Senin, 26 November 2012

Berbenah

"Tiap kita mempunyai cara sendiri untuk membaikkan suasana hati. Masalahnya adalah mau atau tidak? Kalo mau, ada 1.001 cara. Kalo tidak mau, ada 1.001 alasan."

-DesiDahlianti-


Yang tau bagaimana cara membaikkan kembali hati kita itu, ya kita sendiri. Masalahnya kita mau atau tidak untuk mengembalikan hati kita menjadi baik lagi? Karena, mau orang ngomong seperti apa, mau pake cara yang bagaimanapun juga tetep gak akan bisa, kalo kitanya sendiri gak mau.

Coba deh lakukan hal-hal yang kamu sukai, misalnya; makan es krim, jalan-jalan, baca buku, denger musik, nonton DVD, cerita ke temen, atau mungkin kamu suka olahraga? Biasanya sih, biasanya, kalo kita udah melakukan hal-hal yang kita sukai, paling tidaklah hati kita akan sedikit membaik. 

Bisa juga dengan berbenah, membenahi kamar kamu mungkin. Mengatur ulang perabotan di kamar, ditata secantik mungkin dan buatlah senyaman mungkin. Karena kamar adalah tempat sgala aktifitas kamu dilakukan, dari istirahat, ibadah, belajar, main internet, merenung, sampe-sampe tempat terbaik untuk menangis.

Gimana suasana hati kamu mau baik coba, kalo kamar kamu ajah udah bikin mumet. Berantakan. Gak tertata dengan rapih. Meletakan barang-barang sesuka hati. Yang suasana hatinya baik ajah bakal jadi gak baik, apalagi hati kamu yang lagi kacau balau. Bakal tambah ruwet deh, dijamin ituh.

Kalo semua udah dilakuin dan ternyata suasana hati kamu masih gak baik juga, ada yang salah sama kamu loh, mari berbenah yuukk. Coba deh mendekatkan diri kepada Yang Maha Membolak-balikan Hati, minta kepada Allah agar hati kita ditenangkan, jiwa kita didamaikan, dan pikiran kita diluruskan. Minta pada-Nya dengan segala kerendahan hati, dengan begitu kamu akan siap untuk kembali dibaikkan hatinya. Dan, kembalilah berinteraksi dengan Al Qur'an. Bukankah Al Qur'an itu adalah obat bagi hati [QS. Yunus: 57]

Masih mau hatinya gak dibaikkan? Dibiarkan slalu resah, gelisah atau bahasa kerennya galau? Oke. Selamat menikmati kegalauan ajah lah kalo gitu. Yang kuat yah. :)

Sabtu, 24 November 2012

Tiba-Tiba

Tiba-tiba ingin jadi pemuda Kahfi, yang tertidur panjang. Dan, saat terbangun waktu telah berganti ratusan tahun, segala keadaan telah berubah, bahkan zaman pun turut berubah.

Tiba-tiba ingin jadi peterpan, yang slalu menjadi anak-anak. Tak dewasa, artinya takkan dipenatkan oleh hal-hal yang memusingkan, bahkan kadang menyakitkan.

Tiba-tiba ingin jadi serabut akar, yang dengan ikhlas memberikan asupan makanan kepada sebatang pohon, tanpa pernah berharap diketahui oleh orang-orang.

Tiba-tiba ingin jadi komputer atau handphone, yang jika diformat ulang semuanya kembali ke awal. Zero. Beberapa file yang tak penting bisa dihapus dan dihilangkan selamanya, menjadi kembali bersih.



Tapi, menjadi diri sendiri, itu jauh lebih seru. Penuh dengan kejutan-kejutan, juga penuh warna. Tidak harus slalu tersenyum, jika ingin menangis, menangislah. Jika tak mampu melanjutkan perjalanan, istirahatlah sejenak. Jika dirasa tak kuat, berpeganglah pada sesuatu yang menguatkan. Jika harapan-harapan tak kunjung menemukan jawaban, mungkin Tuhan punya jawaban yang jauh lebih manis dari yang pernah kita tulis.

Nikmatilah tiap waktu yang berjalan, tiap peristiwa yang terjadi kadang mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang mungkin saat ini belum nampak sebagai media pengajaran, nanti, nanti kita akan bisa merasakan itu. So, stay strong girl! You're amazing, just the way you are. :)

Kamis, 22 November 2012

Gelembung Udara


Gelembung udara,
Saat meniupkannya, ada buncah kebahagiaan tak terkira,
Melihatnya mengembang, melayang dengan bebas tanpa beban,
Hati ini turut terbawa ke suatu kondisi yang begitu menggembirakan.

Satu detik, dua detik, hingga detik ke lima, ia tetap menyilaukan,
Seketika, di detik ke enam ia menghilang, tersapu angin yang bertiup,
Yaaah, ia benar-benar lenyap, tak bersisa dan tak tentu arah ke mana perginya.

Kau tau, gelembung udara itu ibarat gelembung harapan yang tertiupkan dari hati,
Mengembang, melayang bebas tak bersyarat,
Lalu, ia menguap tersapu waktu,
Menyisakan sekeping hati patah, terpaku menatapnya yang menghilang seketika.

Rabu, 21 November 2012

Gelap, Aku Tak Suka!

 
Aku tak suka gelap,
tapi aku tak bisa tidur dengan lampu yang menyala.
Aku tak suka gelap,
tapi gelap slalu mampu menyembunyikan air mata yang menetes tanpa suara.
Aku tak suka gelap,
tapi membisikkan do'a-do'a dan menitipkan asa padaNya terasa lebih syahdu.
Aku tak suka gelap,
tapi gelap bisa membuat hatiku menjadi lebih tenang, juga mendamaikan jiwa yang nelangsa.

Gelap, aku tak suka!
Tak bisa melihat dengan lebih jelas,
Tak bisa berjalan dengan lebih terarah,
Dan, tak bisa menakar ke mana aku harus melangkah.

Gelap, aku tak suka!
Karena semua menjadi teramat samar,
Semua jadi tak nampak dengan benar,
Dan, semua membuat pandanganku menjadi nanar.

Gelap, aku tak suka!
Meski kunang-kunang nampak cantik, ia tak mampu menerangi dengan baik,
Meski lilin tampak romantis, ia tak bisa menghentikan hati yang turut menangis,

Gelap, aku tak suka!
Maka dari itu buat semuanya terang benderang,
Seterang cahaya matahari di waktu Dhuha,
Secerah sinar rembulan di malam purnama,
Memancar bak lampu-lampu jalan di Ibu Kota, buat semuanya terang. Bisa?

Mimpi Si Putri Tidur


Tak tau harus berpikir seperti apa,
Tak tau juga harus mengambil keputusan yang bagaimana,
Apalagi harus berbicara menyampaikan sesuatu,
Tiba-tiba, aku jadi gagu.

Apakah ini benar adanya?
Aku tidak sedang bermimpi kan?
Seakan menari-nari riang bertemankan kupu-kupu di sebuah taman,
Lalu berlarian di pinggir pantai, mengejar mentari yang akan terbenam,

*plakkk

Sakit! Ternyata aku gak mimpi, ini nyata, kawan,
Tapi, kenapa hatiku seperti berada di alam bawah sadar?
Seakan tanpa beban, seakan terbang bebas mengangkasa,
Melayang, melesat bersama burung-burung kecil menuju awan yang tinggi,

Aku tak bisa memejamkan mata, mungkin tak ingin mata ini terpejam,
Khawatir, jika ada yang bilang, "Selamat pagi, mimpi yang indah?"
Aku takut terbangun, dan ternyata semua itu hanya sebuah mimpi, mimpi yang indah,

Jumat, 16 November 2012

Hello?


Hidup ini ibarat perpindahan dari satu masa ke masa yang lain, dari sebuah moment ke moment yang lain, dari seseorang ke seseorang yang lain. Semua berjalan mengiringi langkah-langkah dalam kehidupan, melengkapi kekurangan di sana sini, memperindahnya dengan hal-hal sederhana.


Yup, betul sekali. Saat kita mengatakan "Selamat Tinggal" pada sesuatu, kita akan mendapatkan "Hai" dari sesuatu yang baru. Mungkin ada yang beda, yah pastinya akan berbeda. Namun, justru di sana letak menariknya sebuah kehidupan, kehidupan yang baru. Dengan hal-hal baru, aktifitas yang juga baru, atau bahkan dengan orang-orang yang baru. Inilah kehidupan, kawan. Tiap sisinya membuat kita seakan tertarik untuk senantiasa mencoba dan terus mencoba, sesuatu yang baru.

Selamat Tahun Baru Islam 1434 H, semoga banyak hal-hal baru yang akan menyertai kita, menjadikan kita seseorang yang jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, menyadarkan kita akan hakikat penerimaan atas sebuah takdir yang telah ditetapkan, mengajarkan kita bagaimana menempah diri menjadi seorang hamba yang dengan ikhlas menyerahkan semua akhir dari sebuah keputusan, hanya kepadaNya; Tuhan semesta alam, Sang Penggenggam Kehidupan, Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Allah Aza Wa Jala!

Kamis, 15 November 2012

Ada Yang Beda

Pagi ini matahari masih bersinar dengan ramahnya, tapi ada yang beda. Melihat ke sekitar, bunga-bunga masih bermekaran, tapi ada yang beda. Merasakan kepadatan jalan raya, berdesak-desakkan dengan para pengendara lainnya, tapi ada yang beda.

Lalu, senja ini kutatap langit yang mulai mendung, akan hujankah seperti kemarin? Tapi, ada yang beda. Malam pun datang, bersama rembulan dan kerlip bintang-bintang, mengajak aku bicara seperti waktu-waktu yang lalu. Tentang Mars dan Venus yang katanya slalu bersisian paham, tapi ada yang beda.


Yah, ada yang beda. Tak tau apa itu, yang jelas ada yang beda. Mungkin itu aku, atau mungkin itu kamu?

Selasa, 13 November 2012

Gak Boleh Sakit

Hampir satu minggu ini, pulang malem terus. Ada aja alasannya, ke sini lah, ke situ lah. Sok paling sibuk deh pokoknya. Dan, hampir tiap pulang slalu kehujanan. Namanya juga lagi musim hujan, yah wajarlah kalo kehujanan. Meski udah pake jas hujan, tetep aja kena imbasnya.

Dua hari ini tiap pulang langsung tidur, istirahat maksimal di waktu malam. Karena besoknya lagi akan mulai berpetualang ke mana-mana, lagi dan lagi, aku sok sibuk deh.

Hari ini ngerasa gak fit banget, tapi harus tetep kuat, karena banyak hal yang belum diselesaikan. Banyak hak saudaraku yang harus ditunaikan, dan banyak kewajiban yang harus dilakukan. Aku gak boleh sakit, gak boleh pokoknya.

Ayo Aciiii, kamu sehat kok, kuat kok, kan Aci Tankguh (Tangguh), masa segini ajah udah tepar sih. Apa kata dunia??! Masih ada hari esok yang menantimu, besoknya juga. Dwi yang sering sakit ajah bisa baik-baik tuh dia, kenapa kamu jadi lemah giniii?

Cukup sekian curhat hari ini, saya mau istirahat total. Makan. Minum obat. Tidur. Sampai jumpa, kawan. ^^

Minggu, 11 November 2012

Pertanyaan Yang Tepat

Habis blog walking, banyak membaca tulisan-tulisan keren dari orang-orang yang juga keren. Jujur, kadang tiap baca blog seseorang, aku ngerasa minder, mereka kok bisa yah buat tulisan keren gitu? Kata temenku sih, ini tentang Jam Terbang, kawan. Semakin banyak membaca, banyak melihat, banyak mendengar, akan semakin banyak hal juga untuk ditulis, maka semuanya akan terbiasa nantinya. :)

