah, kalo cocok yah lanjut, kalo gak ya udah belom jodoh berarti. Gimana? Mau yah, udah mapan lo. Tunggu apa lagi?"
Gita: "Gue pikir-pikir dulu yah, nanti gue kabarin deh."

Seminggu kemudian

Dian: "Gimana Ta, mau gak? Udah seminggu lo, dia nanya lagi tuh." 
Gita: "Okelah, tapi ada satu syarat Yan."
Dian: "Syarat apaan sih?"
Gita: "Gue mau dia ikutan ngaji, yah paling gak dia mau belajar agama lebih intens lah. Jadi, gue bisa belajar bersama dia nanti."
Dian: "Nanti gue sampaikan deh, tapi, syarat lo itu apa gak terlalu berat yah Ta?!"

3 hari berikutnya

Dian: "Ta, maaf yah. Gue udah nyampein ke dia, dia cuma ketawa, terus bilang 'ada-ada aja, kenal aja belom sudah minta macem-macem'. Ya mungkin belom jodoh kali Ta, maaf yah."

Gita: "Gak papa kok, ini salah satu bentuk ikhtiar gue, gue udah berusaha menerima. Kalo ternyata dia mundur, gue tetep bisa dikatakan sudah berikhtiar kan."

Esok harinya

Mama Gita: "Gak papa Ta, bagus malah kamu gak jadi sama dia. Diajakin ke arah kebaikan ajah dia nolak, padahal kamu gak minta dia harus punya rumah atau mobil mewah. Kamu kan cuma minta dia mau belajar lebih intens dalam agama saja, dia malah mundur duluan. Apalagi nanti, kalo kamu udah menikah. Bisa-bisa kamu dilarang ikut pengajian, atau malah disuruh pendekin jilbab. Kita itu mencari suami untuk jadi imam buat kita, bukan malah sebaliknya. Walaupun kita mungkin bukan orang yang baik, tapi paling tidak kita mau belajar untuk bisa lebih baik lagi ke depannya. Ya tadi, belajar bersama dengan pasangan kita. Saling mendukung dalam kebaikan, karena hidup ini gak cuma di dunia ini saja. Meskipun dia sudah mapan secara finansial, gak bisa jadi jaminan dia bisa buat kamu bahagia dunia akherat."

Rani: "Iya ma, Gita paham betul itu. Makanya Gita gak kenapa-napa, biasa ajah. Berarti Allah udah nyiapin orang yang lebih baik untuk Gita."


*cerita dari seorang teman

Senin, 29 Oktober 2012

Tentang Perasaan



"Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati diracuni harapan baik, 
padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan."  


"Kau tahu, Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. 
Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira,
tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan."


"Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, 
dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit. Kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat hatimu berubah cerah dalam sekejab padahal dunia sedang mendung. Dan dikejap berikutnya mengubah harimu jadi muram padahal dunia sedang terang benderang."


"Biarkan semua mengalir bagai Sungai Kapuas. Maka kita lihat, apakah aliran perasaan itu akan semakin membesar hingga tiba di muara atau habis menguap di tengah perjalanan.


— Tere Liye (Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah) 











Kamis, 25 Oktober 2012

Sebuah Kepastian

Aku: "Itu calon suamimu yah? Kapan ngundang?"
Nara: "Iya, insyah Allah Januari ini Des. Jangan gak dateng yaaa."
Aku: "Insyah Allah, kalo di Palembang nanti diagendakan untuk dateng. Udah lama Nar?"
Nara: "Belom lama Des, sekitar 6 bulan itupun kita gak pacaran. Cuma kenal, tapi ternyata dianya serius dan aku terima. Habis si Iman biasa ajah."
Aku: "Biasa gimana Nar? Jadi beneran udah putus yah?"
Nara: "Iya Des, aku pacaran 7 setengah tahun, tapi gak jadi itu rasanya capek. Gak jelas mau dibawa ke mana hubungan kami. Makanya, saat abang ini dateng. Aku terima, karena lebih jelas Des."
Aku: "Barakallah ya Nar," :)

Benar kata orang, hal terpenting setelah jatuh cinta adalah kepastian. Suatu kejelasan untuk diarahkan ke mana rasa-rasa ini, pengenalan selama ini, pun apakah kita mempunyai visi dan misi yang sama tentang masa depan.

Jika kita hanya berjalan pada langkah yang sama, namun tidak dengan tujuan yang sama. Maka sudah dipastikan cepat atau lambat kita akan berpisah, masing-masing kita akan melangkah, berlari bahkan melesat menuju apa yang menjadi tujuannya. Tak ingin menunggu terlalu lama, karena mungkin saja selamanya tujuan kita tidak akan pernah sama.

Hidup ini memang dipenuhi dengan ketidakpastian, tapi setiap orang menginginkan akan kepastian itu sendiri. Meski kepastian itu datang dari orang yang tak terpikirkan sebelumnya, namun itu akan lebih baik ketimbang harus menunggu seseorang yang ada di samping namun tak pernah memberi kepastian.




Pelajaran berharga yang didapat gara-gara iseng ngebaca recent updates di BBM-ku, melihat seorang teman yang mengganti display picture-nya dengan orang asing yang tak kukenal. Dan berlanjut dengan obrolan singkat, yang syarat akan makna. Bahwa lamanya suatu hubungan tidak menjamin akan terlabuhnya dua hati di tempat yang sama.

Kenapa Menulis?



Menulis itu melantangkan diam.
Menulis itu berpesta dalam diam.
Menulis itu merayakan kehidupan.
Menulis itu menyembuhkan jiwa.
Menulis itu memunguti kenangan dan merapikannya, lalu merajutnya dengan makna.
-

: Menulis adalah salah satu cara saya untuk berekspresi.
: Karena yang terucap akan terlupa, yang tertulis akan teringat.
Karena menulis itu membebaskan apa yang disimpan dalam hati.
: Menulis itu pengungkapan yang paling mudah dan sederhana.
: Banyak hal dalam hidup saya yang tidak ingin saya lupakan.
: Terkadang, bercerita kepada secarik kertas terasa lebih aman dan nyaman.
: Karena menangis saja hanyalah sia-sia.
: Saya ingin merasakan kejadian dalam hidup saya berkali-kali.
: Saya suka menuangkan rasa dalam makna, mengembara, melalang buana dalam ruang imajinasi.
: Ingatan saya terbatas dan takut kehilangan kenangan.
: Karena menulis itu membuat bahagia.
: Karena saya ingin bercerita.
Karena terkadang selembar kertas lebih memahami saya daripada telinga mereka.
: Karena, saya ingin tersenyum dihari tua saya ketika membacanya kembali.
: Karena saya ingin mengabadikan waktu yang tak mungkin bergerak mundur.
: Karena tak ingin kenangan itu hilang tak berbekas.
: Karena kata menerima saya apa adanya.
: Karena melawan lupa.


Karena dengan menulis, aku bisa menyampaikan apa yang tak bisa dikatakan hati dengan lisan.
Bisa menuangkan rasa yang membuncah di hati, tanpa harus memiliki pendengar.

Karena dengan menulis, aku merasa didengarkan.
Walau hanya oleh selembar kertas putih atau sebuah layar yang tak mampu berbicara.

Karena dengan menulis, aku tak akan jadi gila.
Karena luapan hatiku teralihkan, tidak hanya terpendap dalam hati saja.

Karena dengan menulis, aku memiliki teman di saat kesepian.
Di saat ingin ada yang mendengar, namun tak jua ada yang hadir dengan raga yang siap mendengar.

Karena dengan menulis, aku jadi bisa mengatur emosi.
Tidak ingin meluapkannya dengan amarah, karena itu bisa membuatku lelah dan tak lagi bisa bersikap ramah.

Aku menulis bukan untuk menyampaikan semua yang aku rasa, aku menulis untuk menyampaikan apa yang aku dengar juga apa yang kulihat. Karena tulisanku tak hanya bercerita tentang aku, tapi lebih bercerita tentang apa yang ada di hatiku, di ruang imajinasiku juga tentang orang-orang di sekelilingku.

Aku menulis karena aku tak pandai merahasiakan rasa, aku terlalu ekpresif jika hanya harus berdiam dengan luka yang kurasa, juga bahagia yang kudapat.

Aku menulis, karena itu membuatku bahagia. Jadi, jangan larang aku untuk mengekpresikan apa yang dikatakan hati, juga apa yang disenandungkan oleh imajinasi. Biarkan aku menulis apa yang ingin aku tulis.

Rabu, 24 Oktober 2012

Manis #Repost


Cinta adalah separuh aku separuh kamu. Dan diantaranya terdapat serabut doa, yang kita panjatkan untuk masing-masing kita; setiap harinya.
-Tia Setiawati Priatna-

Bandel Sih, Tapiiiii

"Aku sudah ditilang polisi 3 kali, jahat nian Pak Polisi itu."
Itu pernyataan dari si Dedew, temenku yang gak kalah gejenya itu. Padahal yah, dia itu baru beberapa bulan ini bawa motor. Sampe bingung, dia ngelakuin kesalahan apa sampe bisa ditilang gitu?!

Hampir 3 tahun aku bawa motor, dan aku juga bukan pengendara yang baik-baik amat. Seperti yang pernah aku ceritain, aku seringggg bonceng tiga di jalan raya. Pernah sembunyi dibalik TransMusi karena lewat pos polisi. Pernah nurunin si Kiki di lampu merah, karena di belakang kami ada polisi yang lagi patroli dan dia lagi gak pake helm. Juga pernah gak sengaja menerobos lampu merah.

Tapi yah, keberuntungan masih berpihak pada kita. Belom pernah tuh dan jangan sampe deh ditilang. Bandel bandel gini mah, kita masih 'takut' kalo harus berhadapan langsung sama para pria berompi hijau itu, sereeemm!

Makanya, dari beberapa waktu yang lalu kita udah gak bandel lagi. Kalo mo pergi, slalu bawa helm dua. Juga berusaha untuk gak bonceng tiga, karena malu kalo gak sengaja ketemu temen atopun ikhwan. Yah kaya beberapa waktu yang lalu, ketemu sama adek tingkat, ikhwan, pas kita lagi bonceng tiga lewat Jembatan Ampera. Dan, sempet diteriakin, "Masya Allah mbaaa!" Rasanya itu maluuuuu bener, mau taruh di mana ini muka. Hikzz -___-"

Jadi, taat jangan pas ada yang liat ajah. Taat itu yah harus kudu totalitas, *gaya

Selasa, 23 Oktober 2012

You're My Everything


My first, my last, my everything
And the answer, to all my dreams
You're my sun, my moon, my guiding star
My kind of wonderful, that's what you are 
My everything


Ini lagu favoritnya Danish, tiap liat iklan ini di tipi dia slalu senyam senyum geje dan kalo dia lagi berdiri langsung pegang pipi, terus kecup sayang. Kita yang diperlakukan semanis itu langsung klepek-klepek, aduh nak, kamu kok suka tebar pesona siiiih. *kedipkedip

Dan, sekarang lagu ini jadi ringtone sMs-ku khusus An Nahl.
An Nahl --> You're My Everything, *bighug

Senin, 22 Oktober 2012

Tentang Luluran


Kiki: "Kalo lo Ci, berapa kali seminggu luluran?"
Aku: "Aku dak pernah luluran loh, harus ye?"
Kiki: "Masa sih Ci??"
Aku: "Huum! Eh pernah ding, itu, waktu aku dikasih Cindy, sepupuku yang masih SMP sabun lulurnya. Udah itu dak pernah beli lagi, hehe"
Kiki: *tepok jidat
Beberapa hari kemudian

Kiki: "Eh Wik, masa sih Aci dak pernah luluran katonyo. Kalo kau Wik, sering luluran?"
Dwi: "Aku jugo dak pernah luluran, pake lulur kaya dak mandi. Males!"
Kiki: *pingsan

Dari percakapan itu, aku berkesimpulan. Ternyata luluran itu gak penting, hahaha...

Gak ding, dari obrolan geje itu aku jadi mikir betapa cueknya aku dalam perawatan tubuh. Tubuh kita itu amanah loh, yang mesti dirawat dengan baik. Jadi, yah gak papa lah sekali-kali memanjakan diri, asal masih dalam batasannya. Tidak diniatkan untuk menarik perhatian atau tabaruj.

Berarti belanja bulanan seterusnya sabun lulur akan masuk list, *bukan gue bangetttt

Special #Repost


“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli; laksana mutiara yang tersimpan baik.” (Terjemah Al Qur-an surat Al-Waqi’ah ayat 22-23)

Perihal bidadari bermata jeli dan terjaga seperti mutiara yang tersimpan baik ini, dibahas beberapa kali di dalam Al-Qur’an, salah satunya juga di surat Ath-Thuur. Bagaimana dengan manusia? Apapun yang spesial tentunya yang tidak dilihat orang banyak, dijaga, dapat perlakuan istimewa, sehingga menjadi terasa beda dalam makna kebaikan, lebih baik ataupun terbaik. Saat dirimu bukanlah bidadari surga, kenapa tidak menjadi manusia spesial yang terjaga?

Repost dari http://blogiseng.tumblr.com/

Ehem!


Sabtu, 20 Oktober 2012

#Random



"Hati itu kayak rumah, Bro. Perlu dipagerin. Supaya gak sembarang orang bisa masuk, ngacak-ngacak halaman lo, terus pergi seenaknya."

 [Pagar, Taste Buds, page 82]
  

"Wajahku ada di mana-mana, mengalahkan Tuhan yang kau cari di selembar sajadah. 
Aku tersenyum kepadamu di tiap tikungan jalan."

[Gol A Gong]


"Hanya karena tak terkatakan, bukan berarti cinta ini tiada. Kamu cuma tak tahu saja."
 
[Aulia Rachma]

"Aku adalah insan yang terpekur di ujung kaki Tuhan. Memohon hidup, cinta dan bahagia. 
Kau adalah do'aku malam tadi."

[Anthony Nugroho]


"Kita; dua sungai yang tak saling menyapa, akhirnya berkisah manis di sebuah muara."

[Nining Futri]

Kamis, 18 Oktober 2012

Kamu Lagi, Kamu Lagi


"Keinginan saya adalah sekiranya Anda tidak keberatan, apakah Anda bersedia bangun pagi melihat saya lagi? Makan pagi bersama saya lagi. Pulang kantor yang nongol muka saya lagi. Shalat berjamaah imamnya saya lagi. Menerima kado ulang tahun dari saya lagi. Mengurus anak bersama saya lagi. Memasak bersama chef andal, yaitu saya lagi. Sampai tua, duduk di kursi goyang, ditemani saya lagi. Saya lagi dan saya lagi."

Itu kalimat yang ada di sampul belakang buku Taste Buds, karyanya Yunus Kuntawi Aji dan Kinsia Eyusa Merry. Bukunya bagus loh, sweet. Ini bukunya Kiki, aku dipinjemin. Tapi, sekarang udah jadi hak milik. Karena tukeran sama bukuku yang dia pinjem, senengnyaaaa, ^^

Kita perlu ngebahas bukunya gak yah? Gak usah dulu yah, mending kamu langsung beli dan baca sendiri deh bukunya. Dijamin kamu gak akan berhenti ngebuka lembar per lembar buku itu, emang bikin candu loh.


Kamu Lagi Kamu Lagi

Kalo nanti ada yang bilang kalimat yang di atas itu, mungkin gak akan bisa ngomong apa-apa deh. Speechless! ^^

Tapi, kamu pernah ngebayangin gak kalo nanti dia lagi dia lagi yang ada di samping kita. Apa gak jenuh yah? Hmmm, mungkin gak akan jadi jenuh kali yah, selama kita slalu berusaha menghargai hal-hal kecil yang dia kasih ke kita, sesuatu yang sederhana mungkin, tapi berkesan, juga sweet.

Dan, mungkin bukan kamu lagi kamu lagi. Tapi, cuma kamu cuma kamu. Hahaha, maklum efek baca buku yang manis, jadi agak romantis dikit. Hihihi

Maybe, I'm not worth enough for anyone but you, who accepted me as me. Coz, I'm just an ordinary woman, even too ordinary. :)

Rabu, 17 Oktober 2012

Moody?



"Moody adalah suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang, yang mana orang tersebut sering berganti-ganti suasana hatinya, kadang tanpa suatu penyebab yang jelas dan dalam waktu yang relatif singkat."


Ada kalanya aku ini moody-an loh, sebentar bisa nangis bombay, sebentar lagi bisa ketawa-tawa hepi,. Tapi, perpindahan dari suatu kondisi ke kondisi yang lain itu waktunya relatif singkat, bahkan sangat singkat.

Mungkin karena aku sayang sama hati juga diri aku, jadinya aku gak mau terbawa suasana hingga hati aku terus merasa gimana gituuu. Aku berusaha untuk sebisa mungkin membaikkan suasana hatiku, bagaimana pun caranya.

Nah, cara paling ampuh yang sering aku lakukan biar mood aku kembali baik itu;

1. Makan
Aku emang bukan tipe orang yang doyan makan sih, tapi kalo lagi bete, biasanya aku cari makanan yang  setidaknya bisa ngebuat aku sibuk dengan hal lain. Makan es krim misalnya, itu kan bisa buat hati jadi adem. ^^

2. Ngobrol
Kalo lagi bete tuh, bicara. Kan wanita itu emang suka ngomong, bukan karena kenapa-napa sih, cuma gak mau apa yang ngeganjel hatinya itu cuma dia sendiri yang ngerasain. Jadi dia perlu teman bicara, biar orang lain tau betapa tertekannya dia. Egois sih, tapi yah itulah wanita.

3. Jalan-jalan
Ini juga bagus buat hati kita jadi kembali membaik, dengan melihat ke sekeliling, kita akan jadi sadar bahwasanya gak cuma kita sendiri loh yang punya beban hidup. Ada orang lain yang mungkin masalahnya jauuuuh lebih berat dari yang sedang kita alami. Lihatlah lebih luas.

4. Tidur
Biasanya, kalo udah capek sama pikiran sendiri, karena permasalahan yang kita hadapi. Kita jadinya males ngapa-ngapain, yah kalo emang gitu sih mending dibawa tidur ajah. Saat tidur usahakan untuk melepas semua penat yang menghinggapi, setelahnya kamu akan terbangun dalam keadaan yang paling tidak lebih baik dari sebelumnya.

Itu sih beberapa cara ampuh buat aku, biar sifat moody-an ku ini gak ngeganggu hati dan diri aku, juga gak ngeganggu orang di sekitarku. Oyah, usahakan sebisa mungkin sifat moody kita ini gak dinampakkan ke orang lain, karena kesian sama mereka, mereka gak salah loh. Mereka berhak mendapati kita dalam mood yang baik, bukan malah sebaliknya.

Karena, "Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu." (HR. At-Tirmidzi)
So, kita harus bisa mengontrol suasana hati kita. Agar orang-orang di sekeliling kita merasa nyaman berada di dekat kita. Walau sekalut, sepenat atau sekacau apapun suasana hati kita, tetaplah tersenyum untuk kebahagiaan orang-orang yang kita sayangi.


Senin, 15 Oktober 2012

Dewasa Itu


"Kita sekarang makin dewasa yah Ci, beda dengan beberapa tahun yang lalu."
-Kiki-

Dewasa? Kalau bawa-bawa usia sih, usiaku emang dah masuk kategori dewasa, udah mo 24 tahun loh. Temen-temenku malah dah ada yang berkeluarga, gak usah jauh-jauh deh, istri kakakku itu seusia denganku. Dia udah punya Danish. Jadi, udah bisa dibilang dewasa kan. :)

Tapi yah, kadang orang-orang di sekeliling gak nyadar akan hal itu. Di rumah contohnya, aku masih dianggap anak bungsu yang manja, adek terkecil yang belom tau apa-apa. Pernah kakakku bilang, ah nanti deh ngomongin nikah, kamu tuh masih kecil. Kecil? Halooo, jadi kakak nikah sama anak kecil gitu, mb-ku maksudnya. Dia lupa kali aku nih seusia sama istrinya, :(

Dewasa itu bisa mengambil keputusan yang tepat, bisa memikirkan solusi untuk masalah yang sedang dihadapi, tau bagaimana memposisikan diri saat berada dalam suatu keadaan tertentu, juga bisa mulai menerima perbedaan-perbedaan yang ada, pun mencoba memahami bahwa tidak semua orang memiliki pola pikir dan cara pandang yang sama dengan kita terhadap sesuatu.

Aku bertipe darah A, yang kadang sulit untuk menerima orang-orang yang 'keluar' dari jalur seharusnya. Mungkin karena aku orang yang penurut dan cenderung kaku. Jadi, kalo ada yang agak melenceng, itu kadang ngebuat aku suka agak gimana gitu. Padahal kan gak semua orang yang pikirannya cetek kek aku.

Masih inget banget, beberapa tahun yang lalu. Kalo ada temen atau kakak tingkat yang menikah, pertanyaan rempong yang pertama kali ditanyakan adalah, suaminya ikhwan yah mb? Atau kalo ada yang menikah dengan orang dari luar kota, akan ditanyakan, kenal dari mana mb?

Ckckckck! Itu gak sopan loh, beneran. Walaupun mungkin orang yang ditanya gak kenapa-napa, tapi tetep ajah gak boleh nanya rempong kek gitu. Kan gak semua orang mempunyai jalan hidup yang slalu sama dengan yang lain, ada banyak orang yang skenario hidupnya jauuuuh lebih sulit diprediksi. Takdir dari-Nya untuk setiap orang itu berbeda-beda, tidak mungkin semuanya sama. Pahami itu yah?! :)

Tapi, makin ke sini, makin banyak melihat juga mendengar dari pengalaman orang-orang terdekat, aku makin banyak belajar. Bahwa hidup tak sesimple cerita yang selama ini aku ketahui. Ada banyak hal yang kadang berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan ataupun rencanakan. Jadi, penerimaan itu akan menjadi sesuatu yang harus kita miliki.

Penerimaan akan takdir-Nya yang unpredictable. Penerimaan akan banyaknya hal yang tak sesuai dengan beberapa sketsa yang pernah tergambarkan di benak kita. Pun penerimaan akan adanya perbedaan-perbedaan yang bermunculan dalam perjalanan kita.

Kita harus bersikap dewasa untuk mengatasi masalah-masalah yang hadir, berusaha memilih dan mengambil keputusan terbaik yang tidak akan menyakiti ataupun merugikan siapapun, tidak bergantung kepada seseorang karena sejatinya tiap kita bertanggung jawab untuk diri kita sendiri, juga memilih teman bicara terbaik yang bisa memberikan kita masukan terbaik pula, karena tidak semua kata-kata orang harus didengarkan loh.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Tanpa Judul


Ada yang menari-nari riang di dalam sana,
Ada yang berlari-lari berusaha beranjak pergi,
Ada yang merajut asa di suatu sudut yang tenang,
Dan, ada yang terus-terusan bermain dengan pikirannya sendiri.

Kau, sedang apa kau di sana?
Kenapa kau hanya berdiam tanpa suara?
Adakah kau sedang berfikir tentang sesuatu,
Hingga dahimu mengerut, pandangan menerawang entah ke mana.

Jika ada yang ingin disampaikan, bicara!
Jika ada yang mengganggu, katakan!
Jika ingin pergi, menjauhlah!

Diam, menanti dan bersabar,
Mungkin baik, tapi tidak untuk dibiarkan berlarut-larut,

Kau hanya perlu satu, keberanian,
Untuk menyuarakan kegelisahan,
Ketidaknyamanan, kekhawatiran akan sesuatu yang semu,
Dan untuk sebuah keterjagaan, sekeping hati.

Kamis, 11 Oktober 2012

Rindu dan Hujan


"Untuk rindu yang mengudara tanpa nama, biar hujan saja yang menghapusnya." 


Hujan slalu dikaitkan dengan kata rindu, jika ada hujan di sana pasti ada sebuah kerinduan. Entah rindu akan sesuatu, seseorang atau mungkin rindu akan hujan itu sendiri.

Saat tetes-tetes air dari langit itu berjatuhan, ada segumpal perasaan yang pecah bersamanya. Semacam perasaan yang selama ini ada tapi tak nampak adanya, complicated.

Aku suka hujan, suka nuansa senja yang diciptakannya di siang yang terik. Suka suasana romantis saat malam menjadi waktu yang dipilihnya. Juga suka aroma fajar yang mendamaikan kala ia merajai pagi, berkejar-kejaran untuk bisa menyentuh tanah yang mulai gersang.

Hujan mengingatkan aku akan banyak hal, tentang barisan kenangan yang sempat tercipta beriringan dengan jatuhnya ke bumi. Tentang kebersamaan tak bersyarat yang muncul secara tiba-tiba. Tentang kamu-kamu yang paling berharga di hati ini, mengingat tentang kita yang bertemu karena ikatan takdir-Nya yang tak terbaca sebelumnya.

Dan, ada lantunan-lantunan do'a yang indah untukku, untukmu, dan untuk kita semua. Karena saat hujan turun adalah salah satu waktu terbaik untuk diijabahnya do'a-do'a. Berharap Allah akan senantiasa menjaga kita dengan ketat, tak hanya membuat kita baik, tapi juga memberikan kita sgala yang terbaik.

Selasa, 09 Oktober 2012

Normal is Boring

Salah satu judul buku yang berderet rapi di sebuah toko buku ternama, dari judulnya ajah uda menarik. Pas diliat-liat, ternyata bukunya unik. Dari bentuk bukunya aja sudah gak normal. Yang biasanya kita membuka sampul buku dari sebelah kiri ke kanan, sedangkan untuk buku ini kita buka dari kanan ke kiri.

Tapi, aku gak cerita tentang buku itu loh. Karena belom baca, kemaren cuma liat-liat doank. Nanti deh, suatu hari buku itu akan ada di lemari bukuku dan akan aku bagi deh ilmu dari buku itu di sini.

Hidup normal itu menjalankan segala sesuatu sesuai dengan standar seharusnya, melakukan ini dan itu karena emang sudah sebegitu harusnya. Hidup lurus-lurus ajah, pokoknya gak neko neko deh. Menyenangkan? Tapi, suatu waktu kita akan berada di titik klimaks kebosanan. Bosan dan bosan.

Waktu ngebaca judul buku ini bareng si Kiki, kita langsung sepakat sama buku ini. Karena faktanya, kita itu 'gak normal'. Eits, jangan mikir yang aneh-aneh deh. Kita masih suka laki-laki kok, walaupun seandainya kagak ada laki-laki yang suka sama kita. Hahaha *plakkks

Banyak hal gak normal yang kita lakukan, aku, Kiki dan Dwi. Biasanya kan akhwat itu identik dengan kalem, lembut, sopan, bicaranya halus, gak aneh, lurussss ajah, pokoknya tipe ideal banget deh buat dijadiin calon istri. Nah, kita? Udah rempong, aneh, suaranya keras, suka ngerror, bonceng tiga di jalan raya siang hari, punya kucing belasan di rumah (Dwi), gak bawa kebaya pas acara wisuda (Kiki), sampe ada yang batal wisuda gara-gara gak ikut kursus Bahasa Arab (itu siapa yah??), itu kan konyol?!! -__-"



Tapi, kadang kita juga harus dikembalikan ke kehidupan yang normal. Biar hidup kita gak terlalu ANEH, hahaha! Kan gak mungkin tiap saat slalu melakukan hal-hal konyol, yang kadang bikin orang geleng-geleng kepala ngeliatnya.

Hal konyol terupdate yang diciptakan oleh si Kiki itu semalem, pas dia mau pulang dari rumahku, biasanya kan tiap dibonceng naek motor nih bocah slalu pake helm ungu punyaku. Nah, dia pakelah tuh helm pas aku mau nganter dia. Aku ngeliat sih dia pake helm, tapi aku diem ajah ngeliatnya. Padahal aku cuma nganter dia sampe terminal yang jaraknya cuma 3 menit dari rumahku kalo pake motor, aku yang bawa ajah gak pake helm malah.

Terus, sesampainya di terminal, dia dadah-dadah ajah dengan helm tetep di kepalanya. Untungnya aku nyadar tentang helm itu, dan dia kaget plus bingung. Nyerahin helm ke aku dengan muka cemberut trus bilang, "Biso dak sih sekali be hidup kito dak konyol. Ish -__-"

Hahaha, aku cuma nahan ketawa di motor, sambil ngeliat dia yang berjalan menjauh dengan muka cemberut plus nyengir-nyengir aneh. =))

Sabtu, 06 Oktober 2012

Teman Bicara

Kamu punya, teman bicara?
Itu, orang yang akan pertama kali kamu hubungin saat kamu lagi sedih ataupun seneng.
Entah kenapa, kamu ingin dia tau tentang apa yang terjadi sama kamu.
Mungkin, karena dia membuat kamu merasa nyaman dan bicara dengannya membuatmu menjadi jauh lebih tenang.

Rasa nyaman itu hadir bukan karena dia orang yang cerdas, bijak, atau mungkin teman yang paling paling deh. Rasa nyaman itu ada lebih karena dia paham siapa kamu, mencoba mendengar dan memberi tanggapan terbaik yang bisa ia berikan.

Aku cukup memiliki banyak teman, ada beberapa sahabat dekat. Tapi, untuk teman bicara, hanya ada segelintir orang saja. Bukan berarti aku introvert, hanya saja tidak semua orang bisa memahami siapa diri ini. Yang meski tanpa perlu aku ucapkan, dia bisa tau kalimat-kalimat yang tak terkatakan oleh lisan ini.



Dia, salah satu teman bicara terbaikku. Entah sejak kapan kebiasaan ini dimulai, jika ada risau di hati, dia adalah seseorang yang kan segera mengetahuinya. Mengirimkan pesan-pesan pendek yang tak pendek itu, melegakan hatiku, meski tak harus direspon dengan segera. Aku hanya ingin mencurahkan semua yang menyesakkan di hati, kepadanya, teman bicaraku.

Hey, kamu!
Nanti, walau kita jauh,
Masih mau kan jadi teman bicaraku?

Jumat, 05 Oktober 2012

Rasa Kehilangan


Pernah merasa kehilangan sesuatu?
Barang, moment, seseorang atau mungkin ingatan?

Rasanya itu, seperti sesuatu yang selama ini ada lalu kemudian tiada.
Ada yang kurang,
Ada rasa gelisah yang datang,
Ada kesepian yang tiba-tiba menyerang.

Aaaah, rasa itu sungguh tidak nyaman,
Membelenggu hati dalam sebuah pencarian,
Mencari yang hilang agar bisa kembali datang,

Rasa kehilangan itu hadir ketika kita merasa memiliki sesuatu,
Sesuatu yang tanpa kita sadari menemani waktu-waktu berharga yang kita miliki,
Lalu, ia tiba-tiba harus pergi, menjauh kemudian benar-benar menghilang bersama waktu,

Sejatinya, kita tak memiliki apa-apa di dunia ini,
Yang ada di samping kita saat ini, hanya sebuah titipan bernamakan anugerah,
Yang bisa pergi dan menghilang kapan pun ia harus pergi,
Tanpa pernah bisa kita memintanya untuk kembali datang ke sisi,

Rabu, 03 Oktober 2012

Emang Dasar

Mau cerita sedikit tentang ke-aneh-an aku, Kiki sama Dwi. Entahlah, meski kadang berusaha untuk menolak kalo dibilang aneh, tapi kami lebih sering menerima kalo kami emang ANEH. Huahahaa, tuh kan, aneh kan?

Tanggal 22 September 2012

Aku sama Dwi ada agenda arisan akhwat DPC Kalidoni, waktu itu tempatnya di rumah Mb Fitri. Tepat jam 3 kita udah ada di sana, karena acaranya jam 4. Mau numpang shalat Ashar sekalian. Diketok-ketok gak ada respon, akhirnya kita memutuskan untuk numpang shalat di rumah Ummu Zafa yang gak jauh dari sana.

Dwi yang kusuruh untuk meng-sMs Ummu Zafa, bilang kalo kita mau ke rumahnya untuk numpang shalat. Pesan terkirim! Tapi, kok henpon ku bunyi, ringtone-nya itu ringtone khusus An Nahl, jadi aku tanya ke Dwi > Wik, ko yang sMs aku ye? | Nah, iyo Cik, terkirim ke nomermu. Hehe | Hadeeeh, punya temenku aneh sih, orang aku jelas-jelas di sampingnya, masih juga dikirimin sMs. Hahaha.

Sabtu 29 September 2012

Kejadian itu aku ceritain ke Kiki, dengan girangnya dia nginget-nginget kejadian dulu, waktu aku juga pernah salah kirim, padahal yah, Kiki ada di depanku, dan aku mau kirim sMs ke Dwi, eh malah ngirim ke dia. Ckckck. Kiki keknya gembira banget tuh ngatain aku siang itu, "Makanya Cik, kalian itu emang aneh. Masa bisa salah kirim sih, itu kan konyol. Huahaha"

Sore itu kita mau silaturahim ke rumah Kak Anton, untuk memastikan kita beneran mau dateng, Kiki nge-sMs Kak Anton, "Kak, kami ke rumah sekarang."
Pas nyampe rumah Kak Anton, dia agak kaget pas kita ternyata beneran dateng, padahal lagi hujan deres banget. Terus, dengan polosnya Kiki bilang, "Kan, udah di sMs tadi."

Setelah masuk ke rumah, aku langsung ngeliat henponku, ada 1 message, dari Kiki. Isinya > "Kak, kami ke rumah sekarang." Kontan ajah aku langsung ketawa, terus ngelirik tajem ke arahnya. Ckckck -__-"

Halah, emang dasar, trio aneh, sebelas sebelas deh. Kagak ada bedanya lah, sama ajah.

Lelaki Hebat


"Saya kira suami mb tuh orang hebat loh, ustadz hebat gitu. Hehe"

"Memang kenapa sama suami saya, suami saya lelaki yang hebat. Dia berusaha untuk shalat berjamaah di masjid, dia seorang suami yang bertanggung jawab, ayah yang bijak, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Dia adalah lelaki hebat, setidaknya bagi saya. Tak peduli apa kata orang tentangnya, dia tetap lelaki hebat yang pernah saya kenal."

Lelaki hebat? Apakah harus terlihat secara dzahir? Nampak hebat di hadapan dunia? Yang dikenal di mana-mana? Atau?

Lelaki hebat mungkin bertaburan di muka bumi ini, mereka yang bisa memberikan motivasi di seminar-seminar, mereka yang sukses dengan karirnya, mereka yang ahli di bidangnya, mereka yang memberikan pencerahan terhadap ummat ataupun mereka yang dielu-elukan oleh banyak orang. Namun, masih banyak lagi lelaki hebat yang tak diketahui oleh orang lain. Yang mungkin dia tak cukup memiliki kriteria-kriteria untuk sekedar bergelar LELAKI HEBAT!

Dia, lelaki hebat saat berani meminta kepada seorang ayah untuk memperistri anaknya, mengikrarkan diri sebagai seorang suami di hadapan Allah, penghulu, juga keluarganya
Yang berlelah-lelah mencari nafkah yang halal untuk keluarganya dengan penuh cinta,
Yang tak membiarkan keluarganya kelaparan dan tak memiliki tempat berteduh,
Yang menegur dengan lembut atas kesalahan yang tak sengaja dilakukan oleh keluarganya,
Yang berusaha meluangkan waktu terbaik untuk bisa berkumpul bersama keluarganya,
Dan dia, lelaki hebat saat mau mendengarkan keluhan sang istri yang agak terkesan cerewet,

"Mungkin bagi dunia kamu hanya seseorang, tapi bagi seseorang kamu adalah dunianya."