Jumat, 10 Desember 2010

JANGAN DITANYA!!!

Belakangan ini aku banyak memperhatikan pola tingkah orang-orang terdekatku, ternyata aku menemukan beberapa hal menarik untuk dibahas. Tentang sebuah PERTANYAAN, biasa aja sih. Cuma pertanyaan kok, tapi pertanyaan kali ini beda. Pertanyaan yang jika ditanyakan dapar berakibat berubahnya raut wajah, lirikan mata dan gerak tubuh. Aku menyebutnya >> PERTANYAAN SENSITIF..

Berikut pertanyaan-pertanyaan sensitif itu, ini berdasarkan hasil survey-ku loh. Survey?? Gaya amat yak aku..

--} Berapa IPK???
Pertanyaan satu ini benar-benar sensitif bagi mahasiswa yang baru mengambil KHS (Kartu Hasil Studi), biasanya setelah mengambil KHS dan melihat hasilnya, mereka langsung memasukkan selembar kertas itu ke dalam tas. Apalagi kalo banyak Vit C di sana, wah pasti ga mau banget diliat. *pengalaman*

Jangan sampe deh kamu nanyain berapa IPK-nya, pasti wajahnya manyun atau ga dia jawab dengan senyum terpaksa *nyengir kuda*

Walaupun maksud kita baik, yaa istilahnya perhatianlah. Tetep aja hal itu menyentuh sisi sensitifnya, nanti juga dia akan cerita sendiri tapi tidak di depan banyak orang tentunya…

--} Apa kabar SKRIPSI??
Ini nih, pertanyaan satu ini juga sangat sensitif. Khususnya untuk mahasiswa akhir semester seperti diriku ini, *curcol*

Bukannya kenapa, hanya saja ada perasaan tertekan ketika ditanya hal itu. Meskipun hanya sebuah pertanyaan basa-basi ketika bertatap muka di jalan, tapi bagi si pendengar itu adalah sebuah beban. Entahlah, apa hanya aku dan beberapa teman dekatku saja yang merasakan ini atau banyak orang di luar sana yang merasakan hal yang serupa denganku.

Tau sih maksudnya baik, ingin membantu, memberi semangat dan motivasi. Tapi, tetep aja serasa dihujam dengan palu kepalaku kalo denger tentang skripsi. Aku bisa mengerjakan sendiri, malah akan jadi malas mengerjakannya kalo yang nanya hal itu terus hilir mudik di telingaku… Uda BAB berapa?? Kapan kompre?? Huaaaaachh… (>_<)

--} Kapan WISUDA???
Ini pertanyaan lanjutan, biasanya yang menanyakan hal ini adalah orang-orang yang tidak begitu tau perkembangan akademis kita. Orang tua, keluarga, teman lama, tetangga, dan beberapa orang yang kita kenal.
Mereka hanya tau kita sudah semester sekian, jadi sudah pantas diwisuda.

Pertanyaan satu ini jauh lebih dahsyat, aku pernah dicuekin berhari-hari gara-gara nanyain hal ini ke abangku. Salahku juga sih, nanyain hal itu pas keluarga lagi kumpul. Kontan saja abangku dimarahin ayah, diomelin ibu. Akhirnya aku yang kena batunya, dicuekin deh T_T

Baru sekarang aku bisa merasakan hal itu, karena saat ini aku yang mengalami masa-masa sulit itu. Seisi rumah dah kaya beo aja, pada kompak nanyanya, Kapan Ci Wisuda??? Segera boss.. ^^

--} Sudah KERJA?? Di mana???
Pertanyaan satu ini sering ditanyakan kepada mereka yang sudah menyelesaikan studi, baik itu sekolah ataupun kuliah. Mereka sering disodorkan pertanyaan, sudah kerja? Di mana???

Awalnya hal ini biasa saja, tapi kalo ditanyakan terus jadi hal yang luar biasa. Yang mendengarkannya bisa pusing tujuh keliling! Apalagi waktu untuk mencari pekerjaan sudah di luar batas, misalnya: Lulus akhir tahun, eh sampe pertengahan tahun tetap saja belum dapat kerja. Pasti akan menjadi beban baginya, meskipun orang tua tidak menuntut banyak dan tidak ada masalah dengan hal tersebut. Dia akan tetap merasakan bahwa ia tidak berguna dan hanya bisa menyusahkan saja.

--} Kapan NIKAH???
Hmm… Aduuuuh, sebenernya males bahas yang satu ini. Tapiiii, pertanyaan ini adalah pertanyaan terfavorit sepanjang zaman,.. Baik ia masih remaja ataupun sudah dewasa, pertanyaan ini paling sering ditanyakan.

Usia sudah pantas, sudah lulus kuliah, sudah kerja… Tunggu apalagi coba?? Itu kata mereka,..

Menurut pengamatanku, ketika ditanya pertanyaan satu ini si tertuduh akan mengalami perubahan ekspresi. Kadang hanya bisa senyum semanis mungkin, *jadi ingat dengan seorang mb yang pernah kutanya, maaf ya mb?*

Kadang pertanyaan ini adalah pertanyaan iseng ataupun merupakan perwujudan sebuah do’a dari orang-orang yang menanyakan itu. Mereka ingin melihat orang terdekatnya bisa segera menemukan Sang Pangeran ataupun Bidadarinya.

Kalo aku yang ditanyain itu, aku sih biasa-biasa aja. Toh, usiaku belum begitu banyak. Orangtua juga ga nuntut aku segera menikah, lah wong aku anak bungsu, abang sama mb-ku saja belum pada nikah dan aku belum lulus kuliah. Meskipun teman-temanku dah banyak yang membangun rumah tangga sih! Tapi, kalo yang ditanya itu sudah berumur lebih dari pantas, mungkin akan beda masalahnya. Semisalnya abangku, sering tuh ditanya sama keluarga besar. Apalagi kalo lagi menghadiri walimahannya sepupu, “Revi kapan nyusul?? Calonnya dah ada belum? Perasaan ndak pernah dibawa?” Atau lagi jadi panitia walimahan temannya, “Ant kapan Gus?? Jadi panitia mulu, kapan bentuk panitia?” Biasanya abangku cuma senyum aja, *yang sabar ya kak, :D*

Untuk saat ini, yang kuanggap pertanyaan sensitive itu adalah yang aku tuliskan di atas. Aku yakin deh, pasti banyak lagi pertanyaan sensitive lainnya. Nanti akan kita bahas di waktu yang akan datang, hehehe…

Aku sarankan ya, pertanyaan-pertanyaan yang meghampiri kita itu cukup diambil positifnya aja. Anggap saja mereka yang bertanya itu adalah mereka yang ingin menunjukkan perhatiannya, yang terkadang bagi kita itu bukan hal yang harusnya ia lakukan. Sebagai motivasi, agar kita terus bersemangat untuk mewujudkan apa yang ingin kita gapai. Ndak perlu stress atau jadi minder dengan pertanyaan tersebut. Adakalanya pertanyaan itu tak membutuhkan jawaban dengan kata-kata, waktu memiliki kuasa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Teruslah berdo’a padaNya agar ia melebihkan kesabaran pada kita untuk menghadapi tiap pertanyaan yang hadir, berharap ia akan memberikan waktu yang tepat untuk kita menjawabnya.

Kamis, 09 Desember 2010

Yang Teristimewa

Istimewa, ya itulah kata yang dapat ku sematkan pada dirimu…
Dirimu yang sederhana, namun sangat bersahaja…
Dirimu yang mungkin belum pernah kujumpa dengan mataku, namun telah bersua dengan hatiku…

Mengambil kata-kata dari adindaku tersayang, yang coba ku kembangkan menjadi lembaran surat cinta untuk engkau yang begitu istimewa…
“Ada yang mengajariku untuk berkata yang baik atau diam, itu sesuatu yang sulit bagiku yang suka sekali berbicara. (Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam. –HR. Bukhori dan Muslim-). Aku pun pernah mendengar sebuah hadist yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. yang isinya, apabila seseorang mencintai saudaranya, maka hendaklah ia memberitahunya (HR. Abu Dawud dan at Tirmidzi). Tak sulit bagiku untuk melakukan hal tersebut, maka akan kukatakan, Aku Mencintaimu Karena-Nya Saudariku…”

Ukhuwah adalah cinta yang mengalir melalui keimanan. Bersemi dengan pupuk nasehat, terawat dalam do’a dan berbuah pertemuan di syurgaNya. Ukhuwah itu menguatkan, menjaga, memberi, memperbaiki, menghilangkan kelalaian dan saling mengingatkan…

Cobalah tuk membaca dan mengerti…
Mereka menyayangimu tapi bukan kekasihmu, mereka memberikan perhatian kepadamu tapi bukan bagian dari keluargamu. Mereka siap berbagi rasa sakit, tapi mereka tak ada hubungan darah denganmu. Mereka adalah sahabatmu, mereka bisa marah seperti ayah, peduli layaknya ibu, suka iseng seperti seorang kakak, dan kadang menyebalkan seperti seorang adik kecil, namun mereka menyayangimu lebih dari seorang kekasih…

Ketika bahasa cinta tak bisa terucap lewat kata, biarlah ia menjelma lewat do’a yang indah. Karena itu adalah satu dari begitu banyak tanda ukhuwah, berarti kita masih saling mencinta karena-Nya…

Sepasang mata indah yang Allah anugerahkan untuk kita menjadi sebuah symbol layar kasih sayang yang sedang coba kukembangkan bersamamu. Mata itu berkedip bersama, melihat dan menangis bersama, serta tidur bersama walau tak bisa saling melihat antara satu dengan yang lain. Begitupun dengan diriku, akan terus mencoba jadi saudara terbaik untukmu. Meski jauh, semoga setiap do’a yang kuberi mampu hangatkan jiwamu. Berharap meski tak terlihat, meski mungkin tak kau rasa, ukhuwah yang ada di hati kita kan tetap bertahan…

Ketahuilah jika kau berteman denganku karena apa yang kupunya, sungguh aku tak memiliki apa-apa. Jika kau berteman denganku karena kau mengira aku menyimpan kelebihan, sungguh aku serba kekurangan. Jika kau berteman denganku karena kita sepaham, sungguh tak selamanya jika akan sejalan. Namun, jika kau berteman denganku karena Allah, sungguh Allah akan menaungi kita dalam kebaikan. Semoga demikian, amiiin…

Liputilah aku dengan nasehatmu, tat kala aku dalam kesendirian. Dan jauhkanlah kepadaku nasehat ketika di keramaian. Sungguh, nasehat di depan orang suatu bentuk pencelaan yang aku tak suka mendengarnya. Semoga engkau mau mengerti…

Ketika kau merasakan percikan iman dalam ukhuwah ini, kau rasakan denyut kebahagiaan dalam tarbiyah ini. Maka panjatkanlah puji dan syukurmu atas segala karunia-Nya yang telah mempetemukanmu dengan saudara-saudara terbaik yang slalu inginkan perbaikan atas dirimu, dari waktu ke waktu…




Beberapa pesan dari para sahabatku, jika aku tuliskan semuanya maka takkan pernah berhenti jari jemari ini menari. Karena cukup banyak pesan indah yang terus mengalir masuk ke dalam handphone miniku itu…

Mungkin, aku terkesan cuek, jarang sekali diri ini merespon pesan-pesan indahmu sahabat. Bukannya tak peduli padamu, semua karena keterbatasanku tuk mengungkap cinta dengan kata atau bahkan aku terlalu berat tuk berkorban meski hanya sekedar beberapa puluh Rupiah pulsa yang kupunya. Aku membiarkanmu menunggu balasan pesan dariku, betapa dzhalimnya diriku ini berbuat seperti itu padamu. Namun, perlu kau ketahui, bahwasanya aku bahagia membaca pesan darimu, meski mungkin aku tak sesegera meresponnya dengan balasan pesan indah layaknya dirimu.

Walau kadang pesan darimu tak seperti suasana hatiku menerimanya, namun aku tetap menghargainya. Dan kau tahu sahabat, suatu waktu pesanmu yang telah lama itu mampu alirkan air dari kedua mataku. Ya, aku menangis membacanya, membaca pesan lama darimu itu. Karena terkadang, ketika aku butuh seseorang untuk mendengar keluhanku, sebaris pesan indahmu mampu gantikan hadir mereka yang kubutuh, karena ku tahu mereka memiliki beragam aktivitas dan kesibukan yang jauh lebih penting dari sekedar mendengarkan celotehanku itu…

Tak perlu kau temaniku di tiap waktu berhargaku, cukuplah kau mengingatku di dalam lantunan do’a-do’a indahmu. Cinta kita tak harus diungkap dengan kata-kata mesra, tak harus dengan perjumpaan intens yang terjadi, tak perlu juga dengan beragam hadiah indah. Aku merasa cukup berarti jika kau slalu menghadiahiku nasehat agar aku menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi, bagiku itu begitu berarti…

Salam sayang dariku untuk dirimu yang begitu ISTIMEWA…
Aku Mencintaimu, karena-Nya. Berharap ukhuwah ini kan berbunga syurga-Nya…

Ujian dari-Nya, Wujud Cinta-Nya


Futur itu ujian, Allah ingin melihat upaya Qta untuk keluar dari sana.
Istiqomah itu ujian, Allah ingin melihat sejauh mana Qta bisa bertahan di jalanNya.
Lelah itu pun ujian, Allah tengah membedakan Qta dari mereka yang lalai.
Santai itu juga ujian, Allah sedang menanti upaya Qta untuk menyadari betapa buruknya aktifitas santai di tengah aktifitas dakwah.
Marah itu ujian, Allah hendak menguji semampu apa Qta menahan diri Qta.
Sabar itu juga ujian, Allah hendak menguji seberapa kuat Qta menjaganya tuk tetap ada di diri Qta.
Persahabatan itu pun ujian, Allah ingin mengetahui sejauh mana Qta mampu memahami arti dari sebuah kesetiaan, kasih sayang, dan kepeduliaan.
Pertengkaran itu ujian, Allah ingin melihat telah sampai mana kedewasaan dan kebijaksanaan yang slalu Qta banggakan itu..

Senin, 06 Desember 2010

Beginilah Seharusnya CINTA..

Di sana, ada cita dan tujuan
Yang membuatmu menatap jauh ke depan
Di kala malam begitu pekat
Dan mata sebaiknya dipejam saja
Cintamu masih lincah melesat
Jauh melampaui ruang dan masa
Kelananya menjejakkan mimpi-mimpi
Lalu di sepertiga malam terakhir
Engkau terjaga, sadar dan memilih menyalakan lampu
Melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
Dengan cita yang besar, tinggi dan bening
Dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
Dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
Dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati
Teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
Menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban, menyeru pada iman
Walau duri merantaskan kai, walau kerikil mencacah telapak
Sampai engkau lelah, sampai engkau payah
Sampai keringat dan darah tumpah
Tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum di jalan cinta para pejuang


-Mencintai Sejantan Ali-

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Ia tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.

Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.

’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”

’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.

”Ya. Engkau wahai saudaraku!”

”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

”Entahlah..”

”Apa maksudmu?”

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya.

-Pengorbanan Cinta Salman-
Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilihan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorangPersia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!” ???

Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasadikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.

Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan.. Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Kata orang Jawa, ”Milik nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis..

Subhanallah kisah yang indah..^_^

Semoga kita bisa mengambil hikmahnya!

Sumber: Buku “Jalan Cinta Para Pejuang” Karya Salim A. Fillah

Rabu, 01 Desember 2010

Selamat Hari Lahir Untukmu >> My Beloved Sister

Awan berarak ceria tiada titisan hujan,
Pohon melambai tanda sokongan,
Kususuri perjalanan bertemankan senyuman,
Dihari lahirmu sahabatku,

Dedaun berguguran,
Membuktikan kedewasaan,
Walau tanpa madah dan hadiah, *tenang, aku punya hadiah kok. Hihihi*
Namun cukup untukmu sekadar ucapan...

Selamat Hari Lahir,
Iringan doa kuhulur,
Bersyukur kepada-Nya,
Atas nikmat usia,

Usiamu ibarat mutiara,
Tiada berganti lagi,
Hiaskan iman bersulam taqwa,
Agar sempat menuju haruman syurgawi,

{Selamat Hari Lahir, Saujana}


1 December 2010, hari ini tepat 22 tahun usiamu. Gak nyangka ya Wik, sudah 22 tahun dirimu diberikan nikmat usia oleh-Nya. Dan dari 22 tahun itu, kurang lebih 4 tahun Allah memberikanku anugerah ber-ukhuwah denganmu.

Sungguh, sebuah kebahagiaan dapat menjadi salah seorang sahabatmu. Begitu banyak waktu dan moment yang kita lalui, tidak melulu bahagia sih, karna kita juga sering menciptakan suasana yang tak nyaman diantara kita…

Aku ingin slalu bisa menjadi sahabatmu, orang yang kau percayai, seseorang yang kau cari jika kau ada masalah dan aku juga yang dapat menenangkan hatimu yang galau. Kau memang tak sempurna di mata orang lain, pun di pandanganku. Namun, justru ketidaksempurnaan itu membuat aku banyak belajar. Bahwasanya, tidak semua yang aku harapkan bisa aku dapatkan. Karena, jika aku mencari sahabat yang tanpa kekurangan, selamanya aku tak akan pernah memiliki sahabat…

Pesanku untukmu dan untukku sendiri, ingatlah bahwasanya ukhuwah itu tak semulus jalan tol, kadang terlalu curam lagi berbatu. Berkelok tajam dan berbahaya. Ada begitu banyak hamparan penghalang yang menjadi terhentinya langkah ini, kita mesti lebih berhati-hati lagi saat melaluinya. Jika kita terlalu cepat berjalan, kadang kerikil-kerikil tajam ataupun duri yang bertebaran tak dapat lagi kita hindarkan. Namun, jika terlalu lama meniti langkah, kita akan tertinggal jauh di belakang…

Dan, UKHUWAH kita ini TAK BERSYARAT!!!

Terima kasih untuk waktu-waktu indah yang kau lewati bersamaku.
Terima kasih telah menjadi teman yang cukup bijaksana, walau kadang terlalu detail menilai suatu masalah.
Terima kasih untuk tiap senyum indahmu tuk menghibur hatiku yang sedang gundah.
Terima kasih engkau masih bersedia menjadi sandaran saatku rasa lelah lalui hidup ini.
Thanks for everything,..

Maaf untuk tingkahku yang menyebalkan, tak jarang aku buatmu marah.
Maaf atas kata-kata yang tak pantas, yang sempat terucap dari lisanku.
Maaf, aku belum bisa menjadi sahabat terbaik untukmu.
Maaf juga untuk ketidakmengertianku tentang maumu, karna kadang aku mengabaikan hak-hakmu sebagai saudara.
Dan maaf atas bulir-bulir air mata yang sempat menetes karna ulahku, aku sering buatmu menangis. Maaf ya Wik, T.T

Hmmm, kok jadi mellow ya…


Sekarang saatnya untuk do’a >>

* Aku do’akan semoga kita bisa lulus bulan April ini, amiiiiiiiiiinnn!!!
* Semoga Dwi makin dewasa, idak ngambek-ngambekan lagi. Inget umur Wik, malu sama anak SMA. Hahaha…
* Semoga tetep ISTIQOMAH di jalan dakwah ini, dengan sebenar-benarnya ISTIQOMAH. Pahim kan???
* Semoga Allah mengekalkan ukhuwah ini, hingga kita dapat bertetangga di Jannah-Nya kelak.. ^^
* Semoga rezekinya lancar (jadi, kami biso ngutang. hahaha), usianya barokah, dapat menebar manfaat di mana dan kapanpun, dan semoga setiap harapan yang sempat terucap perlahan menjadi suatu kenyataan. Tapi inget, “Tidak semua yang kita harapkan dapat kita dapatkan, karna Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.”
* Dan yang terakhir, semoga DWI SEGERA MENEMUKAN PANGERAN IDAMANNYA di saat yang tepat dan dengan orang terbaik menurut Allah, amiiiiiin..

Sekali lagi, selamat hari lahir ya honey…



Sungguh, aku mencintaimu karena-Nya...

Selasa, 30 November 2010

Pliiisss dech, Jangan EGOIS!!!!

“Mb, ana tuh cuma nganggep dia temen. Ga lebih kok, beneran mb! Ga mungkinlah ana ada perasaan sama dia, ana tau mb apa yang ana lakukan.” Ungkap seorang akhwat tat kala sang Murabbi mentabayuni-nya perihal kedekatannya dengan seorang ikhwan, salah seorang partner da’wah si akhwat.

Dengan bijak sang Murabbi mencoba menanggapi perkataan binaannya. Ia menghela nafas sejenak sebelum memulai untuk berkata…

“Jangan EGOIS dek!”, tuturnya singkat…

“EGOIS???? Egois gimana mb maksudnya, ana ga paham.”

“Kita sebagai manusia memiliki sisi ke-EGOIS-an yang kadang tanpa kita sadari muncul dengan sendirinya. Tidak usah jauh-jauh, ketika kita sedang melihat selembar foto yang di dalamnya terdapat deretan wajah orang-orang yang kita kenal, dan kita pun ada di dalamnya. Fenomena yang ada ialah kita hanya sibuk mencari mana wajah kita, jarang sekali kita mencari gambar orang lain terlebih dahulu sebelum kita meilhat wajah kita ada di sana. Itu salah satu wujud ke-EGOIS-an kita! Ya, seperti itulah kita.

Terkadang tanpa kita menyadarinya, kita sering berlaku EGOIS. Hanya memikirkan diri kita, perasaan kita, hati kita, dan semua tentang kita. Tanpa mempedulikan terlebih dahulu bahwa kita tidak sendirian, ada orang lain yang turut andil dalam hidup kita. Mungkin adek memang tak memiliki perasaan apa-apa pada ikhwan itu, karena adek hanya menganggapnya teman atau saudara seiman, sehingga adek dengan leluasa bersikap seolah si ikhwan juga memiliki dan merasakan hal yang sama dengan apa yang adek rasakan dan pikirkan. Padahal kita takkan pernah tau apa yang ada di dalam hati seseorang, namun kita seolah paling tau, tanpa mengingat bahwasanya hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui, apa yang nyata dan yang tak nyata.

Mungkin saja tanpa kita ketahui, ikhwan itu menaruh hati pada sikap kita yang apa adanya, pada tutur kata kita, pada gerak-gerik kita, pada pola pikir kita, dll. Kedekatan kita selama ini dengan dia telah menimbulkan perasaan nyaman saat dia bersama kita, membuat dia sulit untuk jauh dari kita, dan beragam alasan lainnya yang menyebabkan si dia hingga kini selalu mencari alasan tuk dekat dengan kita. Kita memang tak boleh bersu’udzhon pada orang lain, namun kita juga tidak boleh lengah atas perangkap-perangkap syaithan yang senantiasa mengintai kita, ia punya beribu macam cara tuk menjadikan kita jauh dari-Nya. Ia ingin mencari teman sebanyak mungkin tuk menemaninya di Neraka kelak, mudah sekali baginya membuat apa yang kita pandang menjadi sesuatu yang benar, meskipun hal itu ialah kesalahan yang nyata.

Mb yakin adek bisa mengerti apa yang mb maksudkan dengan JANGAN EGOIS!! Pikirkanlah orang lain, tidak semua orang seperti adek, yang bisa menjaga hati, membatasi interaksi, menahan gejolak-gejolak hati, pun mampu memanajemen hati dengan baik. Banyak orang di luar sana yang gampang sekali terpaut hatinya pada seseorang, meskipun orang itu baru dikenalnya, dan juga tidak sedikit orang yang sulit sekali menaruh hati pada seseorang, walaupun ia telah lama mengenal dan bersama orang itu.

Jadi, mb sarankan batasi interaksi dengan seorang IKHWAN! Kenapa mb menekankan IKHWAN, karena akhwat lebih cenderung dengan ikhwan, begitupun sebaliknya. Kalo dengan orang awam mungkin kita akan biasa aja, tapi tidak menutup kemungkinan orang awam juga menginginkan orang seperti kita. Wallahu’alam Bishowab…”

NB: Ana pikir kita semua telah cukup DEWASA tuk mengetahui mana yang baik dan kurang baik untuk kita… Maka dari itu, JAGA HIJAB donk!!! Tapi bukan berarti EKSKLUSIF, karena hal itu juga tidak baik untuk dakwah maupun untuk kita…
Apalagi dengan sesama ikhwah, harusnya sudah sama-sama tau lah apa yang dimaksud dengan hijab, bagaimana berinteraksi dengan partner dakwah tanpa membuat hijab kita menjadi terlalu longgar, hingga kita tak ada bedanya dengan mereka yang belum mengerti apa itu hijab…

Sumber: Cerita Teman-ku

Senin, 29 November 2010

Ukhuwah berkaki (Episode: Pencarian si Magnum)..

…Ukhuwah Berkaki (Episode: Pencarian si Magnum)…



Magnum, apaan sih??? Itu loh, ice cream yang lagi naek daun. Di mana-mana pada ngebahas si dia, *loh*.. Sampe-sampe, temenku juga kena syndrome Magnum. ckckckck…


Gimana gak, hampir tiap kali dia bête, pasti dah nyebut minta dibeliin Magnum itu. Padahal kan, harganya muahaaaal, untuk tataran ice cream. Hufffh…



Sedikit bercerita tentang uniknya dunia kami (Aci, Dwi & Kiky)…

Belakangan ini kami lagi akrab-akrabnya, entahlah, tiap abiz ‘berantem’ biasanya kami jadi lebih akrab. Ya seperti saat ini, padahal sebelumnya kami sempat ‘perang dingin’ cukup lama loh. Tapi, karna ada pihak yang mau mengalah (untuk menang), akhirnya perang tersebut berhasil dihentikan. *halah*


Secara, jiwa remaja dan kekanak-kanakan masih cukup melekat di diri kami. Jadinya, kebiasaan yang pada umumnya dimiliki anak remaja itu masih ada di diri kami, *mereka* maksudnya, bukan aku Bayangin aja, uda pada mau lulus kuliah, masih aja doyan ngambek-ngambek-an, kalo mo ke mana-mana slalu berkelompok (biasanya sih ber-6, tapi karna yang 3-nya dah pada lulus , tinggal lah kami bertiga yang masih betah ‘bermain-main’ dengan menyandang status MAHASISWA SEMESTER AKHIR, )dan juga kami masih suka menghayal & melakukan hal-hal konyol yang gak masuk akal (untuk kalangan akhwat seumuran kami pada umumnya)…



Sebuah Kisah…

Jum’at malam, selesai dari syuro’ di kampus. Aku dan kedua sobat ge je-ku itu siap-siap untuk pulang, kali ini gak ‘boti’ loh, aku dan Dwi bawa motor masing-masing. Seperti biasa, aku & Dwi nganter Kiky dulu ke rumahnya…

Di tengah perjalanan, tiba-tiba motor si Dwi berhenti di depan sebuah mini market gak jauh dari rumah Kiky.
Aku pun menghentikan si Mici tepat di belakang Dwi, sembari membuka helm & bertanya “Ngapo Wik??”
Dengan wajah yang sumringah, dia menjawab “Magnum, beli Magnum nyoook?!!”
Hah?? Aku dan Kiky cuma bengong, gimana gak bengong, orang dah malem gini (19.30). Masa’ iya makan ice cream, di jalan pula’. Halloooo, apa kata dunia???

Akhirnya kami ke mini market itu, dengan wajah yang cukup terpaksa, tapi tetep senyum. Karena dah mupeng ngeliat box ice cream dengan cover Magnum itu…
Di liat-liat ke dalam box itu, terus nanya ke abang yang jaga, “Magnumnyo ado??”
“Habis mba!!”, si abang membuat pembeli kecewa, huuuuhuhuuu..

Perjuangan belum berakhir, kami mencari ke beberapa mini market terdekat.


Hasilnya???? Taraaaaaaaa >> MAGNUM HABIS!!!


Dan parahnya si Dwi minta balik ke mini market yang pertama kali kami datangi, untuk beli ice cream yang lain, muter balik daaaaahhh. Ckckck…

Dan, jatuhlah pilihan pada sebuah ice cream kotak dengan 3 rasa buah, belinya hasil patungan bertiga. 6ribu satu orang, oalaaah…


Mengingat waktu yang semakin malam, kami memutuskan untuk makan ice cream di teras mini market itu. Dan tentunya, mengabadikan moment tersebut dalam sebuah album jeprat-jepret ge je…


Sumpah dah, kalo diinget-inget, malu jidaaaaannn. Gimana kalo ketemu adik binaanku, atau gak ketemu temen-temenku di sana, mau taruh di mana mukaku??? Kaya gembel aja, makan dipinggir jalan, sekotak bagi tiga lagiiii. Hadoooh, akhwat macam apa kami ini????

---selesai---

Ini hanya sebuah cerita, yang mungkin gak penting bagi kalian. Tapiii, ini adalah sebuah kenangan indah bagi kami, yang gak akan bisa terulang kembali. Meski bisa, pasti ada rasa yang berbeda di sana. Bukan bermaksud untuk slalu berperan sebagai remaja, hanya ingin memanfaatkan masa-masa ini sebaik mungkin. Karena, mungkin saja kami tidak bisa sebebas ini lagi nantinya. Akan ada batas-batasan yang tak bisa diacuhkan begitu saja…

Sabtu, 17 Juli 2010

Alarm Untukku

Suatu saat, kuminta nasehat pada seorang sahabat…
Aku merasa tak layak akh, katanya…

Aku tersenyum dan berkata…
Jika tiap kesalahan kita dipertimbangkan…
Sungguh, di dunia ini tak ada lagi
orang yang layak memberi nasehat…


Memang merupakan kesalahan…
Jika kita terus saja saling menasehati…
Tapi, dalam diri kita tak ada hasrat untuk berbenah
dan menjadi lebih baik lagi di tiap bilangan hari…

Tapi, adalah kesalahan juga…
Jika dalam ukhuwah tak ada saling menasehati…
Hanya karena kita berselimut baik sangka kepada saudara…

Dan, adalah kesalahan terbesar…
Jika kita enggan saling menasehati…
Hanya agar kita sendiri tetap
merasa nyaman berkawan kesalahan…

*Jalan Cinta Para Pejuang, karya Salim A Fillah, hal 284*

Beberapa waktu yang lalu seorang adik bercerita kepadaku, ia menceritakan tentang seseorang yang membuat hatinya sedikit tersentak. Kurang lebih seperti inilah kronologis kejadiannya, *jiyaaah, gaya bener lu Ci…*

Senior: Alangkah baiknya jika “status” dan sMs yang bernadakan tausiyah itu ditujukan ke dirimu sendiri dik…

Adik: Maksudnya mb??? *bingung, lalu diam sejenak dan kemudian kembali bersuara* >>
Apakah salah jika ana mengirimkan sMs tausiyah dan mempost-kan status berisikan tausiyah?? Jika mb merasa tidak nyaman dengan hal itu, mulai dari sekarang mb gak akan melihat status ana dan mendapat sMs tausiyah dari ana… Afwan, kalo selama ini apa yang ana berikan membuat mb merasa seperti ini...

Ya, kurang lebih seperti itulah yang ana dengar dari adik itu, sejak saat itu adik itu meremove seniornya dari FB…

Ana kembali mencoba merenungi setiap apa yang ana tulis dan katakan, karena telah jelas di dalam Al Qur’an surat Ash-Shaff (61) ayat 2-3 “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Mungkin bagi sebagian orang apa yang ana sampaikan ini adalah alasan klise yang sering kali dilontarkan, tapi peduli amat dengan kata-kata orang di luar sana. Toh, yang tau niat yang ada di hati ana hanya Allah, pun diri ana sendiri belum tentu bisa mengetahui seratus persen apa yang menjadi niat ana. Jadi, kenapa harus diambil pusing tentang pendapat orang terhadap ana…

Sama seperti manusia pada umumnya, ana bukan malaikat yang tak pernah salah. Jika apa yang orang pandang baik tentang ana, itu hanyalah salah satu kemurahan dari Allah Yang Maha Pemurah yang masih menutupi aib-aib ana, yang jika DIA beberkan ana takkan berani lagi untuk bertemu dengan orang lain. Karena terlalu banyaknya keburukan yang ana miliki!

Apa yang ana tulis, baik itu di sMs, catatan, status, blog, dan di mana pun itu. Semuanya ana khusus kan untuk diri ana pribadi.

Kenapa harus di-post-kan???

Ana hanya ingin orang lain, yang mungkin juga membutuhkan sesuatu yang dapat sedikit menenangkan hatinya kala dilanda sebuah permasalahan, di mana ia belum menemukan solusi dari apa yang ia alami itu. Makanya ana membagikannya untuk orang-orang yang ada di sekitar ana! Walau kadang, sebagian tulisan itu tidak tercermin dari diri seorang Aci. Bahkan jauuuuh sangad, tapi ana selalu mencoba tuk mengaplikasikan apa yang ana dengar, ana katakan dan ana tulis. Ya, meski kadang terbentur pada realitanya, ana tetap berusaha menjadi insan yang lebih baik lagi, lagi, dan lagiii…

Satu hal lagi, ketika ana menuliskan sesuatu, apa pun itu. Tentang motivasi ataupun kalimat hikmah, itu menjadi sebuah pengingat bagi ana, layaknya “alarm” yang siap mengingatkan ana ketika ana mulai keluar dari jalur yang seharusnya.
Alangkah baiknya, jika apa yang kita katakan sejalan dengan apa yang kita kerjakan. Seperti kata para Dewan Pembina LDK di kampus ana, medan kata-kata itu jauh lebih mudah dari pada medan bergerak. Mengatakan sesuatu itu jauh lebih mudah daripada mewujudkan apa yang kita katakan itu, action itu jauuuuh lebih sulit dari sekedar teori tanpa realisasi.

Namun, tetaplah menulis kawan, tak ada yang melarangmu. Pun tak ada yang berhak membatasi ruang gerak jari-jemarimu tuk menuliskan apa yang ada dibenakmu. Mungkin, dengan tulisan-tulisan sederhanamu itu engkau dapat menghantarkan orang lain ke jalanNya. Menulislah dengan hati, karena hati hanya akan dapat disentuh oleh hati. Iringilah setiap perkataanmu dengan perbuatanmu, hingga Allah takkan murka atas apa yang engkau lakukan. Tapi, jangan cuma “omong doank” loh!!



Entahlah kenapa diriku begitu rindu menulis, ada hal yang mampu menarikku untuk terus tertarik menyelusuri bait per bait kata-kata yang jauh dari istilah “indah” itu. Meski pun gak indah, paling tidak ana ikut sedikit berkontribusi dalam menyebarkan betapa indahnya agamaku ini >> ISLAM. Jika bukan kita yang mengabarkan betapa indahnya ISLAM dengan Allah sebagai Tuhan Yang Esa, Al Qur’an sebagai kitab sucinya, Muhammad sebagai Rasul yang patut kita tauladani akhlaknya, dan dengan beragam hal indah lainnya. Lalu siapa lagi???

SEMANGAAAAD!!! SUKSESSS!!!

Palembang, 17 Juli 2010

Senin, 24 Mei 2010

Tentang Ukhuwah Sajalah…

>> "Siapa saja yang tulus rasa persaudaraannya dengan saudaranya, maka dia akan menerima kekurangan saudaranya itu, menutupi keburukannya, dan memaafkan kesalahannya." (Imam Syafi'i) ..Karena engkau saudaraku, maka maafkanlah kekhilafan yang pernah ku lakukan kepadamu.. –MAAF–
--}Monday at 8:15pm

..Ketahuilah, bahwasanya ukhuwah itu adalah nikmat dari Allah, anugerah yang diberikan kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya.. Karena itu, bersyukurlah kepada Allah atas nikmat tersebut dan jauhilah perbuatan maksiat, agar engkau tidak dijauhkan dari nikmat tersebut.. Bersaudaralah engkau karena-Nya, maka Ia akan menaungimu dengan kebaikan..
--} Tuesday at 7:08am

..Mengenalmu (iya, kamu yang baca status ini) adl suatu anugerah bagiku.. Dapat menjadi sahabatmu adl suatu nikmat yang haruslah kusyukuri.. Terima kasih Ya Rabb, telah menganugerahkan mereka dalam hidupku.. Kan ku lafazhkan alhamdulillah ketika ada yang tak menyukaiku dan kan ku lafazhkan subhanallah bila ada yang menyukai kehadiranku.. Karena aku hanya ingin bahagia di dunia ini, BAHAGIA.. ^__^
--} April 12 at 7:22pm

..Kini sayapku telah kembali, dan aku pun bisa terbang bebas melintasi penjuru bumi.. Bersama dirimu duhai teman sejati, yang tak pernah letih inginkanku agar slalu berbenah diri tuk menggapai ridho Ilahi.. Terima kasih tlah hadirkan nuansa biru di langit hatiku, juga untuk kasih putih di indahnya hariku.. ^__^ *ukhtiacilagiiseng.com*
--} March 26 at 9:36pm

..Ketika UKHUWAH menuntut pengorbanan.. Maka cobalah tuk memberikan apa yang bisa engkau berikan.. Meski hanya waktu seadanya yang bisa engkau berikan untuknya, lakukanlah hanya karena-Nya.. Yakinlah Allah akan senantiasa menaungimu dengan cinta-Nya yang Maha Luas..
--} January 26 at 12:53pm

..Ada apa dengan kampusku?? Tiap kali kuinjakkan kaki ke kampus putih itu slalu ada rona kebahagiaan yang terpendar, ada gurat kegembiraan yang tersemai, juga ada bias cinta yang tertahan di sini, di hatiku ini.. Ya Rabb, semoga semua rasa ini takkan berakhir meski nanti kuliahku harus berakhir dari kampus putihku.. Duhai sahabat perjuangan, sungguh aku mencintai kalian semua karenaNya.. SEMANGAD!! ^__^
--} April 8 at 8:57pm

..Ukhuwah adalah cinta yang mengalir melalui keimanan, bersemi dengan pupuk nasehat, terawat dalam do'a & berbuah pertemuan di syurga.. Ukhuwah itu menguatkan, menjaga, memperbaiki, memberi & saling mengingatkan antara satu dengan yang lain.. Semoga Allah kokohkan jalinan ini, amiiin.. Salam Ukhuwah untukmu saudaraku, karenaNya..
--} February 25 at 5:29am

"..Tidak termasuk seorang mukmin, jika ia tidak mencintai saudara (seiman)nya layaknya ia mencintai dirinya sendiri.. Cintailah yang ada di Bumi, maka yang di 'Langit' akan mencintaimu.. Dan Ia pun berjanji >> Mudahkanlah urusan saudaramu, maka Allah akan memudahkan urusanmu.." ..Ya Allah, sungguh aku makin Jatuh Cinta padaMu.. *hatiku SEBIRU hari ini*
--} January 22 at 7:46pm

..Rasulullah SAW bersabda “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Kalian tidak beriman secara sempurna sehingga kalian saling mencinta. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara bila kalian lakukan akan saling mencinta? Biasakanlah mengucapkan salam di antara kalian (apabila berjumpa).” (HR Muslim) --} Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.. ^__^
--} March 16 at 7:42am

..Diri ini tak dapat memungkiri lagi bahwa ku sedang merasakan anugerah cinta yang besar dariMu Ya Rabb.. Bias-bias cinta ukhuwah amat lekat membingkai di tiap sudut hati ini.. Terima kasih Ya Rabb tlah hadirkan mereka dalam hidupku.. Sahabat, betapa bahagiannya aku dapat mengenalmu.. Semoga jalinan ini takkan terkikis oleh waktu, amien.. ^__^
--} January 8 at 6:28pm

..Sesuatu yang penting menurutku belum tentu menjadi penting juga dipandanganmu, apa yang aku prioritaskan hari ini belum tentu menjadi prioritasmu juga.. Karena tiap kita berbeda, maka cobalah tuk memposisikan dirimu sebagai saudaramu, engkau mungkin akan bisa mengerti dirinya.. Keep POSITIVE THINKING..!! ^__^
--} January 22 at 11:37am

..Jika kau berteman denganku karena apa yang kupunya, sungguh aku tak memiliki apa-apa. Jika kau berteman denganku karena mengira aku memiliki kelebihan, sungguh aku serba kekurangan. Jika kau berteman denganku karena kita sepaham, sungguh tak slamanya kita sejalan. Namun jika kau berteman denganku karena Allah, Allah akan senantiasa menaungi kita dengan kebaikan.. Semoga demikian, amiin.. ^__^ *sMs dari temenku*
--} January 20 at 7:06am

..Perlakukanlah saudaramu sebagaimana ia ingin diperlakukan, jangan engkau memperlakukannya sebagaimana engkau ingin diperlakukan.. Karena antara kau dan dia jelaslah berbeda..
--} February 16 at 11:26am

..Untuk sebuah hati yang tak pernah letih dari do'a, untuk jiwa yang tak lepas dari sujudNya.. Ya Rabb, jagalah ia dikala penjagaanku tak sampai padanya, bimbinglah ia, dan kuatkanlah pundaknya saat menghadapi ujian dariMu.. Untuk sahabat yang ku sayangi karena Allah, tep SEMANGAD!! Tersenyumlah untukku dan untuk semua.. ^__^
--} January 12 at 1:20pm

..Hujan kau ingatkan aku tentang satu rindu, rindu pada mereka yang dekat namun terasa begitu jauh.. Kesibukan, iya jurang pemisah itu mengatas namakan dirinya 'kesibukan'.. Begitu rindu, tapi hati ini tak jua mampu bertemu.. Hanya do'a rabithah yang satukan kita dalam bait-bait indahnya.. {Merindukan An Nahl-ku}
--} March 2 at 12:51pm

"..Mencoba mengertimu duhai sahabat dengan keterbatasan yang kumiliki, keterbatasan tuk pahami sikapmu yang tak pasti, dengan emosi yang kadang tak terkendali.. Ketahuilah ketika kita menggoreskan sesuatu, pastinya akan meninggalkan bekas disana.. Begitupun dengan goresan sikapmu dihatiku.." Duhai diri.. Sabar itu indah, cobalah tuk menikmatinya.. Semoga esok kan jauh lebih baik, SEMANGAD!!
--} April 4 at 8:03pm

..Sepasang bola mata kita menggambarkan sebuah UKHUWAH yang indah. Mereka menangis bersama, terpejam & terjaga pun bersama. Meski mereka tak saling menatap! Begitu juga dengan kita, meski aku tak dapat menatap senyum indahmu & menyeka air mata dukamu, tapi akan slalu ada namamu dilantunan do'aku.. Berharap Ia menjagamu dgn ketat, tak hanya menjadikanmu baik, tapi slalu memberikan yang terbaik untukmu.. ^__^
--} April 21 at 7:57pm

Desi Dahlianti

Rabu, 12 Mei 2010

Akhwat dan Helm Yang Hilang...

Ana punya cerita pendek ni, bahkan sangat pendek mungkiiin…

Ini kisah nyata yang dialami oleh seorang teman dekat yang menurut ana merupakan akhwat unik, kami biasa menyebutnya dengan istilah akhwat bertampang Shoutul Harokah dan berhati Seismic (hehe, bingung kan???)

Cerita ini berawal dari siang yang cukup terik, akhwat ini dan beberapa temannya menjenguk seseorang di RS. Selepas menjenguk, si akhwat berjalan dengan santainya menuju parkiran, sesampainya di sana ia tak lagi mendapati helm yang dia gunakan ketika berangkat dari rumah. Si akhwat bertanya ke tukang parkir, ternyata tidak ada yang melihat ke mana perginya si helm (malangnya si helm itu, harus dibawa kabur oleh penjahat, ckckck).

Akhirnya si akhwat dengan hati yang agak sedikit sedih memutuskan untuk pulang (kasian sangad, T_T)



Di perjalanan pulang, tidak jauh dari RS tersebut. Si akhwat melihat helm yang sangat mirip dengan helm-nya yang hilang, dengan kecepatan penuh si akhwat mengejar pengendara motor itu sembari membunyikan klakson. Dan meminta pengendara motor tersebut untuk berhenti, akhirnya pengendara motor itu menghentikan laju kendaraannya…

Pengendara motor : Ada apa ya? *dia bertanya dengan tampang bingung sambil membuka helm-nya*

Akhwat: Maaf, boleh liat helm-nya? Helm aku hilang di RS… *dengan tampang memelas*

Pengendara motor: Saya memang dari sekitaran RS untuk sholat, tapi ndak masuk ke RS-nya… *dengan wajah yang meyakinkan*

Akhwat: Tapi, boleh kan aku liat dulu helm-nya… *tidak percaya dengan kata-kata pengendara motor tersebut, dasar akhwat!!*

Pengendara motor: Afwan ukhti, ini beneran helm ana. Tafadhol jika mau diperiksa… *sambil tersenyum*

-Akhwat itu pun langsung mengecek helm tersebut, dan…

>>> TARRAAAA…!!!


Akhwat: Ya, ternyata bukan helm ana. Cuma mirip saja, afwan jiddan ya??! *maluuuu sangad, ternyata orang yang sedari tadi dianggap ‘penjahat helm’ adalah seorang IKHWAN, mau taruh di mana ni muka, (>_<)*


Si akhwat pun pergi meninggalkan ikhwan yang cuma tersenyum saja melihat tingkahnya, akhwat.. akhwat.. ada-ada saja tingkahmu wat...

Pelajaran yang dipetik oleh si akhwat tersebut:
1. Lebih menjaga keamanan barang-barang miliknya. *sejak kejadian itu, si akhwat jarang sekali meninggalkan helm-nya, sampe ke Base Camp pun helmnya ndak dilepas. Kalopun harus ditinggal pastilah diamankan terlebih dahulu, saluuuuutt*
2. Lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan orang yang belum dikenal. *sapa tau ikhwan lagi, malu kan.. hehe*
3. Selesai…


*ada kata-kata yang diedit terlebih dahulu sebelum diterbitkan, maklum percakapan yang sebenarnya menggunakan Bahasa yang sangad indah, yaitu Bahasa Palembang, dikhawatirkan banyak yang tak mengerti karena terlalu indah*

Catatan kecil: Akhwat ini sempat bertemu kembali dengan ikhwan tersebut ketika mengikuti Aksi Solidaritas Palestine, si akhwat cuma tersenyum *terpaksa* pas si ikhwan melihat ke arahnya dengan wajah sedang mengingat-ingat… Hehe…

>> Untuk si Akhwat, afwan deh ana posting cerita anti tanpa permisi… Tenang saja, kerahasiaan nama tetap terjamin…

Peace...

Dan... Ketika Akhwat Jatuh Cinta...

Akhwat Jatuh Cinta??


Tak ada yang aneh, mereka juga adalah manusia...

Bukankah cinta adalah fitrah manusia???

Tak pantaskah akhwat jatuh cinta???

Mereka juga punya hati dan rasa...



Tapi tahukah kalian betapa berbedanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya???
Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada...


Namun sebaliknya...

Ketika Awat Jatuh Cinta...

Yang mereka rasakan adalah penyesalan yang amat sangat, atas sebuah hijab yang tersingkap...
Ketika lelaki yang tak halal baginya, bergelayut dalam alam fikirannya, yang mereka rasakan adalah ketakutan yang begitu besar akan cinta yang tak suci lagi...

Ketika rasa rindu mulai merekah di hatinya, yang mereka rasakan adalah kesedihan yang tak terperih akan sbuah asa yang tak semestinya…

Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu…
Yang ada adalah malam-malam yang dipenuhi air mata penyesalan atas cinta-Nya yang ternodai…
Yang ada adalah kegelisahan, karena rasa yang salah arah…
Yang ada adalah penderitaan akan hati yang mulai sakit…


Ketika Akhwat Jatuh Cinta…

Bukan harapan untuk bertemu yang mereka nantikan, tapi yang ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dari orang tersebut…

Tak ada kata-kata cinta dan rayuan…

Yang ada adalah kekhawatiran yang amat sangat, akan hati yang mulai merindukan lelaki yang belum halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya…

Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah, kegelisahan di hatinya yang tak mampu lagi memberikan ketenangan di wajahnya yang dulu teduh…

Mereka akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya…
Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mereka lakukan...



Alangka kasihannya jika akhwat jatuh cinta…
Karena yang ada adalah penderitaan…

Tapi ukhti…
Bersabarlah…
Jadikan ini ujian dari Rabbmu…


Matikan rasa itu secepatnya…
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia…
Pasang duri dalam hatimu, agar rasa itu tak tumbuh bersemai…
Cuci dengan air mata penyesalan akan hijab yang sempat tersingkap...

Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah hanya padaNya…
Pupuskan rasa rindu padanya dan kembalikan dalam hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu…


Ukhti… Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya…

Karena bila memang kalian ditakdirkan bersama, maka tak akan ada yang dapat mencegah kalian bersatu…

Tapi ketahuilah, bagaimana pun usaha kalian untuk bersatu, jika Allah tak menghendakinya, maka tak akan pernah kalian bersatu…


Ukhti… Bersabarlah… Biarkan Allah yang mengaturnya...
Maka yakinlah... Semuanya akan baik-baik saja…


Semua Akan Indah Pada Waktunya…


By: Ummu Sa'ad 'Aztriana'

sumber: http://www.facebook.com/notes/tris-viory-al-isyq/dan-ketika-akhwat-jatuh-cinta/10150191489445029

Hasil copas lagi deh, kereeeeennn…

Semoga Bermanfaat…

Rabu, 05 Mei 2010

Mau Nikah??? Emang Uda SIAP???

Pernikahan adalah sesuatu yang suci, sakral dan bernilai ibadah, karena pernikahan adalah salah satu dari sekian pintu yang digunakan untuk meraih keridhaanNya. Pernikahan juga merupakan ikatan suci antara dua insan, di mana mereka saling mendukung dan mendampingi antara satu dan lainnya demi menggapai keridhaan Rabb-nya. “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kalian mengingat (kebesaran ALLAH).” (QS. 51: 49)

Menikah itu tidak semudah ataupun sesulit yang kita bayangkan, nah loh gimana ceritanya tuh. Banyak orang yang tidak mau menikah karena ia takut untuk menikah, takut tidak bisa bertahan dengan pasangannya, takut pasangannya tidaklah sama seperti yang dibayangkan sebelum menikah, takut tidak bisa menghidupi keluarga dengan baik, takut tidak terpenuhinya semua keinginan yang telah ia rancang, takut ini takut itu dan takut segalanya. Ada juga yang menganggap menikah itu mudah, dengan hanya bermodalkan niat tanpa ada persiapan-persiapan yang harusnya ia miliki sebelum memutuskan untuk menikah. Lalu apa aja sih persiapan sebelum menikah itu???

1. Ruhiyah
Kenapa ruhiyah menjadi hal pertama yang harus dipersiapkan sebelum menikah?? Karena ketika kita belum menikah kita hanya disibukkan dengan diri sendiri dan keluarga kita, masalah kita pun tak sekompeks seperti halnya orang yang telah menikah. Maka dari itu kita harus memperhatikan hal satu ini, sebelum menikah kita harus meluruskan niat kita, untuk apa sih kita menikah??
Menikah itu haruslah dengan motivasi untuk beribadah kepada-Nya. Tidak salah, tidak salah sama sekali jika kita menikah disebabkan alasan psikis karena saling mencintai kemudian sepakat untuk menikah atau karena alasan biologis berupa dorongan syahwat pun tidak salah, namun jangan jadikan hal-hal tersebut sebagai satu-satunya alasan untuk menikah, terlepas dari kehendak untuk beribadah kepada-Nya.
Berapakah lamanya perasaan cinta yang mampu bersemai dihati sepasang kekasih tanpa nilai ketaqwaan didalamnya dan seberapa mampukah gejolak syahwat diredam hanya karena tuntunan pemenuhan biologis semata. Sudah menjadi tabiat dasar manusia yang tidak pernah puas akan kesenangan dan kenikmatan, sampai-sampai Rasulullah bersabda adalah bani adam yang apabila diberi kepadanya sebuah lembah yang penuh emas, maka pasti dia akan meminta lembah lainnya berisi emas juga.
Agar tendensi ketidak puasan tersebut mampu untuk dikendalikan, tak lain hanya dengan menggunakan rambu-rambu syariat dimana salah satunya ialah dengan menjadikan niat menikah dimotivasi akan keinginan untuk beribadah kepada-Nya sehingga mampu melahirkan sifat qana’ah atau kecukupan hati.
Bukankah tujuan menikah ialah menciptakan ketenangan dan perasaan cinta serta kasih (sakinah, mawadah, warahmah) antara suami istri. Tidaklah ketenangan hati mampu dicapai kecuali dengan mengingat Allah dan tidaklah seseorang bisa mengingat Allah secara sempurna kecuali dia tengah beribadah kepada-Nya, sedangkan pemilik sesungguhnya dari perasaan cinta dan kasih ialah Allah SWT, sehingga menjadi hak-Nya untuk memberikan perasaan tersebut kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dan tentu saja menjadi hak-Nya juga untuk mencabut perasaan tersebut kapan saja Dia mau.
Lalu apa yang bisa kita lakukan agar Allah SWT sudi untuk senantiasa menjadikan perasaan cinta dan kasih bersemayam dihati kita? Tentu saja dengan membuat Dia ridho melalui ibadah kepada-Nya. (ngutip kata-kata di note-nya temen)

2. Ilmiah atau Ilmu Pengetahuan
Nah hal satu ini juga ga kalah penting dari yang pertama, seperti halnya kita akan memasuki dunia baru, kita harus tau apa saja sih yang ada di dunia itu, kemungkinan-kemungkinan apa saja yang akan tejadi selama kita di dunia baru itu, dan banyak lagi yang perlu kita ketahui sebelum kita memasuki dunia baru tersebut. Dalam sebuah pernikahan, kita harus tau banyak hal terkait tentang pernikahan. Carilah ilmu-ilmu berkenaan dengan pernikahan, bagaimana menjadi suami/istri yang baik, fiqh-fiqh pernikahan, cara berkomunikasi efektif dengan pasangan, cara mendidik anak, de el el…

Berkaitan dengan cara berkomunikasi ini, saya punya catatan yang cukup menarik yang bisa kita pelajari bersama tentang perbedaan unik antara pria dan wanita dalam berkomunikasi…
- Single Tasking
Otak wanita memiliki Corpus Callosum, yaitu sekelompok saraf yang menghubungkan otak kanan dan kiri. Saraf inilah yang menghubungkan komunikasi di antara kedua belahan otak. Koneksi yang lebih kuat antara bagian-bagian otak yang berlainan meningkatkan kemampuan WANITA untuk melakukan MULTI TASKING atau beberapa tugas sekaligus.
Pada pria, saraf ini mempunyai ukuran 25% lebih kecil daripada wanita. Inilah sebab mengapa LAKI-LAKI UMUMNYA SINGLE TASKING : hanya bisa mengerjakan satu urusan pada satu saat.

- Berorientasi Solusi
Setiap tindakan kita atas suatu masalah ditentukan oleh level aman, yakni persepsi tentang seberapa parah dampak yang akan timbul. Level aman terhadap masalah bagi seorang WANITA lebih rendah, tetapi baginya yang terpenting adalah merasa DIDENGARKAN DAN DIPAHAMI. Orientasinya proses itu.
Level aman terhadap masalah bagi seorang laki-laki memang lebih tinggi. Tetapi baginya, masalah itu harus dipecahkan oleh dirinya sendiri, jadi laki-laki memang tidak mudah panik. Mungkin bagi wanita hal tersebut terkesan menggampangkan masalah. Dibalik ketidakpanikan, dalam diri LAKI-LAKI tertancap kuat sebuah persepsi bahwa setiap masalah harus berujung dengan SOLUSI.

Kita ambil satu cerita yang cukup menarik, suatu hari seorang istri bercerita tentang apa yang ia kerjakan seharian kepada sang suami, “Bang, aku capek banget nie, dari tadi aku ngurus anak-anak, nyuci baju, masak, semuanya deh… Huffh, bener-bener capek!”. Suaminya lantas berpikir, apa ya solusi untuk masalah dari istrinya ini. Dan dengan santainya ia mengatakan “Insyah Allah bulan depan kalo abang punya uang lebih kita akan pake jasa pembantu.” Terang saja si istri berpikir dalam hati, “hmm… Jadi selama ini aku dianggap pembantu ya?” Padahal maksud sih istri ia hanya ingin mencari telinga yang mau mendengarkannya, bukan berarti ia meminta dicarikan solusi dari permasalahannya.
Kata Ust. Salim A Fillah, “Jika kita mau memahami tingkah laku sang istri dan menjadi pendengar terbaiknya, insyah Allah kita bisa menghemat banyak anggaran untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dan rahasia keluarga kita tak sampai ke telinga orang lain (karena sang istri merasa tak didengar di rumahnya sendiri).”

- Memilih DIAM Jika dihadapkan Masalah atau Pilihan Sulit
Ingat apa yang dialami Ibrahim as ketika diminta Allah meninggalkan anak dan istrinya di lembah tak bertuan, tak bertanaman, tak bermanusia, di dekat rumah Allah yang mulia? Perasaan sebagai bapak dan suami yang harus memimpin, melindungi dan menafkahi bergumul dengan perasaan sebagai hamba dan Nabi yang harus mentaati Allah. Maka dia tak sanggup bicara, hanya DIAM. Bahkan ketika Hajar bertanya tiga kali kepadanya, dia tetap tak bicara.

- Memerlukan Ruang Menyendiri dalam Kondisi Tertekan
Ketika Muhammad, lelaki yang banyak menyendiri memikirkan ummat itu mendapat wahyu pertama, dia shock. Seolah beban separuh bumi untuk mengubah nasib ummat manusia diletakkan di pundaknya seorang diri. Ketika pulang Beliau jatuh berulang kali, sesampainya di rumah ia berkeringat dingin, pucat pasi, menggigil dan pias. Dia berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.. Selimuti aku!”
Kehebatan Khadijah sebagai istri adalah bahwa melihat kepanikan itu dia tak ikut panik dan tak bertanya, “Ada apa?” Dia langsung menyelimuti dan memberi ruang menyendiri kepada Muhammad untuk menenangkan diri.
Terkadang istri bermaksud baik untuk mendukung suaminya, dengan menanyakan apa yang menjadi permasalahan pada suaminya. Tapi sang suami berteriak dalam hati, “Bisa tolong biarkan aku sendiri gak sih? Percaya sajalah! Kalaupun ada yang ketinggalan, percayalah bahwa nanti aku akan menemukan solusinya! Kalaupun ada suatu masalah akibat keteledoran di sini, nanti akan kita cari solusinya di sana!”
Seorang lelaki lebih memilih menyendiri untuk menyelesaikan permasalahannya ketimbang menceritakan masalahnya kepada orang lain, sangat berbeda dengan perempuan yang dengan senang hati menceritakan apa yang terjadi padanya ke orang lain. Dia hanya ingin sedikit meringankan bebannya dengan berbagi ke orang lain, terkadang perempuan beranggapan lelaki itu seperti halnya dia. Sehingga ia senantiasa mengharap sang suami mau menceritakan permasalahan yang ia hadapi kepada dirinya, sama seperti yang ia lakukan.

- Menghitung dan Menimbang dalam Hubungan
Seorang wanita tidak menghitung. Ia akan memberi dan terus memberi sebagaimana pada saatnya. Ia menuntut untuk menerima dan terus menerima. Seorang laki-laki menghitung, “Saya sudah sekian kali memberi, boleh dong saya ambil kesempatan kali ini untuk diri saya.”
Seorang wanita tidak menimbang. Baginya satu kebaikan adalah satu kebaikan. Besar atau kecil tidak dipertimbangkan. Sementara laki-laki menimbang, “Jika saya sudah memberi kebaikan sebesar ini, saya berhak melakukan tiga kesalahan kecil tanpa disalahkan.”

- Memerlukan Jeda-jeda “Mandiri” untuk Menjaga Hubungan
Seorang wanita seperti gelombang. Kemampuannya mencintai seseorang naik dan turun sesuai apa yang dirasakannya dalam hubungan. Sebaliknya, seorang laki-laki seperti karet gelang. Ia secara otomatis berubah-ubah antara membutuhkan kedekatan dan kemandirian. Dan ketika dia mengambil jeda untuk melakukan kegiatannya sendiri yang tak berhubungan dengan orang lain, sebenarnya di situ akan dia temukan kebutuhan untuk mendekat kembali.
Maksudnya, ketika seorang lelaki merasa hubungannya dengan orang lain mengalami hal yang cukup menjenuhkan. Biasanya mereka akan mencari ruang untuk diri sendiri, misalnya ia berkumpul dengan teman-temannya, mencari sedikit hiburan dan ketika ia merasa lebih baik, ia akan kembali mendekat.

- Berkomunikasi dengan Kalimat Langsung
Kecerdasan menangkap makna, perempuan biasanya lebih tinggi sehingga kalimat tak langsung yang sering mereka gunakan sulit dipahami laki-laki. Untuk berkomunikasi dengan laki-laki: kalimat “Mau nggak bawain belanjaan?” lebih baik daripada “Belanjaannya masih di motor loh” atau “Minggu besok kita pergi yuk!” lebih baik daripada “Sudah lama loh kita nggak jalan-jalan.” Atau “Maukah kau menjemput anak-anak?” lebih baik daripada “Anak-anak harus dijemput dan aku masih banyak kerjaan.”

KEBUTUHAN EMOSI YANG UNIK
Laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan emosi yang berbeda. Wanita membutuhkan perhatian, pengertian, hormat, kesetiaan, penegasan dan jaminan. Sementara pria membutuhkan kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman, persetujuan dan dorongan.


Kesalahan Wanita Sehingga Pria Merasa Tidak Dicintai
- Mencoba memperbaiki tingkah lakunya atau menolongnya dengan menawarkan nasehat yang baik yang tidak diminta. --} Pria merasa tidak dipercaya
- Mencoba mengubah atau menguasai tingkah laku dengan menyampaikan kesalahan atau perasaan negatif –nadanya memanipulasi dan menghukum-. --} Pria merasa tidak diterima
- Tidak menghargai yang dilakukan pria padanya, tetapi mengeluh mengenai apa yang tidak dilakukan oleh pria kepadanya. --} Pria merasa tidak dihargai
- Membetulkan tingkah lakunya dan memberitahu apa yang seharusnya, seolah-olah ia anak kecil. --} Pria merasa tidak dikagumi
- Perasaan kecewa diungkapkan tak langsung dengan pertanyaan retoris, “Mengapa kau melakukan itu?” --} Pria merasa tidak disetujui
- Ketika pria membuat keputusan atau mengambil inisiatif, wanita sering mengecamnya.
--} Pria merasa tidak didorong dan justru dikecilkan hatinya.

Kesalahan Pria Sehingga Wanita Merasa Tidak Dicintai
- Tidak mendengarkan, mudah terbagi perhatiannya, tidak mengajukan pertanyaan yang penuh minat atau perhatian. --} Wanita merasa tidak diperhatikan/dipedulikan
- Mengartikan perasaan secara harfiah, ia menganggap wanita perlu penyelesaian, karena itu ia memberinya solusi. --} Wanita merasa tidak dimengerti
- Mendengarkan, tapi kemudian marah dan menyalahkan (karena memang sebenarnya salah) atau karena membuatnya kecewa dan patah semangat.
--} Wanita merasa tidak dihormati
- Menganggap banyak hal penting lain (pekerjaan, anak-anak) harus diselesaikan daripada berlama-lama mendengarkan istri tanpa menemukan solusi.
--} Wanita merasa sang suami tidak setia
- Bila wanita marah, pria menjelaskan mengapa pria benar dan mengapa seharusnya wanita tidak boleh kecewa. --} Wanita merasa tidak dihargai atau pria tidak tegas menghargainya
- Setelah mendengarkan, tidak mengatakan apa-apa atau pergi begitu saja atau malah tertidur. --} Wanita tidak merasa mendapatkan jaminan

Hal-hal tersebut di atas terkadang terabaikan oleh kita sehingga mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam kehidupan berumah tangga. Untuk itu sedini mungkin kita belajar memahami karakteristik lawan jenis kita, apa yang mereka inginkan ketika merasa sedih, apa yang dapat membuatnya menjadi seseorang yang dihargai, de el el…

Dalam kehidupan berumah tangga akan banyak hal tejadi yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, kita harus siap dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Kita tidak boleh hanya mengharapkan sesuatu dari pasangan kita tanpa berharap dapat memberikan sesuatu kepadanya. Jangan pula hanya disibukkan untuk mengurusi kemauan, tanpa menyibukkan diri untuk mencapai kemampuan kita dalam berumah tangga. Dan cintailah suami ataupun istrimu sebagaimana ia ingin dicintai, perilakukanlah ia sebagaimana ia ingin diperlakukan. (Salim A Fillah)

3. Jasadiyah
Ini juga perlu dipersiapkan sebelum kita menikah, terkadang kita mengabaikan faktor satu ini. Biasanya ketika masih bujangan atau gadis, kita akan makan apapun yang kita ingin makan, makan kapan pun kita ingin makan, tanpa mempedulikan apakah makanan itu baik untuk tubuh kita atau malah merusak sebagian fungsi organ tubuh kita. Kita juga jarang menyempatkan diri untuk olahraga, apalagi wanita (pengakuan diri, hehe) jarang sekali membagi waktunya yang padat itu untuk sekedar mengolahragakan diri. -__-
Maka dari itu, mulai dari sekarang sempatkanlah waktu untuk olahraga, walaupun cuma setengah jam (lumayan lama ya, 15 menit juga bolehlah… ^^), atur pola makan (jangan makan siang pada saat mau makan malam, atau sarapan di penghujung Dhuha, makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang), perhatikan makanan yang dimakan (makanlah makanan yang bergizi, sehat dan baik untuk tubuh kita. Jangan hanya makan ‘makanan kampus’, ‘makanan anak kost’, ataupun ‘makanan musafir’. Karena kita akan dimintai pertanggungjwaban atas apa yang kita makan, yang kelak akan berimbas pada keturunan kita. Waspadalah! Waspadalah!)

4. Finansial
Hal satu ini juga gak kalah penting untuk dipersiapkan, walaupun bukan hal yang utama namun juga merupakan hal yang penting. Khususnya untuk pria nih, bukan berarti wanita lantas cuek dengan hal ini ya. Saya punya sedikit cuplikan dari cerpen seorang teman, http://www.facebook.com/notes/ale-anwar-gmg/cerpen-pengaman-pernikahan-i-pra-nikah/293862875748
“Disamping mental untuk mengaplikasikan ilmu yang telah mereka miliki, para ikhwan juga wajib menyiapkan mental lain terkait kesiapan mereka untuk menikah, yaitu mental survive dan pantang menyerah untuk mencari maisyah. Itulah yang dimaksud dengan KESIAPAN BERMATERI. “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf (QS Al-Baqarah : 233)”
Materi tentu saja penting, walaupun materi bukan segala-galanya, tapi segala-galanya akan sulit bergerak jika tidak ada materi, namun seandainya kita menjadikan materi sebagai patokan kesiapan seorang ikhwan untuk menikah, maka hal tersebut menjadi sangat relative. Sekarang coba tanyakan pada dirimu, kira-kira materi apa ya yang minimal harus dimiliki sebelum seorang ikhwan memutuskan bahwa dirinya telah siap untuk menikah?” Apakah sudah ada rumah meskipun masih ngontrak? Mobil? Motor?

Hmmm. Coba kita melihat satu contoh kehidupan rumah tangga pada masa Rasulullah, yaitu kehidupan rumah tangga Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Pada saat Ali bin Abi Thalib menikahi Fatimah, harta apa yang dimiliki oleh Ali? Hanya baju perang saja. Hanya itulah yang dimiliki oleh Ali. Apakah Fatimah protes lalu menuntut lebih dari Ali? Adakah Rasulullah keberatan untuk melepaskan putri kesayangannya menikah dengan Ali? Fatimah sadar sebagai seorang suami Ali sudah berusaha keras untuk melaksanakan kewajibannya dalam memberikan nafkah dan Ali sudah berikhtiar semampunya untuk itu, namun bukankah untuk masalah hasil merupakan urusan Allah? Masalah hasil sudah diluar kewenangan Ali. Allah lebih melihat pada proses sebab masalah hasil adalah hak-Nya.

Cukuplah mental survive dan pantang menyerah serta giat bekerja dari seorang ikhwan menjadi pertanda bahwa dia telah memiliki KESIAPAN BERMATERI. Lalu menjadi pertanyaan yang krusial adalah, bagaimana cara kita menilai bahwa seorang ikhwan telah memiliki mental survive dan pantang menyerah serta giat bekerja? Cara menilainya ialah dengan melihat kegigihannya dalam bekerja.
Mengetahui usaha-usaha apa saja yang telah dilakukannya dalam mencari nafkah, meskipun hasil dari kegigihan dan usahanya tersebut belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Itulah cara menilainya.
Perlu digaris bawahi, bahwa kita katakan “belum” membuahkan hasil yang diharapkan. Kita tidak menggunakan frase kata “tidak” membuahkan hasil seperti yang diharapkan, tapi frase kata “belum”. Maksudnya apa? Mengapa kita menggunakan frase kata “belum”? Tiada lain ingin menyampaikan pesan positif bahwa untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan itu hanya masalah waktu. Bukan masalah ketidak mampuan sang ikhwan apalagi kemustahilan, karena dia telah memiliki modal dasar yang paling fundamental dan berharga dalam mencari maisyah yakni MENTAL SURVIVE DAN PANTANG MENYERAH.
Akan sangat berbeda ceritanya jika ia seorang yang telah memiliki kemapanan materi dan rupanya kemapanan tersebut diperolehnya karena bantuan orang tua mungkin atau warisan, sehingga belum bisa disebut sebagai ikhwan yang memiliki mental survive dan pantang menyerah sebab belum teruji.
Bukankah Allah telah berjanji bahwa dia akan memampukan hamba-Nya yang miskin apabila hamba-Nya tersebut ingin menikah? (QS An-Nur : 32) Dan tidaklah janji tersebut akan ditunaikan oleh Allah kecuali bagi hamba-hamba-Nya yang mau berikhtiar untuk mewujudkannya. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS Ar-Ra’d : 11).
Lalu siapakah hamba-Nya yang pantas untuk mendapatkan janji mampu dari-Nya? Tentu saja hanya bagi hamba-hamba-Nya yang mempunyai mental survive dan pantang menyerah, sebab hal tersebut merupakan representasi ikhtiar yang sesungguhnya.

5. Sosial
Sosial?? Apaan nie maksudnya?? Maksudnya, kita harus mempersiapkan diri dengan segala perubahan yang akan terjadi ketika kita menikah, bertambahnya peran kita setelah menikah (yang dulunya hanya sebagai seorang anak, cucu, adik, kakak, murid ataupun teman, kini kita akan bertambah peran menjadi seorang istri/suami, menjadi menantu, adik/kakak ipar, menjadi ayah/ibu, menjadi paman/bibi). Apalagi ketika kita telah tinggal terpisah dengan orang tua, kita harus mampu bermasyarakat dengan baik, menjadi tetangga yang baik untuk tetangga kita (paling tidak 40 rumah ke kanan, kiri, depan dan belakang), kita harus memiliki keinginan dan usaha untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, bukankah seorang Muslim yang paling baik adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain, jangan sampai kita hanya disibukkan dengan urusan kita sendiri sehingga tidak mempedulikan orang-orang di sekitar kita.

Itulah beberapa hal yang harus kita persiapkan sebelum memutuskan untuk menikah, insyah Allah jika kita telah menyiapkan hal tersebut di atas kita akan lebih matang dalam menjalani kehidupan berumah tangga (aamiin). Ingatlah orang yang nantinya akan mendampingi kita dalam mengarungi samudera kehidupan ini bukanlah malaikat yang tanpa cacat, bukan pula bidadari yang senantiasa nampak ‘cantik’. Ia hanya insan biasa yang pastinya memiliki banyak kekurangan, di samping ia memiliki berjuta kelebihan yang seakan tertutup karena kekurangan yang ia miliki. Bersabarlah jika si dia tidaklah sebaik seperti yang kita harapkan sebelumnya, karena itu akan jauh lebih baik bagimu. Bersyukurlah, jika ternyata dia pun jauh lebih baik dari yang pernah kita pikirkan, itu akan membuatmu ditambahkan kenikmatan yang lebih dari-Nya. Bersiaplah dengan segala perubahan yang nantinya akan kau temukan dari si dia, baik itu perubahan ke arah lebih baik ataupun kebaikannya memudar karena sesuatu.