Senin, 10 Maret 2014

Suka Membaca?

Ketika ditanya apa aku suka membaca? Iya, aku suka membaca. Tapi tidak bisa dikatakan bahwa membaca adalah hobiku. Aku hanya suka, hanya suka membaca. :)

Aku suka membaca. Aku suka membaca buku, aku suka membaca artikel, aku suka membaca tulisan singkat yang disebar di grup-grup yang aku ikuti, aku suka membaca cerita dari mereka-mereka yang ada di dekatku, aku suka membaca tulisan berisi 140 karakter yang berbaris rapi di lini masaku, aku suka membaca curahan hati teman-teman mayaku lewat sebuah status yang dia posting, aku suka membaca tulisan yang ada di blog-blog yang aku ikuti, yah, aku suka membaca.

Sama halnya aku suka membaca arti dari tatapan mata orang yang melihatku, ah sepertinya orang ini tidak menyukaiku. Aku juga suka membaca apa maksud Tuhan dengan apa yang terjadi padaku, walau seringnya aku belum bisa memahami apa yang coba kubaca. Aku suka membaca makna lain dari banyak hal yang tak mampu kumengerti, sepertinya Tuhan masih menyimpan jawaban dari tanya yang tak kudapati jawabnya itu, dari ketidak mengertianku itu. :)

Tapi entah kenapa, saat suasana hatiku sedang tidak bersahabat, membaca sesuatu bisa membuatnya jauh lebih baik. Ketika aku tak tau apa yang bisa membuat hatiku lekas berdamai dengan semuanya, dengan serta merta aku mengunjungi sebuah toko buku; di mana ada berjuta kisah, berjuta cerita, juga banyaknya pola pikir yang menjelma dalam kalimat-kalimat sederhana, yang bermakna tak pernah sederhana, tercetak rapi pada buku-buku yang berdesakan memenuhi ruangan di gedung tiga lantai itu.

Membaca dan mencoba memahami apa yang kubaca, selalu mampu membuat hatiku lekas membaik. Perasaan yang harusnya tidak pernah ada, tiba-tiba menguap seketika. Melayang jauh, seperti balon udara yang lepas dari genggaman tangan mungil seorang bocah kecil, menatap takjub dan kemudian menangis tersedu saat menyadari balonnya jauh dari pandangan, lepas dari genggaman tangan.

Aku tidak berlebihan, memang seperti itulah faktanya. Membaca membuat tanya-tanya yang sempat ada, terjawabkan dengan cara sederhana, sangat sederhana malah. Hanya saja, terkadang aku memperumit semuanya dengan satu tanya; kenapa harus? 


 Dan, masihkah kau ingat? Kata yang disampaikan kepada Kekasih Allah, Muhammad SAW saat ia menerima mukjizat luar biasa dari Tuhannya, iqro’! Dan semuanya berawal dari satu kata itu. Maka sudah selayaknya lah kita mengawali segalanya dengan membaca; membaca dengan menyebut namaNya, membaca dengan berharap diberikan kecerahan hati olehNya, membaca dengan tujuan mendapati banyak hikmah atas izinNya.

Hai kamu, selamat membaca. :)

Kamis, 06 Maret 2014

Tetap Anak Ibunya

Seorang teman pernah berkata; "Anak laki-laki itu tetap anak laki-laki ibunya. Meskipun dia sudah menikah dan sudah menjadi Bapak dari anak-anaknya, dia tetaplah anak ibunya."

Saat itu aku hanya berkata, bukankah aku juga tetap anak ibuku, meski kelak aku jadi seorang ibu untuk anak-anakku. Lalu, apa bedanya?

Jelas beda Aci! Anak perempuan adalah 'milik' suaminya, ketika akad itu terucapkan, ketika jari tangan sang ayah telah menggenggam erat jemari laki-laki; yang beberapa waktu lagi akan menggantikan posisinya, yang dia titipkan anak perempuannya untuk dilindungi, dipimpin dan dibahagiakan.

Sedangkan sang ibu untuk anak laki-lakinya, tetap menjadi salah satu sayap bidadari yang akan menemani sang anak dalam kehidupannya, dulu, sekarang dan hingga nanti. Dan satu sayap lainnya lagi adalah sang istri.

Maka sudah sepantasnya sang ibu menjadi sangat selektif, saat berkenaan tentang calon istri anak laki-lakinya. Apakah perempuan ini bisa menjadi istri yang baik untuk anak laki-lakinya, apakah ia bisa melayani dengan sebaik-baiknya untuk sgala sesuatu yang dibutuhkan anak laki-lakinya, apakah ia bisa menjadi perempuan yang akan mendukung dan slalu setia membersamai anaknya, dan sejuta tanya lain yang ada dalam benaknya.

Sama halnya untuk sang ayah, akan begitu hati-hati saat meng-iya-kan permintaan untuk meminang anak gadisnya. Apakah laki-laki ini bisa membuat anak gadisnya bahagia, apakah ia bisa menjaga anak gadisnya sebaik penjagaannya selama ini, apakah ia menjamin tak akan membuat anak gadisnya terluka.


Tahukah kau, si anak laki-laki sang ibu. Aku akan lebih respect padamu, saat kau nantinya menjadi anak berbakti dengan mendengarkan kata-kata ibumu. Yang takkan melangkah jika ridhonya tak kunjung diberi. Daripada memaksakan kehendak hati. :)

(Akan) Baik-baik Saja

“Kau baik-baik saja?” Tanya seseorang melalui sebuah pesan singkatnya
“Aku (akan) baik-baik saja. :) ” Jawabku singkat


Ya, aku akan baik-baik saja. Tapi tidak untuk saat ini. Aku butuh waktu sedikit lebih banyak, agar semua benar-benar bisa baik-baik saja. Aku tau, hidup akan terus berjalan. Tapi tentang baik-baik saja atau tidak, menurutku itu lain persoalan. :)

Dan aku kembali tersadar, ternyata aku hanya anak manusia biasa. Yang bisa kecewa dan sakit hatinya. Kurasa aku pun berhak mendapat kesempatan yang sama, mendapat sedikit kelonggaran waktu untuk bisa kembali berdamai dengan hatiku sendiri.

Saat aku enggan keluar kamar dan malas berkegiatan. Ini bukan salah siapa-siapa. Aku hanya sedang mengajak hatiku agar bisa segera membaik, dengan caraku sendiri.

Saat mataku mulai meneteskan bulir-bulir beningnya, lalu kemudian aku menangis dengan terisak. Ini juga bukan salah siapa-siapa. Aku hanya ingin, semua yang menyesakkan hilang dengan begitu cepat. Agar nanti tak ada lagi yang tersisa atas apa yang di hati ini.

Untuk semua yang sempat ada, aku tak bisa serta merta melupakannya. Aku tidak sedang amnesia, yang bisa melupakan semua dengan baiknya dalam satu waktu yang sama. Setidaknya aku bisa menghilangkan rasa dan asa yang sempat ada di hati.

Dan aku kembali memahami satu hal, “Melakukan semaksimal mungkin yang kita bisa, tak cukup untuk membuat apa yang tak ditakdirkan Tuhan untuk kita; menjadi milik kita.” But in the end you’ll be happy to say; ‘at least, I try.’


Kelak, jika di waktu lain kita tak sengaja berpapasan. Ketahuilah aku akan baik-baik saja, benar-benar telah baik-baik saja. Maka, tak perlu menghindar ataupun pergi menjauh. Karena nyatanya kau memang sudah pergi, bukan? ^^v

Hari keenam di bulan Maret