"Ada 2 jenis kerinduan," katamu suatu hari,Pagi ini ngerempong di room Akhwat Ar-Risalah di WhatsApp, ngobrol bareng temen-temen semasa di kampus. Yang sekarang tinggalnya berjauhan, ada yang di Jakarta, Surabaya, Muara Dua, yang di Palembang pun karena kesibukan kadang jarang ketemu.
"Kerinduan pertama tersebab kita pernah merasakan sesuatu dan kita menginginkannya lagi. Kerinduan kedua tersebab kita tak pernah mengalaminya dan benar-benar ingin merasakannya. Setia menunggu dalam penantian yang lugu."
(Fahd Djibran, Revolvere Project) via status FB temen..
Ada kerinduan yang diam-diam menelusuk di hati, ada air mata yang tanpa sadar mengalir membersamai hati yang rindu itu. Aaaah, teman kau akan tetap menjadi sosok istimewa di hatiku. Meski ada banyak orang-orang baru yang datang silih berganti dalam hidupku, kamu akan slalu istimewa.
Ada yang bilang, sejatinya saat kita merindukan seseorang, tidak sepenuhnya kita merindukan sosok orang itu sendiri, melainkan rindu akan moment yang sempat tercipta bersamanya. Rindu berbincang ini dan itu, bersamanya. Rindu melihat tiap ekspresi yang ditampilkan olehnya. Juga rindu segala hal tentangnya.
Maka hal tersulit dari perpisahan adalah membiasakan diri akan sebuah ketidakhadiran, membiasakan hati bahwa dia yang melambaikan tangan, akan pergi menjauh. Mungkin tidak hatinya, tapi raga yang jauh kadang membuat hati kita sulit berpaut, karena ada jarak yang menjadi benteng untuk terbayarkannya rindu-rindu akan sebuah kebersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar