Kamis, 31 Januari 2013

Netralkan Saja!

"Mb, salah gak sih kalo kita memiliki kecenderungan terhadap seseorang, kepada seseorang yang meminta kita menikah dengannya?" Tanyanya di suatu sore

Kecenderungan? Sebuah perasaan? Ada hati yang condong?
Semua adalah fitrahnya manusia. Insan yang begitu manisnya, hingga rasa yang indah, si merah jambu itu memancar dengan terangnya. Tidaklah salah jika hati memiliki pilihannya sendiri, sesuatu yang menarik dirinya untuk condong kepada seseorang. 

Tapi, siapkah jika ternyata pilihan hati itu bukanlah pilihan Tuhan? Bukanlah seseorang yang ditetapkan untuk menjadi pengucap janji setia itu, yang akan menggantikan peran ayah untuk menjaga dengan baik putrinya. Hati yang condong itu dikhawatirkan akan benar-benar terjatuh, sulit untuk bangkit kembali. Karena kecondonganlah yang mendominasi pengambilan keputusan untuk membuat pilihan tersebut. Siapkah?

Manusiawi, sangat manusiawi jika hati memiliki kecenderungan kepada seseorang. Tidak ada yang bisa mengatur kepada siapa hati kita menjatuhkan pilihan. Namun, kita harus ingat bahwasanya hati kita berhak untuk tetap terjaga dengan baik, ia berhak untuk tetap berada dalam zona ketenangan, tanpa adanya keresahan juga riak-riak perasaan yang menggalaukan. Itu adalah haknya hati. Dan kewajiban kita untuk memenuhi hak-hak tersebut. Wajib!

Jika saat ini hati telah memiliki kecenderungan kepada seseorang, netralkan saja rasa itu. Kembalikan saja ia pada situasi sebelum ia mengenal sosok yang masih teramat asing itu. Kembali ke zero. Memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa kan? Dari yang tiada menjadi ada, kembalikan lagi menjadi tiada. Dari yang biasa menjadi istimewa, kembalikan saja menjadi biasa. Biasa-biasa saja.

Hei, orang yang akan menikahimu itu belum tentu nanti benar-benar menjadi pasangan hidupmu. Sebelum ijab terucap, tak ada jaminan ia yang akan jadi imammu. Maka, netralkan saja. Demi keterjagaan hatimu dari segala sesuatu yang kelak menuai kekecewaan. 

Mintalah padaNya untuk mendekatkan dan menjauhkan segala sesuatu itu dengan caraNya. Jika memang dia yang terbaik, mintalah untuk didekatkan dengan caraNya. Jika dia bukanlah yang terbaik, mintalah dijauhkan, juga dengan caraNya. Tak perlu ngotot hanya meminta si dia, siapa tau di luar sana ada seseorang yang jauuuuh lebih baik yang dipilihkanNya untukmu. Ingatlah, rezeki dan jodoh itu telah ditetapkan, yakin dengan hal itu kan?


“Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan bakso, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan bakso.”

― novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah". Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar