Jumat, 24 Agustus 2012

Menangismu

Pernah gak kamu ngerasa napas kamu seakan sesak, padahal kamu gak ASMA.
Jantung kamu terasa berdegup begitu cepat, padahal kamu gak sedang lari.
Dan, hati kamu terasa nyeri, padahal kamu gak lagi sakit.

Rasanya, ingin teriak ke pantai. Tapi, di tempat kamu gak ada pantai.
Ingin lari ke hutan, tapi takut nyasar.
Ingin teriak di atas gedung, nanti ditimpukin sandal.

Akhirnya, kamu cuma bisa menahan rasa-rasa itu dengan menekan perasaan terdalam kamu.
Membiarkannya untuk meredam sedalam-dalamnya rasa yang membuncah,
Menenggelamkan dalam kalimat, "Aku HARUS kuat!"

Tapi, tapi, air mata kadang tak bisa diajak kompromi.
Rasa yang menyesakkan, kadang dengan teramat cepat membuat bulir-bulir bening itu berjatuhan.
Membuat hati, jantung dan napas beriring dalam satu irama, seakan mendukung tumpahnya rasa yang terpendam itu. Tanpa ampun membuat matamu menjadi memerah lalu terlihat sembab.


Aku pernah mengalaminya, bahkan sering.

Pernah, karena dituntut seorang Ketua Pelaksana untuk segera menyelesaikan Laporan Pertanggung Jawaban, sebagai Sekretaris, aku terbebani. Saat laporan itu tak kunjung beres, aku berusaha untuk tetap kuat. Sampe satu tusukan jarum jilbabku tak sengaja mengenaiku, tangis itu mendadak pecah. Membuatku sesegukan di ruang sempit Sekretariat LDK di kampusku. Sampe seorang teman di sebelahku bingung, harus bersikap seperti apa untuk menenangkanku. Cengeng yah? ^^

Pernah, batal melaksanakan penelitian skripsiku karena dosen yang terus menghambat, kurang ini kurang itu. Ketika akhirnya semua selesai, hari di mana aku harus penelitian hujan turun dengan derasnya, hingga aku harus membatalkan jadwal penelitianku hari itu. Kebetulan sekali, teman dumay-ku menelepon, tanpa ba bi bu, aku langsung minta izin nangis. Nangis sekenceng-kencengnya, sampe handphone itu basah.
Kesian temenku itu, mungkin aja dia nelpon mau curhat, eh malah aku yang curhat ke dia.

Pernah, keegoisan hati untuk memiliki sesuatu. Padahal mungkin saja sesuatu itu bukan untuk dimiliki olehku. Mencoba untuk menerima, tapi hati begitu berat untuk menerimanya. Hingga rasa yang menyesakkan itu membuat aku kembali menangis, terisak dan nyeri di hati itu begitu menyakitkan. Sampai aku teringat kembali akan kalimat seorang teman, "Allah tidak akan menjauhkan apa yang menjadi milikmu, Allah akan mendekatkan apa yang telah dituliskan untukmu."

Mungkin, di masa yang akan datang, masih ada banyak lagi ujian-ujian tanda cinta-Nya. Maka, siapkanlah hati yang lapang. Jika kau tak mampu menampungnya, tumpahkanlah ia menjadi tangisan. Yang kelak kan kau rasakan ketenangan saat ia terlepaskan. Hatimu akan lebih bersinar, napasmu akan lebih teratur, dan hidupmu akan lebih berwarna.

Karena, ada banyak bahasa hati yang tak terucapkan dengan kata dan terkadang tangisan bisa menyampaikannya dengan begitu baik. Menangismu, bukan karena lemah. Menangismu, karena kau berusaha melepaskan rasa sakit dan kembali menjadi kuat setelahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar