Jumat, 05 April 2013

Malaikat Tak Bersayap

Satu pekan yang lalu saya sempat kurang sehat, sakit lah bahasa kerennya. Jadi selama satu pekan saya istirahat di rumah, gak kerja, gak ke mana-mana.

Saya itu kalo lagi sakit agak manja, pengennya deket-deket ibu mulu. Entahlah yah, kalo dipegang keningnya sama ibu itu langsung ngerasa sembuh deh. Ajaib! Makan juga cuma maunya kalo ada ibu, jadi semuanya ibu. Ibu itu adalah dokter terbaik dan perawat tersabar yang pernah saya temui.

Namanya juga lagi sakit, banyak banget maunya. Pengen makan ini itu, dan semuanya itu berusaha dipenuhi sama ibu. Dibeliin sepulang ngajar atau dibuatin sendiri. Maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan? Saya rasanya mau nangis, harus ngebalas ibu dengan apa ya. Bubur dimasakin, karena saya gak boleh makan pedes dan asam. Jadi di rumah itu ibu masaknya sesuai anjuran dokter, saya ngerasa gak enak sama yang lainnya.

Makanya saya harus cepet sehat biar gak ngerepotin orang lagi, lagipula sakit itu gak enak loh. Gak bisa aktifitasan di luar, dijengukin sama temen, ditanyain murabbiyah terus gimana keadaannya. Ngerasa jadi orang kok bikin khawatir orang lain terus, -___-"

Sempet mikir, apa semua ibu akan sebaik itu yah? Apakah saya nanti bisa jadi ibu yang baik juga buat anak-anak saya? Mengingat saya ini yah gini ini, >,<

Wajarlah kalo syurga itu ada di bawah kaki ibu, kita diwajibkan untuk berbakti kepadanya. Dan ibu itu disebut tiga kali oleh Rasulullah sebagai orang yang harus dimuliakan, baru setelahnya ayah. Meski seluruh hidup saya dibaktikan ke beliau, saya gak akan pernah bisa membalas semua yang pernah ia kasih dengan ikhlas kepada saya dan anak-anaknya yang lain.

Malaikat tak bersayap yang Allah kirimkan di dunia ini adalah ibu, yang sejak kita masih di dalam kandungan sudah banyak berkorban. Dan kebetulan saat ini dua orang teman dekat saya sedang hamil muda, dan saya yang cukup dekat dengan mereka bisa melihat bagaimana beratnya perjuangan ibu ketika mengandung.

Gak habis pikir kalo sampai ada seorang anak yang mengusir ibunya keluar dari rumah atau bahkan ada yang memenjarakan ibunya hanya karena ibunya memotong pohon miliknya, seperti yang saya dengar beberapa hari lalu di sebuah berita. Kok bisa yah ini orang seperti itu? Gimana kalo dia diperlakukan seperti itu, oleh anaknya sendiri. Pasti hatinya sakit sekali. :(

Selagi ibu masih ada di samping kita, masih bisa dicium tangannya ketika pergi, masih bisa dicium pipinya ketika kita lagi hepi, masih ada yang suka 'cerewetin' kita kalo lagi bandel, juga selagi beliau masih bisa menerima bakti kita. Baiknya kita senantiasa melakukan yang terbaik untuknya, memuliakannya juga menjaga hatinya agar tak tersakiti oleh sikap kita yang kadang kurang baik terhadap beliau.

Karena bisa jadi kita akan menyesal terus-terusan ketika wanita mulia itu tidak lagi ada di dekat kita, yang hanya dengan do'a kita bisa mengobati kerinduan-kerinduan kepadanya, juga menunjukkan bakti kita sebagai anak yang shaleh. Yah, hanya dengan do'a. Karena tak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk membalas semua yang pernah beliau berikan ke kita.


Hadiah terindah yang pernah ayah berikan ke Aci adalah menikahi ibu dan menjadikan ibu sebagai ibunya Aci. Terima kasih untuk tiap senyum manis itu. Terima kasih untuk semuanya.
Ibu, Aci sayang ibu karena Allah. Kemarin, hari ini dan selamanya.

1 komentar: