Entah sejak kapan saya mulai terbiasa melakukan sesuatu seorang diri, tanpa berharap akan ada seorang teman dekat yang akan menemani. Pergi ke toko buku sendiri, mencari-cari sepatu cantik seorang diri, makan es krim juga sendiri.
Mungkin terlihat agak menyedihkan yah? Seperti gak punya teman, seperti seseorang yang diabaikan dari pergaulan. Apapun itu, yang terpenting saya menikmati saat-saat itu.
Sendiri membuat saya lebih bisa menghargai arti kebersamaan, bahwa kebersamaan adalah satu dari banyaknya hal berharga yang patut disyukuri. Nikmat Tuhan yang tak tergantikan, baik itu bersama keluarga atau sahabat-sahabat dekat.
Awalnya saya slalu ingin melakukan ini dan itu bersama seorang teman, siapapun itu. Tapi kemudian saya berpikir untuk tidak terlalu berharap pada seorang insan, meski ia bergelar sahabat dekat. Saya hanya tidak ingin kecewa, jika ternyata dia tidak slalu bisa membersamai saya, di saat saya inginkan ia ada.
Dan, saya pun mulai terbiasa dengan kesendirian saya. Saya merasa jauh lebih mandiri, tidak tergantung pada kehadiran teman-teman saya. Saya bisa pergi berlibur dengan orang-orang baru yang saya kenal, saya bisa menjalani i'tikaf dengan banyak teman baru yang gak kalah menyenangkan, saya merasa mempunyai lebih dari sepasang sayap hingga bisa terbang sebebas saya bisa.
Yang jelas, di hati dan benak saya, saya gak pernah terlalu berharap lagi akan kehadiran orang yang saya harapkan. Saya pun jadi bisa lebih mengontrol diri saya, tidak semua hal harus saya bagikan kepada orang-orang terdekat. Tidak semua waktu harus saya habiskan bersama mereka. Saya butuh waktu untuk diri saya sendiri, untuk mengetahui apa yang sebenarnya saya inginkan.
Karena pada akhirnya, kita semua akan kembali sendiri. Tanpa ada teman yang akan menemani, tanpa ada suara yang akan berbicara bersama kita, tanpa ada telinga yang akan mendengar apa yang dikatakan. Yah, kita akan kembali padaNya, seorang diri, sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar