Kamis, 31 Januari 2013

Efek dari Kepo

Saya punya seorang teman, sebut saja Bila. Bila ini bentar lagi mau nikah loh, yap beberapa bulan lagi. Hari itu dia mengajak saya bicara, curhat lebih tepatnya. Saya juga gak tau kenapa dia tiba-tiba mau bercerita kepada saya, mungkin karena saya bukan orang dengan kesibukkan yang super padat. Hehehe.

"Aku gak tau Des, harus seperti apa. Aku bener-bener bingung, apa harus bertahan atau sampai di sini saja?" Ucapnya mengakhiri pembicaraan sore itu, dengan mata yang sudah berlumur air mata.

Bila tidak begitu mengenal calon suaminya ini, Bila mungkin bukan seorang akhwat, tapi dia tidak pacaran, dia anak yang baik. Dia mengenal calonnya ini hanya dalam hitungan bulan, itupun tidak dengan pacaran. Ya wajar jika Bila ingin mengetahui banyak hal tentang calon suaminya, seperti apa orangnya, teman-temannya, bagaimana si dia berinteraksi dengan wanita-wanita lain.

Wajar donk, kan itu calon suaminya, seseorang yang kelak akan ia patuhi, si dia yang akan menggantikan posisi kedua orang tua yang harus ia muliakan, pada ridhonya ada keridhoan Allah. Maka sudah sepantasnya lah jika seorang wanita menjadi sangat selektif dalam memilih seorang imam untuknya kelak.

Dengan sengaja Bila menstalk TL calon suaminya itu, awalnya biasa saja, tak ada yang aneh. Bulan ke bulan ia baca isi TL itu, sampai ke suatu hari di mana ia melihat keakraban calon suaminya itu dengan seorang wanita. Yah, dengan RT RT yang tertampil di sana.

Kepo? Bila mungkin memang sedang kepo. Tapi, sekali lagi hal itu wajar saja menurut saya. Bukankah akun sosial media seseorang itu sedikit banyak mewakili si empunya akun bukan? Kita bisa melihat, seperti apa dia dengan teman-temannya, siapa saja teman-temannya itu.

Saya sempat bingung harus seperti apa menanggapinya. Karena itu ada di masa lalu, masa yang telah terlewat. Kita tak bisa menilai seseorang hanya dari masa lalunya saja, ya kan?

Seperti kata Bu Ainun, "Masa lalu kamu adalah milik kamu, masa lalu saya adalah milik saya. Tapi, masa depan adalah milik kita." 

Namun, tidak semua orang bersepakat akan hal ini, tidak semua orang. Ada beberapa orang yang sulit menerima masa lalu orang lain, bukan karena dia merasa paling baik dan sempurna. Tapi, karena dia merasa dia tidak cukup baik untuk bisa menerima dengan seutuhnya, tanpa ada rasa yang mengganjal di hati.

Mungkin baginya ia bukan orang yang tepat, bukan orang yang kuat jika suatu hari apa yang di masa lalu itu akan kembali ada di masa depan. Tidak ada yang menjamin hal itu takkan terjadi lagi bukan, tak ada jaminan. Hanya saja, dengan modal kepercayaan juga keyakinan padaNya, Yang Maha Pengabul Asa, kita bisa meminta agar kelak dan selamanya dia takkan pernah menyakiti hati kita, takkan pernah menodai janji suci yang telah terucap. Atau mintalah petunjuk padaNya, agar diberi jalan terbaik untuk masalah yang tengah kita hadapi.

Sedikit mengutip kata-kata seseorang, "Yang terpenting adalah siapa yang tinggal, bukan siapa yang telah pergi." Mungkin saja ada beberapa orang yang pernah hadir dalam hidupnya, yang pernah berbekas di hatinya. Tapi, yang ada saat ini bukankah hanya dirimu seorang. Dan di hari-hari yang akan datang, berharaplah hanya akan ada dirimu saja.

Tapi, sebaiknya hal seperti ini dikomunikasikan dengan baik dengan dirinya, agar ia tau apa-apa yang merisaukan kita. Mintalah untuk menjaga hatinya, juga hatimu. Karena lelaki yang baik, tidak akan membuat wanitanya tak tenang apalagi bersedih hati. Ya kan? ^^


Hmmm, jadi mikir nih di TL ku ada apa aja yah? Huaaaa, semoga tak ada yang membuat cemburu my future husband, ^^ Apa kabar yang di FB?? Tenang, saya mungkin bukan akhwat yang baik-baik banget tapi saya bukan anak yang nakal, saya gak suka berakrab-akrab ria dengan orang lain. Males.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar