Minggu, 16 Juni 2013

Menjaga Lisan

Katanya sih lidah manusia itu lebih tajam dari pada pisau belati sekalipun. Ada juga yang bilang, mulutmu harimaumu. Sesuatu yang bisa menerkammu kapan saja, jika tak kau jaga dengan baik.

Ada banyak orang terluka karena ketajaman kata-kata yang disampaikan. Ada banyak air mata yang menetes diam-diam, saat ada perkataan yang menancap tajam, terdengar dan terngiang di telinga. Ada banyak hati yang sakit karena kalimat-kalimat yang bagai racun disebar sembarangan.

Luka karena pisau dapat sembuh beriring waktu, namun konon katanya luka karena lisan teramat lama disembuhkan. Akan melekat pada ingatan, meskipun bagi mereka yang tak memiliki jiwa pendendam.

Berbahaya sekali bukan, sebuah mulut yang diciptakan dengan begitu banyaknya fungsi itu. Kau bisa membuat orang terkagum karena suaramu yang merdu. Kau bisa memakan makanan paling lezat yang ada di hidangan. Kau bisa menjelaskan ini dan itu dengan panca indera satu itu. Tapi, kau pun bisa membuat seseorang terpuruk, terpojok, terluka, juga tersakiti dengan lisan yang tak kau jaga dengan baik.

Jadi ingat kejadian di masjid tadi sore, ada seorang ibu yang marah-marah karena ada seorang gadis yang tidak sengaja membuka pintu toilet, di mana ada ibu itu di dalamnya. Padahal gadis itu sudah memanggil beberapa kali, apakah di dalam orang atau tidak, dan tidak ada jawaban.

Mungkin gadis itu salah, tapi dengan ibu itu marah-marah sambil menggunakan kata-kata kasar, jadinya seakan yang salah itu adalah ibu tadi. Dan semua orang yang ada di sana jadi tidak suka dengan ibu itu, karena sikap dan lisannya yang kurang baik.

Entahlah yah, aku juga gak ngerti kenapa orang-orang kadang bicara tidak dipikir terlebih dahulu. Apakah perkataannya akan menyakiti orang atau tidak, apakah orang yang dikasari itu akan tersinggung atau bahkan menangis karena ucapannya. Tidak bisakah kita memposisikan diri sebagai seseorang yang diperlakukan seperti itu, tidak senang pastinya kan, malah mungkin jadi benci.

Hmmm, untungnya kita memiliki suri tauladan terbaik, seseorang yang menjadi acuan kita dalam bersikap di kehidupan ini. Adalah Rasulullah SAW, seseorang yang meski sering diludahi, dihina, dicaci maki dengan sebegitunya, tetap menjaga sikap baiknya terhadap orang yang berlaku begitu padanya. Bahkan beliau selalu memberi makan dan menyuapi orang yang bersikap kasar tersebut.

Aaaah, akhlakmu sungguh mulia, duhai kekasih Allah. Bisakah kita seperti itu, yang senantiasa menjaga sikap baik kepada siapa saja, meski ia tidak berlaku baik pada kita, meski ia membenci bahkan memusuhi kita? Bisakah bersabar dalam tiap prilaku yang kurang baik oleh orang yang kita temui, dan tetap menampakkan wajah bersahabat, meski taring orang itu hampir keluar karna amarah yang memuncak?

Jika belum bisa seperti itu, paling tidak kita tidak membalasnya. Pergi jauh saja dari orang itu, kurasa itu akan sedikit menenangkan. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar