Suatu saat, kuminta nasehat pada seorang sahabat…
Aku merasa tak layak akh, katanya…
Aku tersenyum dan berkata…
Jika tiap kesalahan kita dipertimbangkan…
Sungguh, di dunia ini tak ada lagi
orang yang layak memberi nasehat…
Memang merupakan kesalahan…
Jika kita terus saja saling menasehati…
Tapi, dalam diri kita tak ada hasrat untuk berbenah
dan menjadi lebih baik lagi di tiap bilangan hari…
Tapi, adalah kesalahan juga…
Jika dalam ukhuwah tak ada saling menasehati…
Hanya karena kita berselimut baik sangka kepada saudara…
Dan, adalah kesalahan terbesar…
Jika kita enggan saling menasehati…
Hanya agar kita sendiri tetap
merasa nyaman berkawan kesalahan…
*Jalan Cinta Para Pejuang, karya Salim A Fillah, hal 284*
Beberapa waktu yang lalu seorang adik bercerita kepadaku, ia menceritakan tentang seseorang yang membuat hatinya sedikit tersentak. Kurang lebih seperti inilah kronologis kejadiannya, *jiyaaah, gaya bener lu Ci…*
Senior: Alangkah baiknya jika “status” dan sMs yang bernadakan tausiyah itu ditujukan ke dirimu sendiri dik…
Adik: Maksudnya mb??? *bingung, lalu diam sejenak dan kemudian kembali bersuara* >>
Apakah salah jika ana mengirimkan sMs tausiyah dan mempost-kan status berisikan tausiyah?? Jika mb merasa tidak nyaman dengan hal itu, mulai dari sekarang mb gak akan melihat status ana dan mendapat sMs tausiyah dari ana… Afwan, kalo selama ini apa yang ana berikan membuat mb merasa seperti ini...
Ya, kurang lebih seperti itulah yang ana dengar dari adik itu, sejak saat itu adik itu meremove seniornya dari FB…
Ana kembali mencoba merenungi setiap apa yang ana tulis dan katakan, karena telah jelas di dalam Al Qur’an surat Ash-Shaff (61) ayat 2-3 “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Mungkin bagi sebagian orang apa yang ana sampaikan ini adalah alasan klise yang sering kali dilontarkan, tapi peduli amat dengan kata-kata orang di luar sana. Toh, yang tau niat yang ada di hati ana hanya Allah, pun diri ana sendiri belum tentu bisa mengetahui seratus persen apa yang menjadi niat ana. Jadi, kenapa harus diambil pusing tentang pendapat orang terhadap ana…
Sama seperti manusia pada umumnya, ana bukan malaikat yang tak pernah salah. Jika apa yang orang pandang baik tentang ana, itu hanyalah salah satu kemurahan dari Allah Yang Maha Pemurah yang masih menutupi aib-aib ana, yang jika DIA beberkan ana takkan berani lagi untuk bertemu dengan orang lain. Karena terlalu banyaknya keburukan yang ana miliki!
Apa yang ana tulis, baik itu di sMs, catatan, status, blog, dan di mana pun itu. Semuanya ana khusus kan untuk diri ana pribadi.
Kenapa harus di-post-kan???
Ana hanya ingin orang lain, yang mungkin juga membutuhkan sesuatu yang dapat sedikit menenangkan hatinya kala dilanda sebuah permasalahan, di mana ia belum menemukan solusi dari apa yang ia alami itu. Makanya ana membagikannya untuk orang-orang yang ada di sekitar ana! Walau kadang, sebagian tulisan itu tidak tercermin dari diri seorang Aci. Bahkan jauuuuh sangad, tapi ana selalu mencoba tuk mengaplikasikan apa yang ana dengar, ana katakan dan ana tulis. Ya, meski kadang terbentur pada realitanya, ana tetap berusaha menjadi insan yang lebih baik lagi, lagi, dan lagiii…
Satu hal lagi, ketika ana menuliskan sesuatu, apa pun itu. Tentang motivasi ataupun kalimat hikmah, itu menjadi sebuah pengingat bagi ana, layaknya “alarm” yang siap mengingatkan ana ketika ana mulai keluar dari jalur yang seharusnya.
Alangkah baiknya, jika apa yang kita katakan sejalan dengan apa yang kita kerjakan. Seperti kata para Dewan Pembina LDK di kampus ana, medan kata-kata itu jauh lebih mudah dari pada medan bergerak. Mengatakan sesuatu itu jauh lebih mudah daripada mewujudkan apa yang kita katakan itu, action itu jauuuuh lebih sulit dari sekedar teori tanpa realisasi.
Namun, tetaplah menulis kawan, tak ada yang melarangmu. Pun tak ada yang berhak membatasi ruang gerak jari-jemarimu tuk menuliskan apa yang ada dibenakmu. Mungkin, dengan tulisan-tulisan sederhanamu itu engkau dapat menghantarkan orang lain ke jalanNya. Menulislah dengan hati, karena hati hanya akan dapat disentuh oleh hati. Iringilah setiap perkataanmu dengan perbuatanmu, hingga Allah takkan murka atas apa yang engkau lakukan. Tapi, jangan cuma “omong doank” loh!!
Entahlah kenapa diriku begitu rindu menulis, ada hal yang mampu menarikku untuk terus tertarik menyelusuri bait per bait kata-kata yang jauh dari istilah “indah” itu. Meski pun gak indah, paling tidak ana ikut sedikit berkontribusi dalam menyebarkan betapa indahnya agamaku ini >> ISLAM. Jika bukan kita yang mengabarkan betapa indahnya ISLAM dengan Allah sebagai Tuhan Yang Esa, Al Qur’an sebagai kitab sucinya, Muhammad sebagai Rasul yang patut kita tauladani akhlaknya, dan dengan beragam hal indah lainnya. Lalu siapa lagi???
SEMANGAAAAD!!! SUKSESSS!!!
Palembang, 17 Juli 2010