Rabu, 05 Mei 2010

Hari-Hari Bersama CINTA-ku

2 Hari yang Penuh Cinta…


Alangkah indahnya bila tiap waktu yang berjalan dilalui dengan jejak kebahagiaan yang tak pernah memudar, betapa bahagianya jika kehadiran kita di tengah orang-orang terdekat membawa arti sendiri bagi mereka yang begitu istimewa…
Dua hari yang penuh cinta, kenapa aku mengatakan hal itu? Karena aku begitu merasakan sebuah cinta persaudaraan yang begitu kental dalam dua hari itu. Ingin sedikit berbagi kepadamu tentang hari-hariku…

Sabtu, 10 April 2010
Waktu telah menunjukkan pukul 07.30, aku masih sibuk dengan aktifitas pagiku di rumah. Telat!!! Benar-benar telat, acara mulai jam 08.00. Jarak rumahku ke tempat kegiatan cukup jauh, paling tidak 40 menit untuk sampai ke sana, belum ditambah mobil yang suka berlama-lama ria menunggu penumpang lainnya. Kalau ada si Mici sih nyantai aja, 20 menit juga dah nyampe. Masalahnya Mici dipinjem oleh kakakku untuk waktu yang tak ditentukan. Akhirnya setelah aku selesai dengan aktifitas pagiku itu, aku berangkat dengan cukup terburu-buru, hingga buku catatanku tertinggal di rumah. Untung aja bukan acara taujih yang mengharuskan aku tuk mencatat materinya, hari itu aku akan menghadiri Living Quotient Training dari Mata Air Syurga Training Center (MASTER) di Masjid Raya Taqwa Palembang. Ini LQ yang ke-4 kali aku ikuti, meski dah berkali-kali tetep aja slalu menyisakan rasa yang berbeda tat kala aku mengikutinya. Aku mengatakan, men-charge ruhiyah.

Tentang Putri Kecilku…
Ketika aku sibuk melihat jam di handphone-ku, masuklah sebuah pesan dari nomor asing. Ternyata dari sahabat kecilku yang baru kukenal beberapa bulan ini, bertemu dengannya hanya satu kali. Di teras musholla kampusku, ketika itu ia menghadiri pertemuan anak-anak SMA tuk mengikuti kegiatan Sukses UN dengan Keyakinan, yang juga diselenggarakan oleh MASTER. Awalnya hanya perkenalan biasa, dia menyebutkan namanya, aku pun begitu. Kupikir dia telah kuliah, wajahnya dewasa banget sih, anak SMA sekarang kan jauh lebih cepat tumbuh ketimbang masa-masaku dulu (^__^). Saat itu aku sedang menunggu tuk syuro’ terkait kegiatan itu juga, karena acaranya belum dimulai aku pun memulai obrolan dengannya. Kudengar sayup-sayup suara Saujana dengan Suci Sekeping Hati-nya melantun dari handphone si putri itu, aku sangat suka lagu itu. Lalu kukatakan kepadanya, mb suka banget sama lagu itu dek. Adek juga suka ya? Iya mb, aku suka lagu ini, bagus sih. Kemudian berlanjutlah perbincangan itu, sampai pada ia menceritakan tentang sahabat dekatnya yang mendapatkan hidayah tat kala mengikuti LQT beberapa waktu sebelum itu, si putri ini ingin sekali mengetahui seperti apa LQT itu, hingga sahabatnya itu begitu antusias menceritakan kepadanya.

Kau tau sahabat, tidak ada yang kebetulan di dunia ini, tanpa disadari aku mengenal sahabatnya itu, aku mengenal sosoknya ketika ia mengatakan, ia menghadiri LQT ini karena ia diminta oleh sahabatnya untuk datang ke acara itu, ia menangis terseduh ketika menyampaikan pesan dan kesan tentang kegiatan hari itu, ia begitu berterima kasih kepada sahabatnya yang telah menjadi jalan tuk dirinya, hingga ia memutuskan tuk menutup aurat sejak saat itu. Sungguh kisah yang mengharukan, saat aku mendengar sahabat putri kecilku itu bercerita, tanpa terasa berurailah air mataku, teringat akan salah seorang teman yang juga menjadi salah satu jalan aku bisa berada di jalan ini, meski sekarang ia tak lagi sejalan denganku.

Ya putri yang kukenal begitu singkat itu mengirim pesan kepadaku, ia menanyakan tempat kegiatan Sabtu itu. Lalu kami pun berjanji tuk bertemu di suatu tempat, agar bisa pergi bersama ke acara tersebut. Dia sampai lebih dulu ke tempat itu, ia duduk lengkap dengan seragam Pramuka-nya sambil mendengarkan MP3 dan membaca buku. Kuhampiri dan kupanggil namanya, ia pun sesegera mungkin melihatku dan kemudian berdiri. Ia merasa sungkan saat pertama kali bertemu denganku, mungkin dia agak lupa-lupa ingat dengan wajahku kali ya. Tapi aku slalu ingat wajahnya, wajah si putri yang begitu bersemangat ketika ia berbincang denganku di 14 Februari lalu…
Selama perjalanan kami berbicara seadanya, tidak banyak yang kami bicarakan. Karena kami merasa datang begitu terlambat, saat itu jam telah menunjukkan pukul 9 kurang, dan kami masih dalam perjalanan. Telat! Apa kata dunia?? Ckckck…

Perjuangan putri kecilku itu untuk sampai ke acara tersebut begitu besar, dia menyelesaikan ujian praktek mulok (muatan lokal)nya dengan secepat ia bisa, hanya untuk mengikuti LQT. Aku banyak belajar darinya, banyak sekali. Tentangnya yang tetap tegar meski tak lagi ada ibu yang menemani, ia mengangkat tangan ketika trainer menanyakan siapa yang telah kehilangan sosok ibu dalam hidupnya, dia mengangkat tangan dan aku langsung memandangnya. Tak lama dari sana, ia memelukku dengan erat. Aku tak kuasa tuk menahan tangis, subhanallah, apa aku bisa sekuat putri kecilku ini. Dia tetap tersenyum dan terus bersemangat, bersamanya kutemukan warna baru dalam hidupku. Ada lagi sesosok pribadi tangguh yang coba kupelajari, semoga putri kecilku dapat meraih cita-citanya. Ia ingin sekali bisa terus memperbaiki diri, menjadi muslimah sejati, dan menjadi pribadi yang berprestasi. Amiiin…
Aku masih teringat untaian katanya ketika berjalan di sampingku, “Aku ingin pakai jilbab kaya mb, tapi kapan ya? Pas kuliah aja kali ya mb, kan aku uda ga pake seragam lagi. Aku ingin punya mb-mb yang kaya mb pas di kuliah nanti.”

Seharian itu kuhabiskan dengannya, aku merasa seperti punya adik. Sampai-sampai aku mengenalkannya sebagai adikku kepada sahabat-sahabatku, dan mereka hanya tersenyum karena tau aku adalah anak bungsu.. ^___^

Petualangan dengan putri kecilku berakhir sampai jam 17.10, selesai kegiatan itu sebenarnya aku ingin pulang bersamanya. Tapi, karena ada hal yang masih harus kukerjakan, hingga aku harus melepas kepergiannya seorang diri. Mengenalmu, suatu anugerah. Dan teruslah berjuang duhai Putri kecilku… Mb mencintaimu karena-Nya…

Kasih Sayang Dewi Hijau-ku…
“Dek, kalo dah nyampe di tempat kegiatan susul mb ke kolam ya!”
Itu sMs dari dewi hijauku, semua berawal dari facebook. Aku mengenalnya kurang lebih 3 bulanan ini, sering kali ia men-tag ku di catatan-catatan indahnya di facebook, dia pun sering mampir ke status-statusku, adalah indah dapat mengenal dirinya. Pertama kali bertemu dengannya sama dengan hari di mana aku bertemu dengan putri kecilku, 14 Februari 2010 lalu. Aku menjabat tangan itu, dan kudapatkan senyum manis dari wajah teduh itu. Ya, semuanya biasa saja. Sampai ketika kami bertukar nomor handphone, ia kerap kali mengirimkan pesan-pesan indah untukku, walau terkadang aku jarang meresponnya.

sMs itu telah sampai padaku kurang lebih 1 jam ketika aku sampai ke tempat kegiatan, dan aku baru menyusulnya ke kolam dekat masjid, karena kebetulan acaranya belum dimulai, beberapa hal yang menjadi kendala hingga acara itu sedikit mengalami halangan, dari tempat yang berpindah-pindah, waktu kegiatan yang agak sedikit molor, namun takkan mengurangi hakikat dari kegiatan itu. Aku menyusulnya, kau tau sahabat baru kali ini aku merasa diistimewakan, tat kala kaki ini melangkah mendekatinya, bukannya ia menunggu di tempat duduknya yang nyaman itu, tapi ia berjalan menujuku, seharusnya ia tak perlu melakukan hal itu, karena toh aku juga akan menghampirinya, mungkin itulah yang membuat ia istimewa di mataku. Karena ia pun memperlakukanku dengan begitu istimewa, aku sampai tersipu malu ketika kami bertemu di tengah pinggiran kolam itu. Dan satu hal yang tak pernah kulupa darinya, pelukan erat yang begitu hangat. Tinggi badannya agak lebih lecil dariku, namun ia tak memintaku tuk menunduk, tapi ia lah yang meninggikan badannya. Sungguh, aku merasa begitu tersentuh dengan hal-hal yang mungkin tak penting bagi orang lain. Namun hal sederhana inilah yang kadang sulit kudapatkan dari orang yang lain…

Hal lainnya yang mampu membuatku makin menyayanginya ialah ketika kukatakan, “Ada yang punya jarum pentul nganggur ndak??” Dengan sesegera mungkin ia mengotak-atik jilbabnya, menukar jarum-jarum yang tersemat di lembaran kain itu, ia mengambil satu jarum yang ada di sana dan memberikannya kepadaku. Luar biasa!!! Ukhuwah, inikah ukhuwah itu??? Tat kala kita mampu mencintai saudara kita sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Aku begitu terkejut melihat reaksinya yang super cepat itu, tanpa berpikir panjang ia melakukan itu, tanpa menanyakan padaku untuk apa jarum itu kupinta. Ketika jarum itu telah berada di jemariku, ku katakan dengan wajah yang agak sedikit malu, “Mb, jarum ini cuma tuk bagian belakang kok. Ndak begitu penting, jadi kalo mb masih butuh, ya diambil lagi saja jarum ini” Dia hanya tersenyum melihat raut wajahku, senyum yang begitu khas…

Duhai sang dewi hijauku, betapa beruntungnya aku ketika kau katakan ingin menjadikanku adikmu, harusnya aku lah yang meminta tuk dijadikan adikmu, bukan sebaliknya…
Aku merasa terenyuh ketika melihat wajahmu yang merona merah, ketika kusuapkan potongan kue-ku ke dalam mulutmu. Aku hanya ingin sedikit meninggalkan goresan kenangan yang dapat kau ingat ketika namaku terdengar, ketika wajahku terlihat, dan ketika aku hadir dalam benakmu. Kau bilang aku romantis, sungguh aku hanya ingin sedikit bersikap manis untuk seseorang yang manis seperti dirimu…

Ahad, 11 April 2010
Dengan gamis hijau dan jilbab putihku, aku tampak seperti akhwat bangeeeet. *lah, emang selama ini jadi ikhwan ya bu?* Hahaha… Biasanya kan jarang pake gamis, walopun pake gamis, ranselku tak pernah ketinggalan. Kali ini beda, aku hanya memakai tas putih kecilku, masalahnya ndak ada yang perlu dibawa, jadi yang kecil lebih praktis. Lagian datengnya kan ke acara Pre Wedding Training, jadi harus berlaku layaknya orang yang telah pantas tuk menghadirinya… *jiyaaaaah, apa hubungannya????*