Aku mau repost tulisan dari Ukhti Lanina Lathifa, Pertanyaan Yang Tepat

Mendapat kabar teman dekat akan menikah itu sesuatu ya. Sungguh sesuatu. Seolah-olah saya disodorkan pertanyaan besar, “Kamu kapan?” Padahal dia sendiri tak pernah melontarkan pertanyaan demikian.
“Ukht, insyaAlloh saya akan dikhitbah…”
Selalu speechless campur haru campur bahagia campur-campur lah pokoknya, tiap kali curhatan seperti ini mendarat di telinga.
Kenapa speechless? Karena dia sepantaran dengan saya. Berarti jelas kesiapannya di atas saya. Kematangannya (segala sesuatunya) selangkah atau bahkan beberapa langkah mendahului saya.
Kenapa haru? Sebab ketika seorang wanita dikhitbah (dipinang) oleh seorang laki-laki pilihan-Nya, itu artinya ia akan bergantian “mengabdikan” diri kepada seorang lelaki yang dulu teramat asing baginya. Dulu, gadis itu hanyalah seorang anak perempuan ayah. Sebelumnya, gadis itu hanyalah seorang anak perempuan yang sangat merajuk kepada ayah. Dulu, gadis itu adalah perempuan yang sangat dicemburui ayah jika berdekatan dengan lelaki asing. Dulu, gadis itu adalah perempuan yang sangat dikhawatirkan ayah. Dulu, sebelum lelaki asing pilihan-Nya itu datang meminta ijin sang ayah untuk menggenggam separuh hati gadisnya. Dulu, sebelum lelaki asing yang ditunjuk-Nya itu datang untuk meminta ijin bergantian menjaga gadisnya.
Kemudian kenapa bahagia? Jelas. Karena perempuan yang lusa akan dipinang itu adalah sahabat, saudara, sekaligus separuh hati tempat saya berbagi cerita.
Sekali lagi, ini bukan masalah, “Saya kapan?” Sebab sungguh, pernikahan benar-benar bukan sebuah perkara yang bisa digesakan. Pernikahan bukan perkara balapan, saingan, bahkan saling adu percepatan.
Jika dia mendahului saya, ini sama sekali tidak berarti “Saya kalah cepat.” Sebab, menikah hanya menuntut kita siap. Jadi pertanyaan yang tepat adalah, “Sudahkah saya siap jika suatu ketika lelaki pilihan-Nya itu datang meminang?”
Pertanyaan yang tepat adalah, “Sampai dimana persiapan dan kesiapan saya?”
Pertanyaan yang tepat adalah, “Sudahkah saya siap menanggalkan status gadis menjadi seorang istri dengan segala konsekuensinya?”
“Sudahkah saya siap berganti amanah, dari yang dulu seorang perempuan ayah, kemudian kini menjadi seorang perempuan suami penjaga keharmonisan rumah?”
“Sudahkah saya siap menghabiskan sisa waktu sebagai perempuan yang bersanding dengan lelaki yang menjadi tulang punggung masa depannya?”
Pertanyaan yang tepat, “Sudahkah saya siap?”
Kepada-Nya yang menetapkan segala sesuatu berpasangan, Kepada-Nya yang menakdirkan Hawa bersanding dengan Adam, aku minta dimampukan untuk merasa siap pada saat yang telah Engkau tetapkan. :’)

Kenapa aku repost tulisan ini? Karena aku juga sedang dalam situasi ini, temen deketku 4 hari lagi akan menikah. Orang-orang di sekitar seakan kompakkan menanyakan hal ini, "Kapan nyusul?"

Dan, aku pun bertanya, pada diriku, "Sudahkah kamu siap Ci?"

Sabtu, 10 November 2012

Memaknai Kenangan


"Bagaimana cara melupakan kenangan?"

"Kalau kau tidak ingin amnesia, sebaiknya lupakan lah keinginan untuk melupakan kenangan. Kau tahu, kenangan serupa bunga-bunga yang terus bermekaran dalam ingatan. Terkadang waktu adalah pupuk yang baik, terkadang waktu juga adalah hama yang mengikisnya. Namun, sejalan dengan itu. Tidak lah bijak untuk mengilangkan kenangan. Karena kenangan yang berarti untukmu, tidak akan pernah pergi. Beberapa kenangan bahkan tetap tinggal, karena ia tahu, sangat tahu, bahwa ada seseorang yang mengajarkan kehidupan untukmu di dalamnya. Selamat memaknai kenangan. Tersenyum lah, karena ingatanmu selalu mampu mengajarkan sesuatu." [Tia Setiawati Priatna]



Kenangan atau ingatan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, setiap kejadian yang pernah terlewati akan menjadi kepingan-kepingan kenangan yang membersamai perjalanan kita. Ada banyak ingatan ataupun kenangan yang tercipta, ada yang manis, getir, pun ada yang biasa-biasa saja. Ada yang slalu ingin diingat, dibiarkan saja atau bahkan dilupakan.

Agaknya cukup bijak jika kita menjadikan masa lalu layaknya kaca spion, masa lalu bukanlah sesuatu yang harus selalu kita tatap, namun sesekali saja kita lihat, tidak juga harus dilupakan pun slalu dikenang, namun ditengok saja sesekali, agar kita dapat belajar dari kesalahan dan tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.

Kita harusnya belajar dari masa lalu yang kini menjadi kepingan kenangan itu, karena ia mengajarkan banyak hal kepada kita. Ia adalah guru terbaik, yang untuk mendapatkan ilmu darinya terkadang kita harus membayar mahal untuk itu. Selamat memaknai kenangan, :)

Jumat, 09 November 2012

Huaaaa, Saya Kesalllll

Saya lagi kesel, kesel, kesel banget. Pengen tereak, beneran! Sumpah, gak nyangka banget aku ada orang kek begitu. Kalau ada pantai, aku udah ke pantai nih, ngumpulin pasir banyak-banyak, terus, dijual deh ke tukang bangunan. Eh, gak ding, aku mau nimpuk seseorang pake pasir itu. #loh?


Kesel, dongkol, marah, malu, campur aduk dah rasanya. Kenapa aku bisa berurusan dengan orang itu? Kenapa aku masuk dalam kekonyolan ini? Kenapa dan kenapaaaa?? Huaaaa, hati ini rasanya dah mau meledak. Huaaaaaaa, (>,<)


Huuuffhh. Tarik napas. Hembuskan. Diam. Duduk. Wudhu. Masih marah? Beristighfarlah! Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah,...




Oke, aku udah memaafkan kok. Walau gak dimintai permintaan maaf. Sampe di sini saja keselnya. Tutup buku. Buka lembaran baru. Sekian.



*makan es krim enak nih kayanya,

Selasa, 06 November 2012

Karena, Kamu Itu Baik


A: "Kenapa sih kalian itu baik banget?"
B: "Karena kamu juga orang yang baik, pake banget deh."
A: *blushing*

Hey kawan, mungkin kadang kamu berpikir kenapa orang-orang di sekelilingmu bersikap begitu baik kepadamu. Ketahuilah, bahwasanya kamu lah yang memantulkan kebaikan-kebaikan itu.

Karena, jika kamu bersikap baik, maka orang pun akan memperlakukan hal yang serupa kepadamu. Kalaupun ada orang yang bersikap kurang baik, mungkin saja dia adalah ujian kesabaran untukmu. Yang akan menaikkan tingkatan ketaqwaanmu di hadapan Allah.

Impian Kecil

Buku adalah jendela dunia. Begitulah kalimat yang sering terdengar. Karena dari sebuah buku kita bisa melihat dunia, dunia yang ada di luar sana. Semakin banyak buku yang dibaca, maka semakin banyak hal yang akan kita ketahui. Dan itu artinya, betapa sedikitnya hal-hal yang baru kita ketahui, ibarat setetes air di samudera yang luas.

Aku suka membaca dan aku menyukai buku. Tapi, aku bukan pecinta buku seperti kebanyakkan orang. Mereka yang sangat menggilai buku, sampe-sampe mereka tidak lagi dikatakan kutu buku, melainkan predator buku. Karena mereka melahap ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan buku sepanjang hidupnya.

Sedangkan aku baru menamatkan beberapa buku saja, itu pun kebanyakan buku bacaan ringan, novel, kumpulan cerpen, dan beberapa buku wajib halaqah. Aku kagum pada orang yang bisa menamatkan beberapa buku hanya dalam satu hari. Gimana caranya ya? Padahal mungkin dia adalah orang yang super sibuk, yang tidak memiliki waktu luang.


Meskipun aku bukanlah seseorang yang begitu mencintai buku, tapi aku memiliki sebuah impian kecil. Aku ingin suatu hari nanti memiliki perpustakaan pribadi di rumah, walau letaknya hanya berada di dalam kamarku.

Merasakan kebahagiaan saat melihat buku-buku yang berderet rapi di sana. Mencium baunya yang khas. Menelusuri tiap buku itu dengan jemari-jemariku, lalu tersenyum saat mengingat apa yang ada di buku yang sedang ku sentuh. Sebuah ilmu, meski melalui sebuah cerita pendek, kalimat-kalimat manis, atau bahkan hanya melalui sebuah gambar.

Aku pun bermimpi, memiliki keluarga kecil yang mencintai buku. Di mana aku dan mereka membahas tentang buku-buku yang telah ditamatkan. Berbagi kisah manis dari lembar per lembar buku yang syarat akan hal-hal baru itu. Indahnyaaaa,...

Buku, sesederhana apapun isinya. Ia tetaplah sesuatu yang berharga, yang dibagikan oleh penulis-penulis yang dermawan ilmu itu. Karena buku adalah obat bagi jiwa yang haus akan ilmu, penerang bagi pikiran yang sedang dalam kebimbangan, penghibur untuk hati yang sedang rindu akan ketenangan.

Sesimpul Senyuman


"Senyuman anak-anak, hanyalah sepersekian kecil bagian dari Surga."
 - Tia Setiawati Priatna -


Anak-anak adalah makhluk paling tulus, dengan senyuman termanis. Tanpa rekayasa ataupun berharap imbalan. Hingga kita yang melihatnya seakan terhanyut dalam tawanya yang menggembirakan. Menyadari bahwa hidup ini tak seharusnya dirisaukan akan beban-beban, yang akhirnya mengambil senyuman dan tawa paling tulus itu.

Tersenyumlah untuk menjemput kebahagiaan, jangan hanya menunggu kebahagiaan baru kita akan tersenyum. Karena bahagia itu sederhana. Sesederhana seorang anak yang akan tertawa riang karena diajak bermain sebuah permainan yang paling simple, CI LUK BA.

Jadi, wajarlah kalo Peterpan tidak ingin dewasa, karena terkadang bahagia itu selalu diidentikkan dengan anak-anak. #ehh

Senin, 05 November 2012

Diingatkan Kembali

Buka FB, liat-liat status temen di Home. Rame. Ada yang bicara tentang hujan, kemacetan, tugas kuliah, skripsi, pekerjaan, cinta, persahabatan, bahkan ada yang ngomongin politik.

Mataku terhenti kepada salah satu photo yang dishare oleh seorang teman, tertarik, sangat tertarik untuk membacanya. Kubaca hati-hati pesan yang tertulis di sana Dosen Tak Bernyawa, lalu kubuka link sebuah blog yang tercantum diphoto itu Blog Ukhti Novilia.

Ada semacam perasaan takut, khawatir, sedih juga beragam perasaan aneh yang serta merta muncul di hati ini. Kematian. Suatu kepastian yang tak terbantahkan. Kita semua PASTI mati. Yah, itu yang kuyakini. Tapi, apa yang kita siapkan untuk menjadi bekal kita setelahnya. Amalan yang baikkah atau malah tumpukkan dosa yang menjulang tinggi?




"Nanti pasti nikah kok, pasti itu!" Jawab sepupuku saat ditanya oleh tante tadi sore ketika kami lagi duduk di depan tipi. Aku langsung meralat ucapannya, "Nikah itu gak pasti, yang pasti itu kematian."

Ketika bicara tentang pernikahan, kita sangat semangat. Menyiapkan banyak hal; pakaian yang cantik, gedung yang mewah, pernak-pernik yang menarik, semuanya harus sempurna. Jangan sampai ada yang terlupa, ada yang tertinggal. Kesibukkan kita menjadi berlipat-lipat, kadang kita lupa akan diri sendiri, tidak sempat makan, tidak cukup istirahat, atau bahkan lupa ibadah.

Tapi, saat bicara kematian. Kita sering tak memikirkan tentang hal itu. Mungkin karena masih muda, masih banyak waktu untuk menikmati hidup, dan beragam alasan dunia lainnya. Padahal, kematian itu tak mengenal siapa orangnya, berapa usianya, apa pekerjaannya. Ia akan datang, kepada dia yang telah ditakdirkan untuk dijemput oleh Malaikat Izrail. Tak mengenal waktu; pagi, siang, malam atau bahkan dini hari.

Lalu, apakah kita masih bisa melalaikan hal tersebut? Sementara kematian senantiasa mengintai kita, malaikat yang tak pernah lalai mencatat amalan kita, dan Allah tak pernah tidur apalagi mengantuk selalu melihat apa yang kita lakukan.

Tenang



Andai hati bisa setenang telaga ini,
Mendamaikan jiwa yang sedang nelangsa,
Mengusir tanya-tanya tak terjawab yang sempat menghampiri,
Membisikkan pada hati, "harapan-harapan itu akan menemukan jalannya"

Sabtu, 03 November 2012

Selalu Ada


Hujan! Di sini sedang hujan, di sana?
Kau tau, ada banyak do'a-do'a yang melesat ke langit,
Dari milyaran penduduk bumi, adakah salah satu do'a itu untukku?
Kau harus tau, salah satu dari do'a-do'a yang terlantun itu ada untukmu, kawan.

Kamis, 01 November 2012

Ulang Tahun



Apa yang spesial dari ulang tahun, hanya sebuah perputaran hari ke hari hingga sampai ke satu tanggal yang sama di bulan yang sama, namun di tahun yang berbeda. Nothing special!

Tapi, bagi seseorang, yah seseorang di tiap kamar, di dalam rumah, di sebuah daerah, di dalam kota, di salah satu negara, di dunia ini, akan merasakan bahwa itu adalah istimewa. Sebuah hal yang berharga. Percaya ataupun tidak.

Bagi seorang ibu misalnya, hari kelahiran anaknya, apalagi anak pertama adalah moment tak terlupakan. Ia menanti dengan penuh pengharapan, berharap anaknya lahir dengan sehat, menjadi anak yang baik, cerdas, juga berbakti.

Begitu juga dengan sang ayah, yang menunggu dengan penuh kewas-wasan di ruang bersalin. Berharap agar istri yang dicintai bisa melahirkan dengan selamat, juga anaknya. Walaupun ekpresi khawatir tidak tampak di wajahnya.

Jadi, ulang tahun itu tetap istimewa kawan. Karena, hari itu hari pertama kau menghirup udara di dunia ini. Dan, hari di mana kau menjadi seseorang yang akan bertanggung jawab untuk dirimu, nanti. Ada banyak orang yang menantimu, melihatmu dengan senyuman manis, bertemankan buah tangan walau sekedar sekotak perlengkapan mandi di tangannya.

Lalu bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan hal itu tidak penting?
Tidak boleh mengucapkannya, walau hanya sebuah kalimat "Selamat Hari Lahir"?

Karena kau tau, ada banyak orang di dunia ini yang merasakan bahwa dia bukan siapa-siapa, tidak berarti dan tak dikehendaki. Sehingga, ada atau tidaknya dia tidak akan mempengaruhi apa-apa. Dia, setidaknya dia adalah orang yang akan sangat berbahagia saat ada yang mengucapkan kalimat, "Selamat hari lahir kawan, aku berterima kasih kepada Tuhan, karenaNya kau bisa ada di dunia ini. Ada di sini, di dekatku."

Dia mungkin hanya akan tertawa dan seakan acuh menanggapi kalimat itu, tapi andai kau tau, andai kau bisa melihat, di bola matanya telah menggenang air yang tertahan. Haru. Bahagia. Ternyata, ada yang menghargai kehadirannya, walau itu hanya satu orang. Ya, itu kamu. Temannya.