Senja di kampus putihku, di masa libur semester seperti ini kampusku tetap aja rame. Banyak kepentingan yang mengharuskan mereka berada di kampus, ada yang mau ngurus tuk SEMINAR Proposal, mau bimbingan, mengurusi KHS (Kartu Hasil Studi), ke ruang skripsi ataupun ke perpustakaan. Ya memang beginilah kampusku, administrasinya baru mulai bekerja pada jam 16.30 sampai dengan 20.30. Kadang pake ngaret sampe jam 17.00, jadi wajar aja kalo ba’da Maghrib ataupun Isya’ kampusku masih rame malah itu adalah jam aktif kampusku.
Selain itu, jam segitu biasanya di depan Musholla kecil kampusku dipenuhi dengan para Aktivis Dakwah Kampus, beragam aktifitas yang mereka lakukan di sana. Habis mushollanya tepat berada di depan Gedung BEM yang berlantai tiga itu sih, jadi para penghuninya banyak yang ‘nongkrong’ di sana deh. Seperti sore itu, sepulang PPL aku langsung ke kampus, ada hal yang harus diurus. Seneng banget rasanya melihat banyak ABG (Akhwat Berjilbab Gede) yang sedang ngumpul di depan Musholla, rasanya uda lama banget ga seperti ini. Ternyata hari itu (Selasa/2 Maret 2010) adalah pengumuman hasil ujian skripsi, jadi para senior yang sedari tadi nungguin hasil itu memasang wajah yang rada harap-harap cemas deh. Semua penuh harap tuk hasil yang sebentar lagi akan mereka ketahui. Alhamdulillah semuanya lulus, guratan wajah yang gembira itu terpancar begitu indah. Senyum dan tawa lepaspun kulihat dari wajah mereka, bahagia karena telah menyelesaikan studi yang merupakan amanah dari Allah dan orang tua. Kami (para junior, ciee ngerasa masih muda terus nie.. ^^) turut bahagia karenanya dan tak lupa kami memberikan ucapan selamat atas segala kerja keras mereka selama ini.
Hari yang cerah itupun berubah menjadi gelap, matahari telah kembali berputar menyinari belahan bumi yang lain dan bergantikan bulan yang terangi Palembangku tercinta. Ba’da Isya’ aku pulang bersama teman-teman setelah mengurusi piagam KKL. Sesampainya di rumah, aku melihat ada 1 message di HP-ku, kubuka dan kubaca isinya. Ternyata dari seseorang yang cukup dekat denganku, ia orang yang bersemangat, perhatian banget sama adik-adiknya, walaupun rada cerewet tetap aja ngangenin, isi pesannya kurang lebih seperti ini “Alhamdulillah, berkat do’a dan dukungan kalian mb lulus ujian, terima kasih untuk semuanya, hanya Allah yang bisa membalasnya.” Dan saat itu pun aku teringat pada sepenggal kalimat dari teman ‘lingkaranku’, “Dek, walau nanti mb ga satu halaqah lagi dengan kalian, jangan pernah lupakan mb ya.. Kalo ada waktu nanti mb maen ke Palembang, atau nanti sempatkanlah mampir ke daerah mb..”
Entahlah, apa karena aku kecape’an atau kenapa. Tiba-tiba air mata ini mengalir dengan sendirinya, aku seneng banget mendengar beliau dan kakak-kakak tingkatku lulus kuliah, mereka akan siap mengarungi medan dakwah yang lebih hebat lagi, tidak lagi sebagai ADK (Aktivis Dakwah Kampus), akan tetap jadi ADK sih tapi akan berubah arti, menjadi Aktivis Dakwah Kampung (bagi yang berasal dari luar Palembang, biasanya mereka harus kembali ke daerah mereka dan mengabdi di sana), ataupun Aktivis Dakwah Kantor (yang nantinya bekerja di kantoran). Hal inilah yang membuatku sedih, harus berpisah dari mereka yang telah banyak mengajarkan hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah kutau, jauh dari mereka yang selalu menyemangati, teman di kala suka maupun duka, yang siap mendengar keluh kesah dari adik-adik manja yang kadang menyebalkan ini. Kemungkinan untuk bertemu kembali terasa sangat kecil, pastinya mereka akan punya ‘dunia’ baru yang akan menyita waktu mereka, yang mungkin akan mengikis kenangan tentang aku dan mereka.
Ini bukan yang pertama kalinya bagiku, telah banyak para senior yang kemudian pergi menjauh, padahal dulunya teramat dekat. Seperti para murabbiku yang telah pergi ke luar kota, karena sudah menikah dan harus ikut suami ke kota yang belum pernah kaki ini berpijak di sana, ataupun ia harus bekerja di kota lain yang menyediakan lapangan kerja yang lebih baik disbanding di sini. Rindu… Tentu saja akan sangat merindukan mereka, meski telah banyak alat komunikasi yang mempermudah untuk bertegur sapa, via sMs, telpon, FB-an, ataupun YM-an. Tetap aja akan jadi berbeda, yang biasanya kalo ketemu saling berpegangan tangan lalu cipika cipiki… Yang dulunya aku biasa mencubit pipinya jika bertemu, eh sekarang cuma bisa ketawa via telpon. Aku rindu masa-masa di mana aku bisa slalu bertemu mereka di kala aku ingin bertemu, jalan bareng, makan siang bersama di kantin belakang kampus, mengantri wudhu di toilet kampus (habis ga ada tempat wudhu tuk akhwat sih), cerita-cerita di secretariat tercinta, de el el.
Ketahuilah wahai engkau yang slalu menjadi pengganggu hatiku, jangan pernah lupakan aku yang pernah menghiasi hari-harimu, yang telah memberi warna tersendiri dalam lengkung pelangi ukhuwah itu, yang pernah menaburkan sebuah rasa yang berbeda di hatimu. Aku kan coba menjadi lebih baik darimu, yang akan tetap mengikuti pesan-pesan yang pernah engkau sampaikan. Aku akan jadi pribadi yang dewasa, ndak lagi manja seperti yang slalu kau katakan, aku kan coba berbagi ketika aku rasa butuh seseorang untuk mendengarkan, akan ku buat engkau bangga pernah menjadi seseorang yang pernah dekat denganmu.
Berharap engkau kan terus ISTIQOMAH, ya memang mudah melafazkannnya. Namun akan cukup sulit merealisasikannya, tapi aku kan terus berharap engkau tetap berada di jalan ini, meski suatu waktu kan kau temui aral yang menghadang di perjalanan ini, ataupun engkau kan terbuai pada bunga-bunga indah yang ada di luar jalan ini, kuharap engkau kan tetap berjuang meski nikmat dan pahitnya jalan ini kan engkau temui suatu saat nanti. Karena memang tidak mudah menjadi yang terasing dalam keramaian, menjadi yang sedikit dari kebanyakan, menjadi yang lurus diantara yang menyimpang. Bila kita tidak arif, kesendirian justru melahirkan kesunyian. Namun alangkah indahnya ketika kita tetap bersama merajut ukhuwah untuk menguatkan barisan dakwah ini. Begitu banyak warna dalam perjalanan ini, ada yang tetap bertahan namun tak sedikit yang pergi meninggalkannya. Beginilah jalan dakwah mengajarkan kita tentang ukhuwah, tentang pengorbanan dan sebuah keikhlasan. Kadang kesal, kadang lelah, kadang ada canda dan tawa. Tak kuat rasanya tuk bertahan, namun sayang tuk ditinggalkan. Kadang hati bertanya, “Ya Allah, kapan kami bisa beristirahat dari jalan ini?” Dan Allah pun menjawab, “Ketika kaki-kaki kalian telah menginjak syurga.”
Saudaraku, meski kelak kita tak akan bertemu lagi. Tapi aku yakin hati ini kan slalu bertemu denganmu di rabithah yang kita lantunkan, di bait-bait indah itu kusampaikan do’a untukmu. Walau jarak kan memisahkan, namun Allah yang kan menyatukan kita kelak di syurga-Nya (Amiiin). Tetap SEMANGAD saudaraku, aku tak ingin ketika kelak kita dipertemukan oleh-Nya, engkau kan menjadi cantik (dandan ala wanita-wanita ‘kebanyakan’), jilbabmu mengalami kenaikan (mengecil maksudnya), atau engkau kan terkena penyakit lupa memakai manset ataupun kaos kaki yang dulunya selalu membersamaimu di waktu kuliah. Karena kita berbeda, kita bukanlah wanita biasa meski kita hanya insan biasa, kita haruslah berbeda dari orang-orang kebanyakan, seperti itulah pesan yang pernah kau sampaikan padaku di awal pertemuan kita. Aku harap engkau kan terus mengingatnya…
Teman hanya akan menyapa dengan kata. Sahabat akan menyapa dengan rasa, tapi persaudaraan akan menyapa dengan cinta. Karena engkau saudariku, maka ku sapa engkau dengan cinta. Cinta karena-Nya… Ana uhibbukifillah ya ukhti… Aku akan selalu merindukanmu, merindukan hadirnya sesosok wanita shalehah yang mampu membuat bidadari cemburu padamu,… ^___^