Beberapa waktu yang lalu aku masih beranggapan bahwa 'patah hati' hanya sebuah peristiwa, di mana hatimu merasa sakit karena seseorang, lalu akan membaik beriringan waktu, ya sesimple itu. Sampai suatu hari, aku mendapati seseorang yang tidak seperti seseorang yang kukenal. Alasannya; karena ia sedang patah hati.
Dia teman sekolahku, kita sangat akrab dulunya. Tapi sekarang udah jarang ketemu, padahal rumahnya gak begitu jauh dari rumahku. Kemarin ada kesempatan jalan bareng, berburu es krim tepatnya. Kita ngobrolin banyak hal, dari pekerjaan, harapan, kenangan, juga tentang apa yang tak terkatakan oleh lisan.
Aku sempat mendapat kabar kalo temanku ini dirawat di Rumah Sakit dua bulan yang lalu, katanya dia pingsan di kelas. Karena kecapekan dan dia harus beristirahat total beberapa waktu. Yah, aku pikir itu murni karena kelelahan. Ternyata,...
"Melupakan itu gak semudah yang dikatakan loh, Des." ucapnya tiba-tiba
"Aku sudah coba menyibukkan diri, mengambil tiap kesempatan kerja yang ditawarkan, aku kerja dari pagi sampai malam. Hampir slalu telat makan. Tapi, dia tetap betah mengusik pikiranku di waktu malam. Di saat aku tak melakukan apa-apa, aku tetap terpikir tentangnya. Aku capek. Tapi, aku tak sekejam itu untuk membunuh rasa yang ada di hatiku. Aku harus seperti apa?" dia menatapku dengan senyum yang dipaksakan
Hmmm, tentang hal satu ini aku mati kutu deh. Karena semua kalimat nasehat ataupun saran-saran terbaik takkan banyak membantu sepertinya. Hanya hatimu lah yang bisa menjawabnya. Apa yang ia inginkan, apa yang harusnya dia lakukan di saat seperti ini. Karena aku tak pernah menjadi dirinya, aku tak merasakan seperti apa yang ia rasakan, maka aku tak akan mengatakan sesuatu yang mungkin 'sulit' dilakukan olehnya.
Ingin sekali bilang ke dia, "Hei kawan, sebenarnya tentang urusan perasaan tak usah terlalu berlebihanlah dalam menyikapinya. Walaupun sakit, meski ada luka yang bersarang di hati saat ini. Nanti, waktu dengan sendirinya akan mengobatinya. Yah, perkara cepat atau lambat itu tergantung padamu. Mau terus-menerus merasakan sakit, atau ingin segera baik dan berusaha menyembuhkannya."
Tapi, lidahku terlalu keluh untuk mengatakannya. Di matanya ada binar bahagia saat bicara tentang seseorang itu, di matanya juga ada kilatan harapan untuk bisa bersama orang itu lagi. Walaupun lisannya berkata, "Carikanlah seseorang untukku, ayolah."
Aduhai kawan, kau tak pandai berbohong. Di wajahmu begitu jelas tergambar betapa kau sulit melupa, bukan karena tak bisa, tapi karena kau tak mau melupa. Yah, mungkin waktu dan kenyataan yang akan menyadarkanmu. Bahwasanya ia, seseorang yang menghuni hatimu itu perlahan semakin jauh dan jauh meninggalkanmu. Move on dong dear, banyak hal yang jauh lebih menarik yang mungkin bisa dikenang dan menetap dalam ingatanmu. Lepaskanlah ia, akan ada yang melega setelahnya, hatimu...
*kenapa orang-orang sering banget curhat tentang yang kek begini yah ke aku, -___-" | lantas aku cerita ke siapa donk yaaah? #ehh =))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar