Jumat, 31 Agustus 2012
Pahlawan Tak Bertopeng
Kalo di serial Sinchan ada Pahlawan Bertopeng, di sekelilingku, justru banyak pahlawan yang tak bertopeng. Dia akan datang, meski tanpa ada jeritan minta tolong ataupun panggilan dari orang-orang yang membutuhkan. Dia akan datang menghampiri mereka yang membutuhkan bantuannya, di mana dan kapan pun dia berada. Allah memang Maha Penyayang deh, Dia titipkan Pahlawan Tak Bertopeng itu ke dunia ini.
Sore itu, di parkiran kampusku, aku kesulitan megeluarkan si Mici dari himpitan motor-motor besar itu. Aku berupaya sebisa mungkin untuk membebaskannya, tapi, apa daya kekuatanku hanya sebatas itu itu saja. Hampir 10 menit aku di sana, tapi tetap tuh motor kagak bisa keluar. Ya iyalah, orang dia cuma digerak-gerakin dikit doank, mana bisa keluar, maklum saat itu aku masih sangat pemula, aku baru bisa mengendarai Mici 2 minggu.
Tanpa adanya permintaan tolong, eh, tiba-tiba ada seorang Pahlawan Tak Bertopeng menghampiriku, dia menanyakan ada masalah apa, dan dengan sigap tanpa ba bi bu lagi, dia langsung membebaskan Mici dari belenggu motor-motor besar itu. Dia seorang pria, mahasiswa di kampus ku juga, jangan tanya siapa, karena aku juga gak tau siapa. Yang pasti dia tersenyum lebar saat aku bilang “Terima Kasih”, lalu pergi menghilang di kerumunan mahasiswa-mahasiswa yang lain.
Suatu hari, aku terpaksa naik bus kota, seperti biasa, rame! Aku harus berdiri karena tidak ada tempat duduk lagi, sepuluh menit berlalu aku masih berdiri, sebelum akhirnya ada seorang anak SMA yang menarik tasku, memintaku duduk di tempatnya. Aku tidak menolak kebaikannya, lagipula saat itu aku bener-bener gak tahan berdiri, ada banyak penumpang laki-laki di dekatku, dan aku harus mengecil-ngecilkan tubuhku agar tidak terlalu dekat dengan mereka. Anak SMA itu seorang lelaki, dan ternyata sekolahnya lebih jauh dari kampusku.
Sebenernya ada lumayan banyak Pahlawan Tak Bertopeng yang aku temui dalam hidupku selama ini, mereka hadir tanpa pamrih, tidak untuk minta hadiah ataupun dipuji-puji. Mereka dengan tulus membantu, lalu kemudian pergi dan menghilang, karena faktanya aku gak pernah ketemu mereka lagi.
Siapa bilang di dunia ini susah menemukan orang baik, nyatanya banyak sekali orang-orang baik yang beredar di sekililing kita, tanpa pernah kita sadari keberadaan mereka. Seorang perempuan yang memberikan tisu saat kita bersin-bersin di angkutan umum, anak kecil yang memberikan permen yang ia punya saat kita menyapanya, Bapak-bapak yang menunjukkan arah kepada kita saat kita tersesat, seorang pemuda yang tanpa kita minta membukakan pintu untuk kita, dan orang-orang yang tersenyum kepada kita tanpa di‘pancing’ terlebih dahulu.
Mereka adalah pahlawan tak bertopeng, yang Allah kirimkan untuk kita, agar kita tidak merasa sendirian di dunia ini, ada banyak orang yang akan membantu kita, saat kita sulit, lelah, penat, juga terjatuh. Meski hanya sebuah senyuman yang bisa ia berikan kepada kita. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan??
Pernah Alay
Masih mending pernah jadi alay, daripada pernah dan masih jadi alay.
Alay itu jadi keren kalo ada "pernah" di depannya, bukan "masih", apalagi "selalu".
[Oka @landakgaul]
Baca twit ini bikin senyam senyum sendiri, bener banget tuh. Two thumbs up deh!
Awalnya aku gak pernah ngerasa jadi alay, dan menurutku anak-anak alay itu agak gimanaaa gitu. Tapi, mungkin bagi mereka ke-alay-an mereka itu merupakan sesuatu yang keren, bagi mereka. Dan bagi kita yang melihatnya, itu adalah alay.
Eh ternyata aku dan mungkin juga kalian pasti pernah jadi alay, gak percaya?
Coba deh perhatiin hal terkecil yang mungkin gak pernah kamu anggap itu alay, tapi ternyata hal itu adalah bentuk ke-alay-an kita di jamannya kita.
Contohnya;
[1] Alamat emailHuaaaa, ternyata kita emang alay loh. Hayooo, coba liat alamat email kamu jaman dulu dan mungkin sampe sekarang masih kamu pake. Alay kah?Alamat emailku: achie_luv.palestine@yahoo.comKurang alay apa coba?Kalo alay itu kan kata i ditambah ch diakhiri e, jadinya yah Aci =Achie *tepokjidatKata love dulu dan kayanya sampe sekarang banyak diganti dengan luv, luph, lope, dan entah ada modifikasi apalagi. =))Dan, alamat emailnya tuh pasti agak gimanaaa gitu. Jadinya, pas sekarang aku ditanya sama orang 'penting' alamat emailku, aku malah bingung mau kasih emailku yang aktif, atau harus kasih yang baru??Maluuuuu, cukup sudah waktu masih kuliah, pas ngirim tugas via email, dosenku bilang, "Ini siapa yang anak Palestina ini? Kenapa bisa nyasar ke kelas saya?" *huaaaaa, rasanya pengen minggat dari kelas itu[2] FriendsterIh, aku pertama kali alay banget kali yah di Friendster. Aku sampe lupa apa nama Friendsetr-ku itu, padahal itu adalah batu loncatan *jiyaaahsebelum akhirnya aku bisa bertengger di dunia maya dengan mengikuti berbagai jejaring sosial yang ada. Pasti namanya alay, pasti background-nya juga agak gimana gitu.Mungkin ajah namaku dulu berasal dari gabungan angka-angka, huruf dan tanda-tanda baca yang gak banget. Bisa jadikan namaku; D3$! D4HL!@NT! *huaaaa ngebayanginnya ajah bisa ngebuat aku ketawa tawa sendiri, *hadeeeeh[3] PoseHahaha, ini nih bikin aku yakin kalo aku dulu emang alay. Dan mungkin sekarang juga akan dianggap alay bagi mereka yang melihatnya, *bodo ah, emang gue pikirin, :pAnak alay itu kan slalu berpose dengan lambang V, terus tangan dibuat kaya pistol gitu, atau nopang dagu dan biasanya paling doyan poto close up. Berasa kek poto di kotak gitu deh, sempit dan agak gak leluasa. Padahal mah, tempatnya seluas jagat raya.Kalo bareng temen, posenya kaya Power Rangers, semua pasang gaya masing-masing. Beneran alay deh! Kenapa gak poto biasa ajah gitu, kan bisa poto yang manis-manis gimana gitu. Tapi, alay tetap alay, baginya itu adalah keren, bagiku juga itu keren. =))
Dan, banyak hal alay yang tanpa sengaja dan tanpa kita sadari, itu adalah bentuk ke-alay-an kita, di jamannya kita. Tapi bagi kita, itu GAK ALAY. Karena itu adalah sesuatu yang keren di jamannya kita. Kalopun harus dianggap alay sama anak-anak yang baru melek di dunia kerennya mereka, it's no problem. Toh, gak ada hukuman untuk mereka-mereka yang alay kan? =))
Rabu, 29 Agustus 2012
Terlalu Biasa
Jika kamu mencari sosok yang cantik, maka bukan aku orang yang tepat. Jika kamu mencari sosok yang kaya raya, maka memilihku adalah salah alamat. Bahkan, jika kamu mencari sosok wanita yang taat, maka memilihku juga bukan jawaban yang akurat. Asal kamu tahu, aku memang tidak cantik di mata orang, karena jika kamu tulus mencintaiku, maka aku akan tetap cantik di matamu. Aku memang bukan gadis kaya raya yang hidup bergelimang harta, karena jika kamu tulus meminangku, kamu percaya pada janjiNya yang akan memberkahi rezeki pasangan yang menikah karenaNya. Dan aku juga bukan gadis shalihah dengan ketaatan yang sempurna, karena jika kamu tulus menikahiku, maka men-shalihah-kan diriku menjadi tujuanmu, dan kita bisa menikmati waktu dengan menjadi shalih bersama.
Jika mencintai seseorang harus dengan banyak syarat, maka aku telah gagal semenjak awal. Mencintai seseorang hanya butuh dukungan Tuhan, karena menggenapkan separuh agama bukan perkara sembarangan. Mencintai adalah hasil pekerjaan hati, maka memohonlah pada yang Maha Membolak-balikkan Hati agar kamu punya alasan yang tepat memilihku, karena aku tak ingin kamu kecewa karena telah memilihku.
Terimakasih untuk telah memilihku, meskipun aku tidak tahu, benarkah tulang rusuk ini milikmu? Hanya Tuhan yang tahu. Dan kita akan tahu itu nanti, pada masanya, pada saat seluruh manusia dikumpulkan bersama. Mereka tidak bertegur sapa, seperti tidak pernah mengenal sebelumnya, padahal mereka keluarga. Namun, ada diantara mereka yang kembali bersama, yaitu orang-orang yang mencintai karenaNya. Untuk itulah, mencintaiku hanya butuh dukungan Tuhan. Aku bukan wanita yang punya banyak alasan untuk dicintai. Jadi, maaf karena aku hanya memiliki ini, hati.
by : laninalathifa
Repost punya tetanggaku http://armelmelia.blogspot.com/search?updated-max=2012-08-24T13:16:00%2B07:00&max-results=7
Terlalu Biasa
Jika kau memilihku karena apa yang kau ketahui tentangku, sungguh, aku takkan pernah sama seperti yang kau ketahui. Ada banyak hal yang nanti kan berbeda dari apa yang selama ini coba kau kenali. Maka, kuharap kita akan senantiasa saling memahami di sepanjang perjalanan kita, nanti.
Jika kau memilihku karena kau ingin mendapatkan seseorang yang sempurna, sungguh wanita itu bukan aku. Aku memiliki banyak ketidaksempurnaan, yang mungkin takkan bisa kau terima. Aku hanya ingin mendampingi seseorang yang akan datang untuk menyempurnakan ketidaksempurnaanku, bukan dia yang mengharap seseorang yang sempurna.
Aku terlalu biasa, dengan paras yang juga biasa.
Aku terlalu biasa, dengan pengetahuanku yang hanya seberapa.
Aku terlalu biasa, dengan aktifitasku yang itu itu saja.
Aku terlalu biasa, dengan kekuranganku yang tak terkira.
Aku terlalu biasa, karena itu aku akan berusaha menjadi seseorang yang akan setia hanya padamu saja.
Aku terlalu biasa, karena itu aku hanya akan memberikan cinta hanya saat kita telah menjadi SAH.
Aku terlalu biasa, karena itu aku tak berharap kau seromantis para aktor Drama Korea.
Aku terlalu biasa, karena itu aku akan patuh dan taat padamu sebagai orang ketiga yang harus aku muliakan setelah Allah dan Rasulullah.
Yah, aku ini terlalu biasa, sangat biasa. Sadarilah itu selagi kau bisa, agar nanti kau takkan pernah merasa kecewa, karena memilihku sebagai seorang istri yang akan kau jaga dan kau cinta.
By: Aci Tankguh
Selasa, 28 Agustus 2012
Telat
Aku: "Ibu, Assalammu'alaykum? Pa kabar buk? Ini Desi, SMA 16, masih inget dak buk?"
Ibu Sosiologi: "Ooo, iya, ibu inget. Hmmm, ini Desi yang sering telat itu kan?" *kemudianhening
Masa' sih ibu cantik itu cuma inget kalo aku ini adalah siswa yang sering telat doank, emang gak ada apa sesuatu yang laen yang bisa diinget, mengingat aku pernah;
Pembangunan sekolah?
Kok bisa?
Emang si Aci ini anak kontaktor gitu?
Ayahnya pengusaha, jadi banyak ngasih sumbangan.
Di sekolahku itu ada slogan,
Dan, aku adalah siswa yang pernah membawa semua bahan-bahan bangunan yang dijadikan sebagai sanksi atas keterlambantanku itu. Sekali telat, hanya disuruh piket WC. Dua kali telat, bawa kerikil sebanyak satu kantong asoi 2 KG. Tiga kali telat, bawa batu bata, aku lupa berapa. Empat kali telat, bawa pasir, semen.
Dan jika namamu betah ada di buku piket, maka kamu pasti pernah membawa semuanya itu. Ya, sampe-sampe aku lupa berapa banyak yang uda aku sumbangkan untuk sekolah, saking seringnya telat ke sekolah.
Sekolahku itu unik, kata temen-temen sih, yang sekolah di sana itu adalah anak orang kaya. Tanya kenapa?
Karena di sana kagak ada angkutan umum, paling-paling becak, dan harganya itu mahal loh. Kebanyakan siswanya bawa motor sendiri, atau dianter sama kakak/bapaknya.
Dan sebagai ibu yang perhatian, ibuku mencarikanku langganan becak, berdua bareng temenku, Lesi.
Nah, kita ini emang pasangan paling sempurna. Saling menutupi kekurangan.
Kalo aku on time, Lesi pasti telat.
Kalo Lesi on time, akunya yang telat.
Kalo kita berdua lagi pada on time, mamang becaknya yang telat. *hadeeeeeh
Itulah salah satu penyebab terbesar keterlambatan kami, biasanya, kalo ada yang jadi penyebab dateng telat, selama perjalanan di becak, kita pada diem-dieman doank. Tapi, itu gak bertahan lama. Paling cuma sampe jam istirahat doank, pulangnya kita akrab lagi. Namanya juga ababil. =))
Kata orang-orang sih, ada 2 hal yang bisa membuat orang-orang mudah mengingatmu;
Hikzzz *nangis di bawah Jembatan Ampera
Ibu Sosiologi: "Ooo, iya, ibu inget. Hmmm, ini Desi yang sering telat itu kan?" *
Masa' sih ibu cantik itu cuma inget kalo aku ini adalah siswa yang sering telat doank, emang gak ada apa sesuatu yang laen yang bisa diinget, mengingat aku pernah;
- Jadi juara kelas loh, *BenerinBrosJilbab
- Aku juga sering nyumbang tulisan di majalah sekolah, *PadahalMahAtensiDoank
- Aku juga anak baik-baik, *NamanyaJugaAnak-Anak
- Aku juga, juga, juga siswa yang paling membantu pembangunan sekolah.
Pembangunan sekolah?
Kok bisa?
Emang si Aci ini anak kontaktor gitu?
Ayahnya pengusaha, jadi banyak ngasih sumbangan.
BUKAN!!!
Di sekolahku itu ada slogan,
"Barangsiapa yang terlambat datang ke sekolah tanpa alasan yang syar'i, maka diwajibkan untuk membawa kerikil, batu bata, pasir, atau semen."
Dan, aku adalah siswa yang pernah membawa semua bahan-bahan bangunan yang dijadikan sebagai sanksi atas keterlambantanku itu. Sekali telat, hanya disuruh piket WC. Dua kali telat, bawa kerikil sebanyak satu kantong asoi 2 KG. Tiga kali telat, bawa batu bata, aku lupa berapa. Empat kali telat, bawa pasir, semen.
Dan jika namamu betah ada di buku piket, maka kamu pasti pernah membawa semuanya itu. Ya, sampe-sampe aku lupa berapa banyak yang uda aku sumbangkan untuk sekolah, saking seringnya telat ke sekolah.
Sekolahku itu unik, kata temen-temen sih, yang sekolah di sana itu adalah anak orang kaya. Tanya kenapa?
Karena di sana kagak ada angkutan umum, paling-paling becak, dan harganya itu mahal loh. Kebanyakan siswanya bawa motor sendiri, atau dianter sama kakak/bapaknya.
Dan sebagai ibu yang perhatian, ibuku mencarikanku langganan becak, berdua bareng temenku, Lesi.
Nah, kita ini emang pasangan paling sempurna. Saling menutupi kekurangan.
Kalo aku on time, Lesi pasti telat.
Kalo Lesi on time, akunya yang telat.
Kalo kita berdua lagi pada on time, mamang becaknya yang telat. *hadeeeeeh
Itulah salah satu penyebab terbesar keterlambatan kami, biasanya, kalo ada yang jadi penyebab dateng telat, selama perjalanan di becak, kita pada diem-dieman doank. Tapi, itu gak bertahan lama. Paling cuma sampe jam istirahat doank, pulangnya kita akrab lagi. Namanya juga ababil. =))
Kata orang-orang sih, ada 2 hal yang bisa membuat orang-orang mudah mengingatmu;
- Jadi anak yang baik-baik, manis dan memiliki prestasi tak terlupakan.
- Jadi anak yang nakal, biang ribut, suka telat, agak telmi, juga sering berantem.
Hikzzz *nangis di bawah Jembatan Ampera
DAD
Walk alongside me, daddy
and hold my little hand.
I have so many things to learn
that I don't yet understand.
and hold my little hand.
I have so many things to learn
that I don't yet understand.
Teach me things to keep me safe
from dangers every day.
Show me how to do my best
at home, at school, at play.
from dangers every day.
Show me how to do my best
at home, at school, at play.
Every child needs a gentle hand
to guide them as they grow.
So walk alongside me, daddy -
We have a long way to go.
to guide them as they grow.
So walk alongside me, daddy -
We have a long way to go.
Sabtu, 25 Agustus 2012
Never Ending
Ngeliat Dwi Sagita komen di salah satu status tetangga, aku ikutan
komen, karena komennya menarik untuk dikomentari balik. =)) Padahal yang
punya status adalah seorang trainer, dan merupakan sesepuh di kampus kami dulu, dulu? Mentang uda tamat, merdekaaa.
Khawatir bakal nyampah di sana, akhirnya *sepertinya belum berakhir kami terpaksa harus pergi. Daripada nanti komenan kami semua dibuat as spam sama yang punya akun, kabuuuuur adalah hal terbaik.
Tapi, perjuangan tiga rempong ini belum berakhir. Aku dengan berbaik hati membuatkan lapak di statusku, dengan resiko yang cukup besar tentunya *gaya. Siapa tau setelah ngeliat status dengan komen-komen aneh plus bahasa yang tak bisa ditranslate, banyak friend yang tiba-tiba meng-unfriend si Aci Tankguh.
Entahlah, meski tiap hari ketemu. Di dumay, sMs, telpon, bahkan tatap muka kami gak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Ada aja hal-hal yang dikepoin, walaupun yang dikepoin itu penyebab terbesar buat jadi galau. Aaaah, hidup emang punya kita bertiga deh. Yang laen sewa lapak, =))
Khawatir bakal nyampah di sana, akhirnya *
Tapi, perjuangan tiga rempong ini belum berakhir. Aku dengan berbaik hati membuatkan lapak di statusku, dengan resiko yang cukup besar tentunya *
Entahlah, meski tiap hari ketemu. Di dumay, sMs, telpon, bahkan tatap muka kami gak pernah kehabisan bahan pembicaraan. Ada aja hal-hal yang dikepoin, walaupun yang dikepoin itu penyebab terbesar buat jadi galau. Aaaah, hidup emang punya kita bertiga deh. Yang laen sewa lapak, =))
Jumat, 24 Agustus 2012
Menangismu
Pernah gak kamu ngerasa napas kamu seakan sesak, padahal kamu gak ASMA.
Jantung kamu terasa berdegup begitu cepat, padahal kamu gak sedang lari.
Dan, hati kamu terasa nyeri, padahal kamu gak lagi sakit.
Rasanya, ingin teriak ke pantai. Tapi, di tempat kamu gak ada pantai.
Ingin lari ke hutan, tapi takut nyasar.
Ingin teriak di atas gedung, nanti ditimpukin sandal.
Akhirnya, kamu cuma bisa menahan rasa-rasa itu dengan menekan perasaan terdalam kamu.
Membiarkannya untuk meredam sedalam-dalamnya rasa yang membuncah,
Menenggelamkan dalam kalimat, "Aku HARUS kuat!"
Tapi, tapi, air mata kadang tak bisa diajak kompromi.
Rasa yang menyesakkan, kadang dengan teramat cepat membuat bulir-bulir bening itu berjatuhan.
Membuat hati, jantung dan napas beriring dalam satu irama, seakan mendukung tumpahnya rasa yang terpendam itu. Tanpa ampun membuat matamu menjadi memerah lalu terlihat sembab.
Aku pernah mengalaminya, bahkan sering.
Jantung kamu terasa berdegup begitu cepat, padahal kamu gak sedang lari.
Dan, hati kamu terasa nyeri, padahal kamu gak lagi sakit.
Rasanya, ingin teriak ke pantai. Tapi, di tempat kamu gak ada pantai.
Ingin lari ke hutan, tapi takut nyasar.
Ingin teriak di atas gedung, nanti ditimpukin sandal.
Akhirnya, kamu cuma bisa menahan rasa-rasa itu dengan menekan perasaan terdalam kamu.
Membiarkannya untuk meredam sedalam-dalamnya rasa yang membuncah,
Menenggelamkan dalam kalimat, "Aku HARUS kuat!"
Tapi, tapi, air mata kadang tak bisa diajak kompromi.
Rasa yang menyesakkan, kadang dengan teramat cepat membuat bulir-bulir bening itu berjatuhan.
Membuat hati, jantung dan napas beriring dalam satu irama, seakan mendukung tumpahnya rasa yang terpendam itu. Tanpa ampun membuat matamu menjadi memerah lalu terlihat sembab.
Aku pernah mengalaminya, bahkan sering.
Pernah, karena dituntut seorang Ketua Pelaksana untuk segera menyelesaikan Laporan Pertanggung Jawaban, sebagai Sekretaris, aku terbebani. Saat laporan itu tak kunjung beres, aku berusaha untuk tetap kuat. Sampe satu tusukan jarum jilbabku tak sengaja mengenaiku, tangis itu mendadak pecah. Membuatku sesegukan di ruang sempit Sekretariat LDK di kampusku. Sampe seorang teman di sebelahku bingung, harus bersikap seperti apa untuk menenangkanku. Cengeng yah? ^^
Pernah, batal melaksanakan penelitian skripsiku karena dosen yang terus menghambat, kurang ini kurang itu. Ketika akhirnya semua selesai, hari di mana aku harus penelitian hujan turun dengan derasnya, hingga aku harus membatalkan jadwal penelitianku hari itu. Kebetulan sekali, teman dumay-ku menelepon, tanpa ba bi bu, aku langsung minta izin nangis. Nangis sekenceng-kencengnya, sampe handphone itu basah.
Kesian temenku itu, mungkin aja dia nelpon mau curhat, eh malah aku yang curhat ke dia.
Pernah, keegoisan hati untuk memiliki sesuatu. Padahal mungkin saja sesuatu itu bukan untuk dimiliki olehku. Mencoba untuk menerima, tapi hati begitu berat untuk menerimanya. Hingga rasa yang menyesakkan itu membuat aku kembali menangis, terisak dan nyeri di hati itu begitu menyakitkan. Sampai aku teringat kembali akan kalimat seorang teman, "Allah tidak akan menjauhkan apa yang menjadi milikmu, Allah akan mendekatkan apa yang telah dituliskan untukmu."
Mungkin, di masa yang akan datang, masih ada banyak lagi ujian-ujian tanda cinta-Nya. Maka, siapkanlah hati yang lapang. Jika kau tak mampu menampungnya, tumpahkanlah ia menjadi tangisan. Yang kelak kan kau rasakan ketenangan saat ia terlepaskan. Hatimu akan lebih bersinar, napasmu akan lebih teratur, dan hidupmu akan lebih berwarna.
Karena, ada banyak bahasa hati yang tak terucapkan dengan kata dan terkadang tangisan bisa menyampaikannya dengan begitu baik. Menangismu, bukan karena lemah. Menangismu, karena kau berusaha melepaskan rasa sakit dan kembali menjadi kuat setelahnya.
Karena, ada banyak bahasa hati yang tak terucapkan dengan kata dan terkadang tangisan bisa menyampaikannya dengan begitu baik. Menangismu, bukan karena lemah. Menangismu, karena kau berusaha melepaskan rasa sakit dan kembali menjadi kuat setelahnya.
Cerita di Syawal
Handphone berdering-dering di sampingku, sebuah nama memanggil, kuabaikan, karena aku tau pasti siapa yang menelpon dan untuk kepentingan apa.
Kemudian ada sMs masuk,
Dia menelpon lagi, lagi dan lagi, sampe 4 missed called tertera di sana.
Duh, ni orang mau ngapain yah? *pikirku
jatoh dari kursi
Nih orang nekat amat sih? Beraninya dia bilang kek gitu ke aku? Emangnya dia gak nyadar apa, aku tuh uda sangat jelas bilang ke dia waktu silaturahim ke rumah lebaran kemaren. Waktu dia tanya kapan aku mau ngundang? Terus aku jawab, tunggu saja. Uda punya pacar? AKU GAK PACARAN!
Lalu, kenapa masih sMs kek begitu. Bikin ilfil!! >,<
Nelpon lagi, berakhir dengan missed called..
tweng weng, ini maksudnya apa coba. Ka'bah dipagari pagar hitam?
Narik napas, dalem, huuuuffh, sabarrrr, cobaan ini mah. *menenangkan diri
Beneran deh! Aku berasa kek ababil, anak-anak SMP gitu. Masa' yah usia segini, masih nemuin orang yang nyatain perasaan kaya tahun 2000-an. Gak ada yang lebih kreatif apa, bawa coklat, bunga, sambil nyanyi-nyanyi, kan lumayan buat bikin heboh tetanggaku.
Berusaha untuk sebijak mungkin menanggapi pesan itu, lalu kucoba untuk mengirim pesan balik ke dia, "Maaf, cinta aku uda ada yang ngisi. Maaf yah"
Diisi sama Allah, Rasulullah, Keluargaku, Temen-temenku, juga buat seseorang di perjalanan sana.
Aku gak bohong kan? Emang uda ada yang ngisi, ^^
Rasanya pengen ganti nomer handphone, tapi uda 6 tahun pake nomer ini. Uda jatuh cinta, gak mau pindah hati. Secara, aku kan setia. Sama halnya tentang kamu, aku tetep setia di sini. Sampe kamu dateng, di waktu yang tepat dengan cara yang baik dan berharap keberkahan itu menyertai kita, iya, kamu dan aku.*curcol
Kemudian ada sMs masuk,
- Hi, lagi ngapain?
- Hi, lagi ngapain? Fulan
Dia menelpon lagi, lagi dan lagi, sampe 4 missed called tertera di sana.
Duh, ni orang mau ngapain yah? *pikirku
sMs masuk, "Kalau tidak ada yang mengisi cintamu, bolehkah aku mengisinya?" FulanGubrakkkkk!! *
Nih orang nekat amat sih? Beraninya dia bilang kek gitu ke aku? Emangnya dia gak nyadar apa, aku tuh uda sangat jelas bilang ke dia waktu silaturahim ke rumah lebaran kemaren. Waktu dia tanya kapan aku mau ngundang? Terus aku jawab, tunggu saja. Uda punya pacar? AKU GAK PACARAN!
Lalu, kenapa masih sMs kek begitu. Bikin ilfil!! >,<
Nelpon lagi, berakhir dengan missed called..
sMs masuk, "Tunggu apa lagi? Apakah kau menunggu ka'bah dipagari pagar hitam?"*
Narik napas, dalem, huuuuffh, sabarrrr, cobaan ini mah. *menenangkan diri
Beneran deh! Aku berasa kek ababil, anak-anak SMP gitu. Masa' yah usia segini, masih nemuin orang yang nyatain perasaan kaya tahun 2000-an. Gak ada yang lebih kreatif apa, bawa coklat, bunga, sambil nyanyi-nyanyi, kan lumayan buat bikin heboh tetanggaku.
Berusaha untuk sebijak mungkin menanggapi pesan itu, lalu kucoba untuk mengirim pesan balik ke dia, "Maaf, cinta aku uda ada yang ngisi. Maaf yah"
Diisi sama Allah, Rasulullah, Keluargaku, Temen-temenku, juga buat seseorang di perjalanan sana.
Aku gak bohong kan? Emang uda ada yang ngisi, ^^
Rasanya pengen ganti nomer handphone, tapi uda 6 tahun pake nomer ini. Uda jatuh cinta, gak mau pindah hati. Secara, aku kan setia. Sama halnya tentang kamu, aku tetep setia di sini. Sampe kamu dateng, di waktu yang tepat dengan cara yang baik dan berharap keberkahan itu menyertai kita, iya, kamu dan aku.*
Jomblo Edisi #Rempong
Karena merasa ada yang sering nonton, jadi aku tanyalah ke temenku di twitter. Dapetlah link cinema21, terus, aku gak mau donk cuma nonton bareng keluarga doank, aku ajaklah temen deketku > Dwi dan Kiki.
Awalnya Kiki nolak buat nonton itu, tapi
Karena ke-rempong-anku, gak sengaja kalo ternyata aku ngemensyen ke Motivator Pernikahan itu, dan
mensyenku dibales, sumpah, panik! Gimana gak, beliau kan punya banyak follower yang otomatis bisa ngeliat twitnya beliau. Huaaaa, >,<
Akhirnya aku diomelin sama si Kiki malem itu. =_="
Aci Aci, kenapa sih kamu suka rempong. Liat tempat donk kalo mau rempong, *nariknarikujungjilbab
Kamis, 23 Agustus 2012
Mendengar
Emang gini seharusnyya, ada yang bicara dan ada yang mendengarkan.
Jangan semua mau bicara dan tak ada yang mau mendengar.
Padahal, dengan banyak mendengar, kamu akan jadi lebih banyak berpikir.
Dan, suatu waktu kamu bisa lebih pandai berbicara, dengan kalimat-kalimat yang pernah kamu dengarkan.
Sedang berusaha menjadi pendengar yang baik, ada yang mau didengarkan kah? ^^
Rabu, 22 Agustus 2012
Comfort Zone
Kata orang, mereka yang berada di comfort zone itu adalah orang-orang yang tidak ingin berada di progress zone. Mereka tidak menyukai perubahan dan cenderung statis.
Tapi menurutku, menurut aku yah, kita perlu merasa nyaman berada di suatu keadaan yang mengharuskan kita berinteraksi cukup lama dengan keadaan itu. Jika tidak nyaman, maka semuanya jadi tidak akan nyaman, ya iyalah.
Aku termasuk orang yang suka berada di zona nyaman, bukan berarti aku tidak menyukai perubahan. Hanya saja, hatiku terlalu berat jika harus memulai hal-hal yang baru dan mengharuskan aku mengenalinya kembali, untuk kemudian aku merasa nyaman dengan hal tersebut. Karena tidak mudah bagiku untuk merasa nyaman akan sesuatu, semua butuh waktu dan proses yang tidak singkat.
Contohnya;
[1] Sepatu
Aku merasa sangat nyaman dengan model sepatuku saat ini, kalaupun harus membeli sepatu baru, pasti aku akan memilih sepatu dengan model yang sama, hanya motif, merk, harga dan bahannya saja yang berbeda.
Masalah warna, aku juga gak suka yang terlalu berwarna, sepatuku paling warnanya putih, krem, atau gak coklat, yah paling nekat juga sih warna pink lembut. Menurutku itu warna yang paling aman, bisa dipake untuk warna baju apa saja.
Kata mereka aku gak memiliki sisi kreatifitas, tapi, kalo kita pake sesuatu yang bukan kita banget. Dan ngebuat kita gak nyaman makenya, yah mending gak usah pake sepatu deh sekalian.
Aku gak mau kalau sepatuku membuatku tidak nyaman, mau pake baju sebagus apapun, ke tempat yang sekeren apapun, semuanya jadi minus, gak berkesan.
[2] Model Jilbab
Sekarang kan lagi booming tuh model jilbab yang dipake oleh para 'hijabers', dan banyak temen-temenku yang mulai mengikuti gaya jilbab tersebut. Dan, aku salah satu orang yang gak terbawa arus untuk mengikuti model jilbab tersebut.
Alasannya;
- Aku gak bisa makenya, ^^
- Butuh waktu yang cukup lama buat makenya.
- Aku mikirnya susah buat ngambil wudhu pas mau shalat.
- Dan, aku gak suka ribet dan gak mau hal-hal yang meribetkan pikiranku.
Jadinya, aku tetep betah dengan jilbab model standar. Dari awal pake jilbab sampe saat ini, paling yah letak bros-nya ajah yang dipindah tempatkan. Hehe, gak kreatif yah? Biarin deh, yang penting aku gak ngeribetin orang lain. ^^
[3] Makanan
Nah, yang satu ini juga sama. Aku gak mau nyoba makanan yang aneh-aneh pas ke restoran, karena dulu pernah mau nyoba makanan asing gitu, eh taunya rasanya gak enak nak nak. Jadinya, aku tobat deh sok-sokan nyoba menu baru. Mending yang jelas-jelas aja lah, yang pasti makanan yang pernah dimakan ataupun kata temenku enak, dan ini pun temen yang satu selera denganku yang bilang. Baru aku percaya!
[4] Sahabat
Kalo yang ini, emang gak harus pindah-pindah. Aku punya banyak temen, dari SD, SMP, SMA, Kuliah, tetangga, temennya temen, temennya sepupu, temen organisasi, dan banyak yang lainnya. Tapi, kalo sahabat, aku cuma punya beberapa, dan itu juga berdasarkan seleksi panjang *jiyaaaah, seleksi eiy.
Gak asal nemu gitu ajah loh, untuk jadi sahabat, paling tidak aku sudah mengenalnya cukup lama lalu kemudian menjadi akrab, akrab dan akrab. Pengenalannya juga cukup dalem, gak cuma sampul luarnya doank.
Nah, kalo uda sahabat. Males rasanya buat nyari sahabat baru, semenarik apapun orangnya. Paling hanya bisa jadi temen akrab, karena biasanya sahabat kita itu uda tau seluk beluk tentang kita. Baik buruknya kita, bahkan kita ngomong kasarpun dia gak akan marah, karena uda biasa. Itulah yang nyebabin aku males buat pindah ke zona yang gak nyaman. Mending di sini sini ajah deh.
Intinya, aku tidak akan meninggalkan zona nyaman sebelum aku memasuki zona nyaman yang lainnya. Dengan sesuatu dan keadaan yangg berbeda, namun menyebabkan aku merasa nyaman ada di sana.
Tapi menurutku, menurut aku yah, kita perlu merasa nyaman berada di suatu keadaan yang mengharuskan kita berinteraksi cukup lama dengan keadaan itu. Jika tidak nyaman, maka semuanya jadi tidak akan nyaman, ya iyalah.
Aku termasuk orang yang suka berada di zona nyaman, bukan berarti aku tidak menyukai perubahan. Hanya saja, hatiku terlalu berat jika harus memulai hal-hal yang baru dan mengharuskan aku mengenalinya kembali, untuk kemudian aku merasa nyaman dengan hal tersebut. Karena tidak mudah bagiku untuk merasa nyaman akan sesuatu, semua butuh waktu dan proses yang tidak singkat.
Contohnya;
[1] Sepatu
Aku merasa sangat nyaman dengan model sepatuku saat ini, kalaupun harus membeli sepatu baru, pasti aku akan memilih sepatu dengan model yang sama, hanya motif, merk, harga dan bahannya saja yang berbeda.
Masalah warna, aku juga gak suka yang terlalu berwarna, sepatuku paling warnanya putih, krem, atau gak coklat, yah paling nekat juga sih warna pink lembut. Menurutku itu warna yang paling aman, bisa dipake untuk warna baju apa saja.
Kata mereka aku gak memiliki sisi kreatifitas, tapi, kalo kita pake sesuatu yang bukan kita banget. Dan ngebuat kita gak nyaman makenya, yah mending gak usah pake sepatu deh sekalian.
Aku gak mau kalau sepatuku membuatku tidak nyaman, mau pake baju sebagus apapun, ke tempat yang sekeren apapun, semuanya jadi minus, gak berkesan.
[2] Model Jilbab
Sekarang kan lagi booming tuh model jilbab yang dipake oleh para 'hijabers', dan banyak temen-temenku yang mulai mengikuti gaya jilbab tersebut. Dan, aku salah satu orang yang gak terbawa arus untuk mengikuti model jilbab tersebut.
Alasannya;
- Aku gak bisa makenya, ^^
- Butuh waktu yang cukup lama buat makenya.
- Aku mikirnya susah buat ngambil wudhu pas mau shalat.
- Dan, aku gak suka ribet dan gak mau hal-hal yang meribetkan pikiranku.
Jadinya, aku tetep betah dengan jilbab model standar. Dari awal pake jilbab sampe saat ini, paling yah letak bros-nya ajah yang dipindah tempatkan. Hehe, gak kreatif yah? Biarin deh, yang penting aku gak ngeribetin orang lain. ^^
[3] Makanan
Nah, yang satu ini juga sama. Aku gak mau nyoba makanan yang aneh-aneh pas ke restoran, karena dulu pernah mau nyoba makanan asing gitu, eh taunya rasanya gak enak nak nak. Jadinya, aku tobat deh sok-sokan nyoba menu baru. Mending yang jelas-jelas aja lah, yang pasti makanan yang pernah dimakan ataupun kata temenku enak, dan ini pun temen yang satu selera denganku yang bilang. Baru aku percaya!
[4] Sahabat
Kalo yang ini, emang gak harus pindah-pindah. Aku punya banyak temen, dari SD, SMP, SMA, Kuliah, tetangga, temennya temen, temennya sepupu, temen organisasi, dan banyak yang lainnya. Tapi, kalo sahabat, aku cuma punya beberapa, dan itu juga berdasarkan seleksi panjang *
Gak asal nemu gitu ajah loh, untuk jadi sahabat, paling tidak aku sudah mengenalnya cukup lama lalu kemudian menjadi akrab, akrab dan akrab. Pengenalannya juga cukup dalem, gak cuma sampul luarnya doank.
Nah, kalo uda sahabat. Males rasanya buat nyari sahabat baru, semenarik apapun orangnya. Paling hanya bisa jadi temen akrab, karena biasanya sahabat kita itu uda tau seluk beluk tentang kita. Baik buruknya kita, bahkan kita ngomong kasarpun dia gak akan marah, karena uda biasa. Itulah yang nyebabin aku males buat pindah ke zona yang gak nyaman. Mending di sini sini ajah deh.
Intinya, aku tidak akan meninggalkan zona nyaman sebelum aku memasuki zona nyaman yang lainnya. Dengan sesuatu dan keadaan yangg berbeda, namun menyebabkan aku merasa nyaman ada di sana.
Manis dan Romantis
Nemu artikel manis di Inbox FB-ku...
http://www.facebook.com/?sk=messages&ref=mb#!/?page=10&sk=messages&tid=1136083658097
Beginilah kondisinya sekarang, kata kebanyakan orang dia sedang jatuh hati, hatinya sedang terjatuh, dan selalu berharap terjatuh pada tangkapan si bunga pemekar hati. Apapun yang dilihatnya dan apapun yang didengarnya, semuanya selalu mengingatkannya pada bunga itu. Segalanya terasa manis dan romantis, bahkan kini semangat merah saga pun telah menjadi merah jambu.
Kembali dia bersandar pada tiang itu, kembali senyumnya merekah tak karuan. Dia rogoh kantong celananya untuk menggenggam dan mengambil sebuah produk teknologi, handphone. Hatinya mulai berdegup kencang, untuk kelima kalinya dalam jangka waktu 10 menit ia buka inbox handphone-nya, tertuju pada sebuah pesan, singkat isinya, hanya 3 karakter, ‘jzk’. Ah.. Luar biasa rasanya membaca pesan itu, hampir saja angan lepas dari akalnya. Memang, bukan isinya yang singkat yang membuat hatinya berdegup tak karuan, tapi lihatlah siapa yang mengirimkan pesan itu, dia..
Masih terpaku pada lamunan dan senyumnya. Tiga huruf itu seolah membius dan mengisnpirasi senyumnya. Hilanglah beban yang sedari pagi terus bergantung di pundaknya, semuanya terasa begitu ringan. Pesan singkat itu hadir bak fajar yang menyibak langit malam, kini lebih indah dan terang, manis dan romantis..
Mengalir lembut, sebuah kibasan angin baru saja menyadarkannya dari sebuah lamunan angan, sejenak mengembalikan akalnya. Benar saja, hanya sejenak akalnya kembali, menolehlah kepalanya pada sumber angin itu. Ahh.. berdesir-desir hatinya, kain panjang nan cantik itu sumbernya, secantik perempuan yang mengenakannya. Penutup kepala itu ternyata sumbernya, dan dia si pengirim pesanlah pengenanya. Larian kecil si pengirim pesan itu menciptakan angin yang mendesirkan hatinya.
Semakin panjang saja lamunannya dan semakin tak karuan saja senyumnya hingga sebuah tepukan dari seorang saudara menyadarkannya. “Gak tilawah Bro? Lumayan sambil nunggu Ashar..”
“Oh iya, lumayan sambil nunggu Ashar..”, tergugup ia menyikapi tepukan saudaranya.
Dia ambil mushaf dari tasnya, teringat targetnya hari ini belum terpenuhi. Baru saja semalam ia selesai pada surat an-Naas dan khatam. Kini dia buka lagi mushafnya dari awal, surat al-Faatihah terlewati dengan mudah, maklum sudah hafal semenjak balita. Berlanjut pada surat berikutnya, “Alif Laam Miim..”, ayat pertama ini pun terlewati dengan mudah, bahkan sangat mudah, dan benar-benar terlalu mudah hingga ia pun terhenti pada ayat itu.
Tiba-tiba bibirnya kelu, tak ingin ia melanjutkan bacaannya, hatinya seperti teriris, seperti sedang terjadi persilatan di sana. Al-Faatihah dan 3 huruf pertama surat berikutnya sangat fasih dia baca hingga semuanya menjadi terlewatkan begitu saja. Bacaannya terasa biasa saja, tak ada yang spesial, lebih biasa dari ketika ia membaca berita pengabulan judicial review UU BHP di sebuah surat kabar, tak ada getaran sama sekali di hatinya. Teringat kembali pesan istimewa pada inbox handphone-nya, pesan singkat yang hanya terdiri dari 3 huruf, begitu menggetarkan hatinya, tapi mengapa tidak dengan pesan 3 huruf pada surat terpanjang dalam mushafnya?
Dia mencoba mengulang bacaannya, “Alif Laam Miim..”, tak bergetar. Sekali lagi dia mengulanginya, masih tak bergetar. Sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi, tak ada yang berubah, masih tak bergetar. Melembab matanya dan membesar hidungnya, ingin rasanya menangis, ingin saja ia carikan sebuah alat tremor untuk ditempelkan di dadanya, agar bergetarlah hatinya, tapi itu sungguh terasa bodoh.
Keras ia genggam tangannya sendiri, berharap hatinya bergetar, berharap tangisnya tak keluar. Ia pandangi dalam-dalam mushafnya, mencari inspirasi di sana, berharap menemukan sebuah tremor. Getaran itu tak kunjung datang, dan tangis itu pun masih coba ia tahan hingga adzan pun berkumandang. Tertunduk kepalanya, pandangannya terarah ke mushafnya, tapi kosong, pandangannya kosong.
Tak tertahan, tangisnya pun lahir melalui dua matanya, butir-butir itu jatuh membasahi mushafnya, memburamkan huruf-huruf di dalamnya. Sesenggukkan nafas dan tangisnya di antara adzan yang masih terus menggema. Semakin keras adzan berkumandang dan semakin keras genggaman tangannya..
Sebuah tepukan kedua dari saudaranya, “Subhanallah akhi, ana belum pernah melihat antum tilawah se-khusyuk ini..”, tangisnya pun semakin dalam..
Batinnya hanya satu, tapi kemelut itu benar-benar terjadi, seolah ada yang sedang saling membunuh. Tak ingin rasa ini dimenangkan oleh seorang makhluk, tapi bukankah rasa ini adalah sebuah fitrah? Tapi beginikah sebuah fitrah? Mengapa fitrah ini hampir membunuh fitrah yang lain? Sebuah fitrah cinta yang seharusnya lebih suci dan mulia..
*cerita ini hanya fiktif belaka
Oleh Topan Bayu Kusuma
http://www.facebook.com/?sk=messages&ref=mb#!/?page=10&sk=messages&tid=1136083658097
Terbanglah Cintaku
“Cara baik menjaga cinta adalah memberikannya sayap. Membiarkan cinta terbang dan berkembang.” (Kak Awin Bae)
Hmmm, balik lagi bahas masalah CINTA. Sumpah! Mabok juga aku kalo tiap hari bahas CINTA, lama-lama jatuh cinta beneran nih aku. ^^v
Menjaga cinta, sempat terpikir bagaimana cara terbaik untuk menjaga cinta itu agar tetap dalam koridor yang seharusnya.
Haruskah ia dibiarkan dalam diam?
Atau hanya terlantun dalam bait-bait do’a pada-Nya saja?
Atau malah dikubur jauh dalam keputus asaan akan cinta itu sendiri?
Selayaknya, bagi para pencinta untuk menjaga cinta itu. Bagaimana caranya? Ialah dengan memberikannya sayap, lalu membiarkan cinta itu terbang dan berkembang.
Namun, masalah yang hadir selanjutnya adalah sayap itu belum bisa diberikan kepada cinta. Karena, hanya sebuah sayap yang baru bisa diberikan kepadanya, hingga ia harus terbang di langit cinta dengan satu sayap saja.
Dengan satu sayap, cinta takkan mampu terbang dengan baik, cinta itu takkan seimbang, ia akan terombang-ambing di langit yang luas itu. Diterpa angin kencang yang berhembus, tersangkut pada pepohonan yang menghadang jalannya.
Sanggupkah cinta bertahan?
Cinta itu akan bertahan, lebih kuat dari yang pernah kita bayangkan, jika ia mampu menjadikan hambatan-hambatan yang hadir dengan penuh kekuatan, kesabaran dan keyakinan akan adanya pertolongan dariNya. Maka, semuanya akan mampu ia lalui. Sayap yang sebelah itu akan terbang melangit, menyusuri tempat-tempat yang tak terjangkau kaki, melalang buana ke hati-hati yang sepi, menjadi pelita bagi mereka yang berduka, menerangi jiwa pada mereka yang nelangsa. Cinta akan terbang, meski dengan satu sayap. Cinta akan berkembang, walau sayapnya tak seimbang…
Duhai cinta, terbanglah dengan sayap-sayapmu. Buatlah dunia merasakan hadirmu, buatlah angin menjadi teman perjalananmu, buatlah pepohonan menjadi penjagamu…
Ditulis dalam rangka
"1 Minggu Menulis Bersama dengan Tema CINTA"
Aci Tankguh
{17 Juli 2011, 11.54 am}
Sederhana Saja
Dering Kebahagiaan…
Beberapa waktu yang lalu aku menelpon seorang teman lama yang kini merantau di kota orang, dia teman kuliahku dulu. Di pertengahan kuliah ia diterima kerja di Badan Pusat Statistik di Riau, sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Aku menelponnya hanya sekedar untuk menghabiskan waktu nelpon gratis yang kupunya, sekalian untuk melepas rindu.
Tak pernah terpikir olehku kalo reaksinya begitu heboh, dia sangat gembira saat mendengar suaraku. Mulailah kami berbincang panjang lebar, tentang aktifitas kami masing-masing, tentang masa-masa dulu, teman-teman lama dan banyak hal lainnya.
Andai saja aku tau, jika dengan menghabiskan sedikit pulsaku bisa membuat orang lain bahagia, mungkin aku tidak akan menunda terlalu lama untuk melakukannya…
Ketukan Cinta…
Belakangan ini aku mempunyai aktifitas baru yaitu berkunjung ke rumah teman-teman lama.
Hari itu aku mengunjungi rumah teman SMP-ku, dia satu gank denganku *jiyaaah, jadi inget masa lalu. Entahlah, apa aku memang jarang main ke sana atau karena apa. Yang jelas, orang-orang rumah itu pada antusias melihat kedatanganku. Padahal ya, aku tuh cukup sering main ke sana loh, benaran…
“Mau ngundang Des? Tumben mampir?!”
Todong ibunya padaku, saat aku mengecup takzim tangan itu dan semua mulai meledekku. Aku hanya bisa senyam-senyum gak jelas gitu deh. Temanku itu langsung mengajakku duduk di lantai yang beralaskan tikar itu. Memperlihatkan anaknya yang mungil, memintaku untuk menggendongnya. Dan dia mulai menanyakan apa maksud kedatanganku, “Dak mungkinlah orang sibuk main ke sini, kalo dak ado apo-apo.”
Ya Rabb, sederhana saja untuk membuat kebahagiaan itu hadir, sederhana saja untuk membuat senyum itu merekah, sederhana saja untuk menjadi sosok yang dirindukan, sederhana saja untuk merasakan aku ada, dalam hati dan ingatan mereka. Sesederhana itu saja aku kadang tak mampu memenuhinya, ada hak mereka yang harus kujaga, ada kewajiban yang harus kutunaikan. Karena waktu memang tak lebih banyak dari pada ‘kerja’ yang harus dilakukan.
Ternyata masih banyak sekali PR yang harus mulai kuselesaikan,…
Aci Tankguh
20 Juli 2011, 2.11 pm
Ditulis dalam rangka
"1 Minggu Menulis Bersama dengan Tema UKHUWAH"
Beberapa waktu yang lalu aku menelpon seorang teman lama yang kini merantau di kota orang, dia teman kuliahku dulu. Di pertengahan kuliah ia diterima kerja di Badan Pusat Statistik di Riau, sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Aku menelponnya hanya sekedar untuk menghabiskan waktu nelpon gratis yang kupunya, sekalian untuk melepas rindu.
Tak pernah terpikir olehku kalo reaksinya begitu heboh, dia sangat gembira saat mendengar suaraku. Mulailah kami berbincang panjang lebar, tentang aktifitas kami masing-masing, tentang masa-masa dulu, teman-teman lama dan banyak hal lainnya.
Andai saja aku tau, jika dengan menghabiskan sedikit pulsaku bisa membuat orang lain bahagia, mungkin aku tidak akan menunda terlalu lama untuk melakukannya…
Ketukan Cinta…
Belakangan ini aku mempunyai aktifitas baru yaitu berkunjung ke rumah teman-teman lama.
Hari itu aku mengunjungi rumah teman SMP-ku, dia satu gank denganku *jiyaaah, jadi inget masa lalu. Entahlah, apa aku memang jarang main ke sana atau karena apa. Yang jelas, orang-orang rumah itu pada antusias melihat kedatanganku. Padahal ya, aku tuh cukup sering main ke sana loh, benaran…
“Mau ngundang Des? Tumben mampir?!”
Todong ibunya padaku, saat aku mengecup takzim tangan itu dan semua mulai meledekku. Aku hanya bisa senyam-senyum gak jelas gitu deh. Temanku itu langsung mengajakku duduk di lantai yang beralaskan tikar itu. Memperlihatkan anaknya yang mungil, memintaku untuk menggendongnya. Dan dia mulai menanyakan apa maksud kedatanganku, “Dak mungkinlah orang sibuk main ke sini, kalo dak ado apo-apo.”
“Sibuk? Sesibuk itukah aku hingga tak ada waktu mengunjungi temanku yang rumahnya tidak begitu jauh dari rumahku ini??” Tanya itu melintas, menusuk dalam di hati…Sore itu adalah hariku dan harinya, kami menghabiskan waktu yang hanya 1 jam setengah itu dengan bercerita, cerita tentang keluarga kecilnya, tentang anaknya yang baru berusia 1 tahun itu, tentang suaminya, dan sedikit tentangku. Semua penuh dengan tawa, ada ibunya yang terus meledekku, ada adiknya yang sedari aku datang terus melirikku jahil, juga ada getar hati yang lama tertahan dalam jiwaku. Aaaaah, manisnya sore itu...
Ya Rabb, sederhana saja untuk membuat kebahagiaan itu hadir, sederhana saja untuk membuat senyum itu merekah, sederhana saja untuk menjadi sosok yang dirindukan, sederhana saja untuk merasakan aku ada, dalam hati dan ingatan mereka. Sesederhana itu saja aku kadang tak mampu memenuhinya, ada hak mereka yang harus kujaga, ada kewajiban yang harus kutunaikan. Karena waktu memang tak lebih banyak dari pada ‘kerja’ yang harus dilakukan.
Ternyata masih banyak sekali PR yang harus mulai kuselesaikan,…
Aci Tankguh
20 Juli 2011, 2.11 pm
Ditulis dalam rangka
"1 Minggu Menulis Bersama dengan Tema UKHUWAH"
Sebuah Proses Panjang
Saat Kau Kusebut, TEMAN...
Dulu, aku hanya memberimu senyuman manis saat bertemu. Di mana aku hanya pernah melihatmu di beberapa kegiatan yang kuikuti. Mulailah ku tahu siapa namamu, dan sejak itu tak hanya sesimpul senyum manis yang kuberikan ketika kita tak sengaja berpapasan, kita pun akan dengan refleks saling berjabat tangan dan saling berangkulan. Kau kini telah resmi menjadi temanku, orang yang akan mengingat siapa aku tatkala kita bertemu dalam perjalanan panjang ini...
Teman, kau mulai menemani hari-hariku. Setidaknya kau akan berkata, “Apa kabar Ci? Long time no see...” saat kita telah lama tak bersua. Aku pun akan mulai membuka cerita-cerita menarik yang ku rasakan saat itu, bertanya ini dan itu tentangmu, lalu merekamnya dalam memoriku. Aku ingin tau lebih banyak tentangmu, ingin tau seperti apa sebenarnya dirimu. Karna kau adalah temanku...
Kau Naik Tingkat, SAHABAT...
Kini, tak hanya saat bertemu saja kita kan saling bertegur sapa. Melalui pesan-pesan singkat itu kita kan mulai mengabari kondisi terkini yang kita alami. Aku mulai merasa rindu untuk bertemu, mencari waktu dan kesempatan agar bisa kembali melihatmu. Berbagi cerita dan tertawa bersama...
Aku pun mulai tau dan mencoba mengerti, kenapa kau tak suka ini dan tak suka itu. Mulai tau apa saja yang menjadi kesukaanmu, juga sedikit mengenal karaktermu. Ahay, ternyata aku salah, kau tak seperti yang banyak orang lain tau. Kau lebih ribet dari yang terbayangkan, banyak sekali perbedaan diantara kita, sahabat!
Di fase ini, aku tak lagi hanya berkisah tentang cerita indahku saja. Aku akan dengan rasa percaya padamu menceritakan hal-hal yang orang lain tak pernah tau, tentangku, masa laluku, keluargaku juga harapan-harapan yang sempat tersemai. Kau juga akan segera tau saat hatiku terjatuh pada sebuah hati, karna aku percaya, kau adalah sahabatku. Seseorang yang kupercayai, tak sungkan bagiku untuk mencarimu saat ku rasa beban itu tak lagi mampu kupikul, meminjam pundakmu untukku bersandar sejenak, meraih tanganmu saat aku tak sanggup berdiri kembali, mendakapmu saat tangis itu tak tertahan lagi...
Kau telah benar-benar naik tingkat, di hatiku. Kini, saat namamu terdengar, memoriku akan dengan secepat kilat mengeluarkan apa-apa tentangmu, kau telah memiliki folder tersendiri yang telah terprogram dalam ingatanku. Selayaknya sebagai sahabat kau akan menjagaku dengan baik, kau akan berkata yang baik-baik tentangku dan menutupi aib-ku di hadapan orang-orang, menegurku dengan ahsan saat diriku mulai limbung dalam melewati jalan ini, ya seperti itulah dirimu. Karena aku adalah sahabatmu...
Dan Kita pun Bersaudara, karena-Nya...
Kau tak perlu menunggu aku bicara padamu tentang risau yang menggelayutiku, kau akan tau dengan sendirinya. Saat kau dapati wajahku tak seperti biasa, senyumku seakan dipaksakan saja, dan saat itupun kau segera tau, ada sesuatu yang menimpaku...
Kita bagai satu jiwa yang berada di raga berbeda, Allah telah menggerakan hati ini untuk bisa memahamimu tanpa perlu aku memintanya, Dia mengikat hati kita dalam sebuah simpul bernama UKHUWAH. Saat ada rasa sakit yang menyentuh hatiku, kau yang berada jauh di sana, tanpa kuberitahu tentang apa yang kurasakan, mengirimkan pesan singkat, “Terkadang Allah itu menguji kita justru di titik terlemah kita, apakah kita layak naik kelas di hadapanNya atau tidak.” Bulir-bulir bening itupun berjatuhan, namun membawa kesejukkan di hatiku. Ingin sekali segera bertemu denganmu, memelukmu, dan mencurahkan keping-keping hati yang patah itu. Oh Tuhan, terima kasih atas nikmat ukhuwah ini...
Meski terkadang hal-hal sepele bisa membuat kita bertengkar, aku anggap itu sebagai bumbu-bumbu ukhuwah diantara kita. Karena, disadari ataupun tidak, pertengkaran-pertengkaran kecil itu justru merekatkan benang-benang yang belum menyatu itu. Aku semakin memahami, apa yang kau tidak sukai, dan coba untuk tidak mengulanginya kembali...
Walau ukhuwah kita tak bersyarat, tapi satu hal yang harus kau pahami. Aku adalah manusia biasa, banyak sekali khilaf yang pernah kuciptakan, janji-janji yang kadang terlupakan, juga hak-hakmu sebagai saudara yang sering terabaikan. Kadang keegoisan menutup rapat hatiku dari kebaikan yang ada padamu, hingga prasangka-prasangka itu tergambar dengan jelas di benakku, ada kalanya aku menuntut perhatian lebih darimu, bukan karena apa-apa aku hanya ingin kau selalu ada untukku. Karena kau adalah saudaraku…
Aci Tankguh
21 Juli 2011, 8.09 pm
Ditulis dalam rangka
"1 Minggu Menulis Bersama dengan Tema Ukhuwah/Persahabatan"
Dulu, aku hanya memberimu senyuman manis saat bertemu. Di mana aku hanya pernah melihatmu di beberapa kegiatan yang kuikuti. Mulailah ku tahu siapa namamu, dan sejak itu tak hanya sesimpul senyum manis yang kuberikan ketika kita tak sengaja berpapasan, kita pun akan dengan refleks saling berjabat tangan dan saling berangkulan. Kau kini telah resmi menjadi temanku, orang yang akan mengingat siapa aku tatkala kita bertemu dalam perjalanan panjang ini...
Teman, kau mulai menemani hari-hariku. Setidaknya kau akan berkata, “Apa kabar Ci? Long time no see...” saat kita telah lama tak bersua. Aku pun akan mulai membuka cerita-cerita menarik yang ku rasakan saat itu, bertanya ini dan itu tentangmu, lalu merekamnya dalam memoriku. Aku ingin tau lebih banyak tentangmu, ingin tau seperti apa sebenarnya dirimu. Karna kau adalah temanku...
Kau Naik Tingkat, SAHABAT...
Kini, tak hanya saat bertemu saja kita kan saling bertegur sapa. Melalui pesan-pesan singkat itu kita kan mulai mengabari kondisi terkini yang kita alami. Aku mulai merasa rindu untuk bertemu, mencari waktu dan kesempatan agar bisa kembali melihatmu. Berbagi cerita dan tertawa bersama...
Aku pun mulai tau dan mencoba mengerti, kenapa kau tak suka ini dan tak suka itu. Mulai tau apa saja yang menjadi kesukaanmu, juga sedikit mengenal karaktermu. Ahay, ternyata aku salah, kau tak seperti yang banyak orang lain tau. Kau lebih ribet dari yang terbayangkan, banyak sekali perbedaan diantara kita, sahabat!
Di fase ini, aku tak lagi hanya berkisah tentang cerita indahku saja. Aku akan dengan rasa percaya padamu menceritakan hal-hal yang orang lain tak pernah tau, tentangku, masa laluku, keluargaku juga harapan-harapan yang sempat tersemai. Kau juga akan segera tau saat hatiku terjatuh pada sebuah hati, karna aku percaya, kau adalah sahabatku. Seseorang yang kupercayai, tak sungkan bagiku untuk mencarimu saat ku rasa beban itu tak lagi mampu kupikul, meminjam pundakmu untukku bersandar sejenak, meraih tanganmu saat aku tak sanggup berdiri kembali, mendakapmu saat tangis itu tak tertahan lagi...
Kau telah benar-benar naik tingkat, di hatiku. Kini, saat namamu terdengar, memoriku akan dengan secepat kilat mengeluarkan apa-apa tentangmu, kau telah memiliki folder tersendiri yang telah terprogram dalam ingatanku. Selayaknya sebagai sahabat kau akan menjagaku dengan baik, kau akan berkata yang baik-baik tentangku dan menutupi aib-ku di hadapan orang-orang, menegurku dengan ahsan saat diriku mulai limbung dalam melewati jalan ini, ya seperti itulah dirimu. Karena aku adalah sahabatmu...
Dan Kita pun Bersaudara, karena-Nya...
Kau tak perlu menunggu aku bicara padamu tentang risau yang menggelayutiku, kau akan tau dengan sendirinya. Saat kau dapati wajahku tak seperti biasa, senyumku seakan dipaksakan saja, dan saat itupun kau segera tau, ada sesuatu yang menimpaku...
Kita bagai satu jiwa yang berada di raga berbeda, Allah telah menggerakan hati ini untuk bisa memahamimu tanpa perlu aku memintanya, Dia mengikat hati kita dalam sebuah simpul bernama UKHUWAH. Saat ada rasa sakit yang menyentuh hatiku, kau yang berada jauh di sana, tanpa kuberitahu tentang apa yang kurasakan, mengirimkan pesan singkat, “Terkadang Allah itu menguji kita justru di titik terlemah kita, apakah kita layak naik kelas di hadapanNya atau tidak.” Bulir-bulir bening itupun berjatuhan, namun membawa kesejukkan di hatiku. Ingin sekali segera bertemu denganmu, memelukmu, dan mencurahkan keping-keping hati yang patah itu. Oh Tuhan, terima kasih atas nikmat ukhuwah ini...
Meski terkadang hal-hal sepele bisa membuat kita bertengkar, aku anggap itu sebagai bumbu-bumbu ukhuwah diantara kita. Karena, disadari ataupun tidak, pertengkaran-pertengkaran kecil itu justru merekatkan benang-benang yang belum menyatu itu. Aku semakin memahami, apa yang kau tidak sukai, dan coba untuk tidak mengulanginya kembali...
Walau ukhuwah kita tak bersyarat, tapi satu hal yang harus kau pahami. Aku adalah manusia biasa, banyak sekali khilaf yang pernah kuciptakan, janji-janji yang kadang terlupakan, juga hak-hakmu sebagai saudara yang sering terabaikan. Kadang keegoisan menutup rapat hatiku dari kebaikan yang ada padamu, hingga prasangka-prasangka itu tergambar dengan jelas di benakku, ada kalanya aku menuntut perhatian lebih darimu, bukan karena apa-apa aku hanya ingin kau selalu ada untukku. Karena kau adalah saudaraku…
Ya, ukhuwah itu adalah sebuah proses panjang. Proses mengenal diri masing-masing yang takkan pernah mengenal batas waktu, proses mengerti kekurangan dan kelebihan, proses untuk memberi maaf dan menerima maaf, proses memahami atas keburukan yang tak sengaja tercipta, dan proses-proses lainnya yang kan kau jumpai dalam perjalanan panjang ini…
Aci Tankguh
21 Juli 2011, 8.09 pm
Ditulis dalam rangka
"1 Minggu Menulis Bersama dengan Tema Ukhuwah/Persahabatan"
Selasa, 21 Agustus 2012
Gagal Romantis Part 1
Suatu siang di Palembang, karena ada sesuatu dan lain hal Kiki (soulmate-ku) memintaku menjemputnya ke sekolah, tempat ia mengajar. Kebetulan aku juga mau ke kampus, jadi aku bersedia menjemputnya, sekalian jalan, agak muter dikit gak papalah.
Pernah sekali ke sekolah itu, jadi aku lupa lorong menuju sekolah tersebut. Yang akhirnya ngebuat aku tengok kanan kiri, mencoba mengingat kembali di mana lorong yang bener.
Karena terlalu fokus, aku jadi gak meratiin sekelilingku. Gak nyadar kalo di sebelahku ada truk besar dan juga bus kota yang heboh nyari penumpang, sampe akhirnya aku baru nyadar adanya 'mereka' di dekatku, gak tanggung-tanggung cara mereka membuatku sadar akan kehadiran mereka.
Ya, dengan tak sengaja truk itu menyibakkan 'ekor'nya ke Miciku, yang menyebabkan aku hilang kendali, lalu kemudian terjatuh ke jalanan yang lagi ramai-ramainya siang itu. Kontan saja kejadian itu ngebuat jalanan jadi macet, namanya juga orang Palembang, suka kepo gitu deh.
Kebetulan sekali (eh gak ada yang kebetulan ya di dunia ini) tidak jauh dari tempat kejadian ada ayuk tingkatku yang berhenti karena mendengar ada cewek pake Mio putih kesenggol truk, dan akhirnya beliau mengajakku ke rumah sakit terdekat.
Rumah Sakit? Untuk pertama kalinya aku dibawa ke RS sebagai pasien, di sana aku diperiksa intensif oleh dokter, bagian kepala khususnya, takut aku hilang ingetan kali yah?
Karena dirasa aku gak kenapa-napa, dan hanya luka-luka ringan di tangan juga kening, akhirnya aku diizinkan pulang setelah istirahat sebentar di sana.
Beberapa waktu kemudian,
Ada seorang akhwat yang dateng dengan air mata berderai-derai, dengan jilbab dan baju yang agak berantakan. Menangis sesegukan mendekatiku, Kiki. Aku berasa kaya pasien yang sakit parah dan divonis tidak akan lama bertahan hidup.
Tak ada banyak kata yang ia ucapkan, ia hanya menunduk, menangis, dan terus menangis. Aku tau, meski ia tak bicara satu kata pun, aku sangat memahami bahwasanya ia merasa sangat bersalah dan takut jika terjadi apa-apa denganku.
Mengingat tentang kejadian itu, ngebuat aku merasa gagal jadi romantis. Niatnya buat jemput seseorang, eh malah berakhir dengan tragis gitu. Yakinlah, ada hikmah dibalik semua itu. Dan, aku akan lebih berhati-hati lagi ke depannya, agar orang lain tak harus khawatir tentangku.
Pernah sekali ke sekolah itu, jadi aku lupa lorong menuju sekolah tersebut. Yang akhirnya ngebuat aku tengok kanan kiri, mencoba mengingat kembali di mana lorong yang bener.
Karena terlalu fokus, aku jadi gak meratiin sekelilingku. Gak nyadar kalo di sebelahku ada truk besar dan juga bus kota yang heboh nyari penumpang, sampe akhirnya aku baru nyadar adanya 'mereka' di dekatku, gak tanggung-tanggung cara mereka membuatku sadar akan kehadiran mereka.
Ya, dengan tak sengaja truk itu menyibakkan 'ekor'nya ke Miciku, yang menyebabkan aku hilang kendali, lalu kemudian terjatuh ke jalanan yang lagi ramai-ramainya siang itu. Kontan saja kejadian itu ngebuat jalanan jadi macet, namanya juga orang Palembang, suka kepo gitu deh.
Kebetulan sekali (
Rumah Sakit? Untuk pertama kalinya aku dibawa ke RS sebagai pasien, di sana aku diperiksa intensif oleh dokter, bagian kepala khususnya, takut aku hilang ingetan kali yah?
Karena dirasa aku gak kenapa-napa, dan hanya luka-luka ringan di tangan juga kening, akhirnya aku diizinkan pulang setelah istirahat sebentar di sana.
Beberapa waktu kemudian,
Ada seorang akhwat yang dateng dengan air mata berderai-derai, dengan jilbab dan baju yang agak berantakan. Menangis sesegukan mendekatiku, Kiki. Aku berasa kaya pasien yang sakit parah dan divonis tidak akan lama bertahan hidup.
Tak ada banyak kata yang ia ucapkan, ia hanya menunduk, menangis, dan terus menangis. Aku tau, meski ia tak bicara satu kata pun, aku sangat memahami bahwasanya ia merasa sangat bersalah dan takut jika terjadi apa-apa denganku.
Mengingat tentang kejadian itu, ngebuat aku merasa gagal jadi romantis. Niatnya buat jemput seseorang, eh malah berakhir dengan tragis gitu. Yakinlah, ada hikmah dibalik semua itu. Dan, aku akan lebih berhati-hati lagi ke depannya, agar orang lain tak harus khawatir tentangku.
Minggu, 19 Agustus 2012
Tunggu Menunggu
Kamu tak usah menunggu, ikuti saja jalanmu, kelak aku yang akan menyusulmu.
Berselancar di twitterland, nemu kata-kata ini. Suka ajah!(Rizky Septian)
Bener banget tuh, gak usah pake istilah tunggu-tungguan deh.
Kalo emang belum siap, ya biarkan saja dia berjalan duluan.
Menyusuri jalan kehidupan dengan langkah-langkah kecilnya.
Emang kamu bisa mastiin dia itu tercipta cuma buat kamu?
Kali ajah ada kamu kamu yang laen, yang dijadikan Tuhan tempat persinggahan sementaranya, sebelum akhirnya dia berlabuh di tempat yang tepat.
Kamu juga gak usah pake mau disuruh nunggu dia,
Ya mending kalo dia dateng, kalo gak?
Apa kamu mau ambil resiko tentang itu?
Kalo emang ternyata dia itu soulmate-nya kamu,
Yang Tuhan ciptakan buat menyempurnakan hidupmu,
Sejauh apapun kamu berjalan, sebanyak apapun tempat yang kamu datangi,
Dia akan menyusulmu, mensejajarkan langkahnya dengan langkahmu,
Lalu berjalan menyusuri guratan-guratan takdirNya dengan sebuah ikatan yang resmi,
tentunya bersertifikat HALAL!
Jangan mau ya disuruh nunggu hal yang gak pasti,
karena ketidakpastian itu akan sangat menyiksamu.
Menggambarkanmu
Kata orang, jodoh kita itu gak akan jauh berbeda dengan diri kita.
Paling gak sih mirip-mirip dikit, ^^
Seperti temenku yang baru menikah, awesome! Wajah mereka mirip banget, uda kaya kakak adek ajah.
Tapi, ada juga yang kemiripannya bukan dari penampilan, tapi dari tingkah laku.
Dan tidak sedikit yang kemiripan mereka tidak terlihat dari penampilan atau pun tingkah laku, melainkan dari cara berpikir, hal-hal yang disukai, dan hal-hal sederhana yang menurutku sangat serasi.
Lalu, aku berpikir. Kamu bakal mirip aku dari yang mana yah??
Apakah wajah kita nanti akan mirip? Hmmmm,...
Apakah kamu akan menyukai hal-hal yang aku suka, hujan, bintang, anak-anak, es krim, dan beberapa hal manis yang agak sedikit childish.
Saat aku mulai berpikir tentang kamu, aku berusaha sebaik mungkin untuk memantaskan diri jadi pendampingmu. Meski dengan keterbatasan yang aku miliki, karena aku tidak sempurna. Dan tidak akan pernah menjadi sempurna, karena mungkin aku lebih di satu sisi tapi banyak yang kurang di sisi lain.
Mengutip kalimat dari Istikharah Cinta:
Kamu tau mengapa Allah menciptakanmu dengan segala kekuranganmu yang ada??
Sebab akan ada saatnya Allah menyempurnakan kekurangan itu dengan hadirnya seseorang yang memiliki apa yang tidak kamu miliki.
Seseorang yang mampu menerima kekuranganmu adalah orang yang mampu menutupi kekurangan itu dengan apa yang ia miliki. InsyaAllah.
Aku percaya itu!
Aku percaya, Allah hanya akan memberikanku kepada seseorang yang istimewa. Kepada kamu yang terikat takdir denganku, tanpa adanya peta, kita berusaha mencari jalan terbaik dengan bermodal petunjuk-Nya, untuk bisa berdampingan bersama nanti.
Sabtu, 18 Agustus 2012
Cerita Ramadhan #Edisi Rempong
Sabtu, 18 Agustus 2012
Seperti malam-malam sebelumnya, aku i'tikaf di Masjid Al Aqobah 1 PUSRI, hari itu aku cuma bertemankan si Dwi.
Ketika sahur, aku dan Dwi pergi ke dapur masjid untuk meminjam gelas.
Di sana, aku melihat seseorang yang aku kenal.
Dan sepertinya dia panitia i'tikaf di sana, wuiih uda berubah tuh temenku, uda jadi ikhwan (emang selama ini akhwat apa? Hehe),
Dan, merasa mengenalku, dia langsung menyapaku, "Des?!"
Dengan rasa percaya diri yang tinggi melangit, aku langsung merespon, "Eh Mario, po kabar?"
Bukannya menjawab, dia langsung ngebalikin badan terus masuk ke dapur.
Karena bingung, aku cuma diem di tempat, sambil ngeliat temennya si Mario itu masih berdiri tidak jauh di depanku, terus dia bilang "Bukan Mario, Rolis namanya."
*gubrakkkkkk!!!
Rasanya aku mau masukin mukaku ke dalam gelas, tapi gak muat.
Malunya itu loh, masa bisa salah nama sih. -,-
Dia aja bisa ngenali aku, padahal waktu SMA dan sekarang aku jauuuuh beda.
Tapi dia masih bisa hafal aja tuh, dan gak salah nama.
Kenapa aku bisa salah ngenalin orang sih? >,<
Ini pasti karena anak-anak SMP yang bilang kalo Mario sekarang uda tobat, waktu di acara buka bersama. Jadi, kupikir dia itu lah yang namanya Mario.
Huufffh, rasanya gak mau lagi ketemu sama tuh orang, maluuuu.
Bener kata Kiki, Jangan Rempong, Nanti Bikin Malu. Hikzzzz, :((
Seperti malam-malam sebelumnya, aku i'tikaf di Masjid Al Aqobah 1 PUSRI, hari itu aku cuma bertemankan si Dwi.
Ketika sahur, aku dan Dwi pergi ke dapur masjid untuk meminjam gelas.
Di sana, aku melihat seseorang yang aku kenal.
Dan sepertinya dia panitia i'tikaf di sana, wuiih uda berubah tuh temenku, uda jadi ikhwan (
Dan, merasa mengenalku, dia langsung menyapaku, "Des?!"
Dengan rasa percaya diri yang tinggi melangit, aku langsung merespon, "Eh Mario, po kabar?"
Bukannya menjawab, dia langsung ngebalikin badan terus masuk ke dapur.
Karena bingung, aku cuma diem di tempat, sambil ngeliat temennya si Mario itu masih berdiri tidak jauh di depanku, terus dia bilang "Bukan Mario, Rolis namanya."
*gubrakkkkkk!!!
Rasanya aku mau masukin mukaku ke dalam gelas, tapi gak muat.
Malunya itu loh, masa bisa salah nama sih. -,-
Dia aja bisa ngenali aku, padahal waktu SMA dan sekarang aku jauuuuh beda.
Tapi dia masih bisa hafal aja tuh, dan gak salah nama.
Kenapa aku bisa salah ngenalin orang sih? >,<
Ini pasti karena anak-anak SMP yang bilang kalo Mario sekarang uda tobat, waktu di acara buka bersama. Jadi, kupikir dia itu lah yang namanya Mario.
Huufffh, rasanya gak mau lagi ketemu sama tuh orang, maluuuu.
Bener kata Kiki, Jangan Rempong, Nanti Bikin Malu. Hikzzzz, :((
di Ramadhan 1433 H
Malam ini i'tikaf kan?Pesan 3 layar itu terkirim ke Dwi-cat dan Kikiiiiiiii, beriring air mataku yang terus bercucuran, :((
Ba'da taraweh yo kito berangkat?
Bawa makanan, selimut + radix.
Perasaan pesan kek ini baru terkirim beberapa kali dan sekarang uda dak biso dikirim lagi, rindu pasti akan rindu.
Tahukah kamu, aku menangis bukan hanya karna bulan yang Mulia ini akan pergi, tapi aku sedih jika harus menyadari akankah kita bisa seperti kemaren di Ramadhan tahun depan? Mungkin kamu tidak akan lagi ada di dekatku, hanya Allah yang tau.
I love you, :)
Entahlah,biasanya aku tidak pernah sesedih ini, aku memang sedih jika Ramadhan beranjak meninggalkanku, khawatir tidak akan bisa beribadah seintens di Ramadhan, khawatir jika kesalahan demi kesalahan malah mengantarku pada kemurkaanNya, juga khawatir mengendurnya semangat fastabiqul khoirots-ku.
Ramadhan tahun ini teramat berkesan untukku, aku tidak pernah merasakan kenikmatan beribadah seluar biasa di Ramadhan ini. Banyak sekali hal-hal indah yang terjadi di tahun ini.
Ramadhan mengajarkanku untuk menahan sesuatu yang belum pada tempatnya, dengan berpuasa.
Ramadhan mengajarkanku untuk menyambung silaturahim yang sempat terabaikan, dengan buka bersama.
Ramadhan mengajarkanku untuk belajar disiplin, dengan shalat-shalat sunnah yang bertaburan.
Ya, Ramadhan mengajarkanku untuk komitmen terhadap waktu, karena banyak waktu yang aku miliki kadang terpakai oleh sesuatu yang kurang bermanfaat. Padahal jika aku mau, aku bisa melakukan amalan-amalan di Ramadhan ini pada bulan-bulan yang lainnya. Dengan mempersedikit waktu tidur dan main.
Tapi, ada satu hal yang membuat kesedihan itu semakin bertambah.
Jika harus menyadari bahwasanya mungkin saja Ramadhan tahun depan aku tidak bisa bersama mereka di sini, mungkin ada yang akan segera pergi dari kota ini, menikah ataupun bekerja mungkiiiin.
Hanya Allah yang tau!
Masa-masa saat ini adalah masa-masa indah yang takkan pernah terlupa, hingga nanti kita akan tertawa bersama mengingatnya, ya kita, aku kamu dan dirinya.
Memohon pada-Nya agar diberi kekuatan untuk tetap bertahan, walau tak ada kau di sini. Karena, kelak DIA akan menggantikanmu dengan seseorang yang istimewa di sisiku, ^^
dedicated: Armelia Rizky Hidayati, S.Pd dan Dwi Sagita, S.Pd
Senin, 06 Agustus 2012
Sahabat
Rasulullah bersabda, “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka
hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad
dan Tirmidzi)
Jika ingin mengetahui kepribadian seseorang, lihatlah dengan siapa ia bersahabat. Dan tanyakan kepada mereka tentang dirinya, karna sahabatnya lebih mengetahui siapa dia dibanding dirinya sendiri.
Dan sahabat yang baik ialah sahabat yang menutupi aib saudaranya, juga tidak akan berbicara jelek tentang sahabatnya.
Jika ingin mengetahui kepribadian seseorang, lihatlah dengan siapa ia bersahabat. Dan tanyakan kepada mereka tentang dirinya, karna sahabatnya lebih mengetahui siapa dia dibanding dirinya sendiri.
Dan sahabat yang baik ialah sahabat yang menutupi aib saudaranya, juga tidak akan berbicara jelek tentang sahabatnya.
Langganan:
Postingan (Atom)