Aku ndak mau bahas tentang acaranya, karena akan membuatku jadi gimanaaaa gitu… (T_T)
Seharusnya aku mengikuti acara ini setelah aku lulus kuliah, atau setelah kakak tertuaku menikah. Jadi hatiku ndak akan menjadi sesak seperti ini, seperti ada beban yang mengganjal di pundakku. Hanya Allah-lah Yang Maha Tahu, bukan inginku tuk menunda sesuatu yang harusnya tak perlu ditunda, tapi mungkin karena belum saatnya tuk menyegerakannya. Bukan berarti aku tak yakin akan kematian yang terus mengintaiku, aku yakin akan hal itu, tapi tak mungkin aku berlaku dzhalim pada orang lain karena keegoisanku tuk segera menyempurnakan agama ini. Lagipula, emang dah ada calonnya apa mo nikah dalam waktu dekat ini? Calonnya kan masih disimpen sama Allah, nanti Ia hadiahkan padaku di waktu yang tepat. Sabar aja ya Ci, semua akan indah pada waktunya kok... (^__^)

“PERKARA NIKAH bukan pada cepat atau lambat, muda atau tua, kuliah atau lulus kuliah, namun pada niat kita dan izin-Nya. Nabi dan rasul Allah, sahabat, tabi'in dan orang-orang sholeh ada yang menikah usia muda, tua, cepat, lambat satu, lebih dari satu, kaya, miskin, bahkan ada yang tak sempat menikah ketika hidup di dunia ini. yang paling penting adalah semua dalam kehidupan ini lakukan yang terbaik dan berusaha untuk menjadi yang terbaik dan berserah diri hanya kepada Allah dan Dia yang akan meridhoinya. Setiap pribadi kita punya masalah, latar belakang kehidupan yang berbeda-beda dan tentunya Proses menuju pernikahanpun di antara kita berbeda-beda, sungguh tak ada satupun yang sama. Maka akan lahirlah sikap bijaksana dalam diri kita, bukan menuntut orang untuk berproses seperti kita apalagi memaksa. Sungguh pernikahan adalah rahasia Allah. MENIKAH kita tetap SUKSES, MULIA dan BAHAGIA. BELUM MENIKAH kita juga tetap SUKSES, MULIA, dan BAHAGIA. INGAT! BUKAN TIDAK MENIKAH tapi BELUM MENIKAH. Selamat menikmati proses dengan cara Allah.”
Hendi Kurniah

Yang jelas, banyak ilmu baru yang kudapatkan dari acara itu. Salah satunya ialah aku ingin berubah, menjadi lebih baik lagi, ndak mau lagi marah-marah, ndak boleh lagi kesel, bete, sakit hati, kecewa, berprasangka buruk, dan sifat-sifat negative yang kan merusask hati dan membuat aku jadi ndak bahagia. Buat apa hidup kalo ndak bahagia, jadi tinggalkanlah segala hal yang tak membahagiakanmu. Tinggalkan!! Tinggalkan!! Dan TINGGALKAN!! Berjanji pada diri sendiri tuk terus berbenah diri, agar ndak malu pada pemilik diri ini, Allahu Rabbi… Ingatkanku ketika aku lupa, nasehati aku ketika aku terkhilaf, dan tegurlah aku jika aku tak ingin berubah. Karena engkau adalah sahabatku, saudaraku, haruslah kau menginginkan agar kiranya aku menjadi lebih baik dari waktu ke waktu…

Masih tentang beberapa orang yang membuatku merasakan cinta, sosok-sosok istimewa yang kan kuingat dalam perjalanan ini…

Tentang Dewi Hijau-ku, Lagiii…
Sesampainya di tempat kegiatan, aku langsung melihat sang Dewi hijau dengan jilbab hijau dan kacamatanya, anggun sangat euy. Seperti biasa, ia menjabat tanganku, erat. Lalu memeluk tubuhku, begitu hangat. Ada setruman cinta yang mengalir darinya yang dapat kurasakan, damaiii. Hilanglah semua rasa gelisah yang sempat ada, walopun sebenernya saat itu aku sedang complain dengan Pak Direktur MASTER Cab. Palembang, habis dia bilang ke temenku, “Lihat tuh, si ummi-ummi dateng!” Huffh, emang aku dah jadi ummi-ummi apa?? (>_<) Sabaaar, kan ndak boleh marah-marah Ci. Biarlah dia mo bilang apa, anggap aja itu do’a yang ia lantunkan tuk aku. (^__^) Selama kegiatan aku duduk terpisah darinya, dia duduk di bagian agak depan, dan aku hanya berani duduk di bagian belakang. Kata Pak Direktur, yang duduk di depan dan samping harus siap-siap setelah acara itu akan langsung dikhitbah, makanya aku pilih yang paling belakang (ga penting sangat sebenernya dengerin kata-kata beliau, toh jodoh kan adanya di tangan Allah) tapi tep aja aku ikutin, hehe… Ketika mengambil wudhu tuk shalat Dzhuhur aku bertemu dengannya di kamar mandi, dia masih sibuk di depan cermin, merapikan jilbabnya yang mulai agak tak rapi, aku hanya sepintas milirik cermin itu dan langsung bergegas ke aula kembali, karena akan shalat berjama’ah di sana. Di tengah jalan, ia memanggilku, aku pun menghentikan langkahku, menoleh ke arahnya. “Aci suka warna apa dek?” ia menyodorkan pertanyaan itu padaku. “Pink!”, jawabku singkat. Dan kami pun berjalan bersama menaiki tangga ke aula atas. Selesai shalat, ia bertanya kembali. “Selaen warna pink??” tanyanya singkat. “Ungu mb!” sesingkat itu pula kujawab, sambil tersenyum kupandangi wajahnya, lalu ia meninggalkanku sesaat. Dan tak lama kemudian ia menghampiriku, memberikan sebuah bros cantik berwarna ungu. Subhanallah, lagi-lagi kudapatkan kejutan manis darinya. Mau bilang apa? Selaen terima kasih dengan wajahku yang kian merona menatapnya yang berdiri di hadapanku, tak tau bagaimana cara membalas semua bentuk perhatian dan kasih sayangmu duhai dewi hijau-ku…

Satu hal lagi yang membuat aku makin menyukai sosok Sang Dewi Hijau-ku itu, tat kala aku dan beberapa teman duduk melingkar tuk menyantap makan siang. Dia hadir di antara bidadari-bidadari jelita yang duduk melingkar itu, kami pun membuka makan siang kami masing-masing, Alhamdulillah menunya hari itu AYAM GORENG, semua mendapatkan menu yang sama, kecuali satu orang yang ternyata mendapatkan TELUR (mungkin telurnya belum menetas jadi ayam kali ya, hehe) akhwat ini agak sedikit protes, “Kok cuma ana ya yang dapet telur, mungkin ndak panitianya salah ya??!” Dengan santainya sang dewi hijauku menukar nasi bungkusnya dengan akhwat itu, “Tukar punya ana aja ukh, ana ga begitu suka ayam.” Dia tersenyum, akhwat itu hanya bengong. Aku hanya berkata, “Beneran mb, ga suka ayam?” dia pun menjawab, “Iya, mb ga begitu suka ayam!” Akhirnya akhwat itu menukar makan siangnya dengan Dewi Hijauku, mungkin bagi orang lain hal itu biasa saja. Tapi bagiku, itu adalah caranya mencintai saudaranya, seharusnya ia tak perlu menukar makan siangnya dengan akhwat itu. Karena akhwat itu bisa menukar ke panitia, toh makanannya kan belum dimakan juga. Tapi justru itu yang menjadikannya makin berbeda dari yang pernah ada.

Di sini, di hatiku ini ada keinginan tuk bisa lebih baik darimu wahai Dewi Hijau-ku. Wajarlah jika aku memanggilmu dengan Dewi Hijau-ku, sikapmu layaknya Sang Dewi, anggun dan hijau itu melambangkan kedamaian, aku selalu merasa damai saat berada di dekatmu. Sungguh, aku ingin terus bisa merasakan dan memberikan cintamu karena-Nya…

Sebenernya masih banyak yang ingin aku ceritakan dalam dua hari indah ini, namun mungkin akan kita lanjutkan di lain waktu… Saya lagi banyak tugas nie, mo diberesin satu per satu…

Palembang Darussalam, 14 April 2010

Desi Dahlianti